Monica Harvey memiliki berat badan hampir 100 kg karena kebiasaan makannya yang tidak teratur, dia tak peduli meski dia sering di bandingkan dengan sang kakak Alexa yang mempunyai body yang sekssiii dan berwajah cantik.
"Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu"
"Maka aku tidak akan menikah.." namun seolah dunia mengejeknya belum genap 24 jam dia bicara, Monica harus menerima pernikahan yang tidak di inginkannya.
Marvin Alfaro terpaksa menikah dengan gadis gendut pilihan kakeknya sebelum sang kakek meninggal dunia , lalu memilih mengabaikannya setelah menikah, dengan dirinya yang tinggal di kota berbeda, namun betapa terkejutnya tiga tahun kemudian dia melihat sebuah dokumen perceraian dari istrinya yang hampir dia lupa keberadaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengawasi
"Apa kau selalu berpenampilan begini jika berolahraga?"
"Huh?" Monica mengeryit bingung.
"Jangan pernah memakai pakaian seperti ini jika berolah raga di luar, dan jangan sembarangan juga jika di rumah, hanya aku yang boleh melihatmu!"
"Perhatikan jika ada pelayan pria!"
Monica menaikan alis "Kenapa aku harus melakukan itu, lagipula semua pakaian olah raga memang begini.."
"Dengar Mo, penampilanmu terlalu menggoda, bagaimana jika pria lain tidak mampu menahan hasrat saat melihatmu!" Monica tertegun.
Marvin mendengus lalu pergi..
"Apa dia baru mengakui jika dia tergoda olehku?" Monica terkekeh, lalu berjalan keluar dari ruang fitness, namun langkahnya terhenti saat melihat Marvin masih berdiri di depan pintu.
"Kau masih disini?"
"Sudah ku bilang jangan ada satu pria pun yang melihatmu!" Marvin merebut jaket Monica dan menyampirkannya di pundak Monica.
Monica masih terdiam, sedangkan Marvin pergi melanjutkan langkahnya.
"Kenapa dengannya.."
...
Monica turun setelah membersihkan diri dan melihat Marvin yang juga sudah bersiap ada di meja makan.
"Kau akan pergi?"
Monica mengangguk "Aku ada janji dengan teman- temanku"
"Kau sedang meminta izin?"
"Aku.. tidak meminta izin, bukankah sudah aku bilang jika kamu tidak boleh mencampuri urusanku.."
Marvin mengangguk, lalu tersenyum "Baiklah, aku izinkan tapi kau harus memberi kabar padaku.."
Monica mencebik "Aku bilang aku tidak meminta izin!"
"Ya, pergilah" Marvin mengusak rambut Monica, hingga rambutnya sedikit berantakan.
Monica mencebik lalu pergi, Marvin tersenyum lalu menghubungi seseorang "Awasi baik- baik, dan beri tahu aku kemana pun dia pergi!"
Monica memarkirkan mobilnya di sebuah cafe tempatnya janjian dengan Agnes dan Sofia "Jadi kalian sudah mendapatkan pekerjaan"
"Aku bekerja di kantor Alderaldo, jadi langsung di terima" Agnes berkata dengan bangga.
"Aku.." Monica mengangkat tangannya, menyela Sofia.
"Aku tahu, kau juga melamar di kantor Daddymu"
Sofia mencebik "Ya, aku melamar jadi sekertaris Daddy, tapi masih belum menerima panggilan, dan kau tahu Daddy bahkan tidak mau menerimaku, aku yakin dia punya wanita lain di kantor maka aku tidak di izinkan bekerja di sana, tapi tenang saja aku juga sudah memasukan lamaran pekerjaan dari perusahaan lain." Sofia berkata penuh semangat.
"Kau yakin tidak akan melamar pekerjaan?" Monica mengangguk.
"Aku akan mengurus perkebunan"
"Lalu bagaimana, bukankah ada seseorang yang akan membeli perkebunanmu" Agnes meringis saat Monica menatapnya. "Aku selalu menjadi pendengar yang baik, saat pegawaimu bicara.."
"Dasar tukang gosip.."
"Jadi setelah ini kau akan tinggal disana lama?" Monica mengangguk.
Rencananya memang begitu, tapi bagaimana dengan Marvin..? pria itu sekarang tinggal di rumah, entah berapa lama dan sampai kapan, tapi bukan kah Marvin tidak boleh mengurusi urusannya, baiklah, Monica akan tetap pergi jika begitu.
"Jadi bagaimana jika kita adakan pesta perpisahan?" Monica mengeryit, dan Agnes mengangguk.
"Ya, kita ke klub!"
"Bisakah jangan di klub" Monica mengeluh.
"Tenang saja kali ini aku akan menjagamu agar tidak mabuk." Agnes meyakinkan.
Dan akhirnya Monica mengangguk.
...
Ada apa dengan suasana hatinya, dia melihat Sofia dan Agnes menari dengan lepas sedangkan dirinya merasa tak enak hati, entah karena apa, belum lagi sejak tadi Monica merasa gerak- geriknya tengah di awasi, Monica menoleh dia duduk bersebelahan dengan Alderaldo, sekarang dia mengerti bagaimana caranya Agnes tidak membuatnya mabuk, tentu saja Alderaldo mengawasinya sekaligus Agnes.
"Aku dengar kau akan tinggal di perkebunan?" Alderaldo memulai percakapan.
"Ya, aku harus mulai mengurusnya sendiri"
Alderaldo mengangguk "Bolehkan sesekali aku mengunjungimu?"
"Tentu, kau bisa ambil libur bersama Agnes nanti.." Tentu saja harus bersama Agnes, karena kalau tidak Monica pasti akan canggung, seperti sekarang saat dirinya hanya duduk berdua saja.
"Mo, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.. bisakah kita bicara di luar?" Monica menelan ludahnya saat Alderaldo menatapnya intens.
Monica mengangguk lalu mengikuti Alderaldo keluar klub..
Alderaldo menghentikan langkahnya saat di rasa suara bising musik tidak terdengar, dan dia bisa bicara dengan tenang.
"Aku tahu ini bukan tempat yang pantas untuk mengatakannya, tapi aku tidak tahu apa nanti aku punya keberanian lebih seperti hari ini.."
Monica meremas jarinya, dia tahu apa yang akan Alderaldo katakan, karena Monica sangat peka terhadap perhatian Alderaldo padanya berbeda seperti perhatian Alderaldo pada Sofia yang notabenenya sama- sama sahabat Agnes.
"Aku menyukaimu, sejak pertama kali aku mengenal mu, aku menyukaimu.."
"Al, maafkan aku.. aku.." Monica merasa tak enak hati.
"Aku mengerti, kau tidak menyukaiku maksudku tidak memiliki perasaan yang sama seperti ku, tapi Mo bisakah beri aku kesempatan untuk mendekatimu.. izinkan aku memberi perhatian lebih, agar kau bisa merasakan apa yang aku rasakan.. aku yakin lambat laun kamu juga akan menyukaiku.. aku akan berusaha keras"
Monica menghela nafasnya "Maafkan aku Al, selama ini aku menganggapmu seperti kakak ku sendiri. Dan ada sesuatu yang kalian tak tahu tentang aku.. aku akan jelaskan nanti, bersama Agnes dan Sofia.. selama ini aku menyembunyikan identitasku pada kalian"
"Aku wanita bersuami.." Alderaldo tertegun.
"Maafkan aku Al, kau pria yang baik dan.."
Alderaldo terkekeh dan menyela ucapan Monica "Kau mengatakan itu hanya untuk menolakku.." tatapan nya begitu sendu dan putus asa.
Monica menggeleng "Tidak, aku sungguh.."
"Kenapa berbohong Mo, jika tidak suka katakan saja tidak suka, aku tidak memaksa.."
"Tidak Al, aku tidak berbohong" Alderaldo menghela nafasnya.
"Tidak masalah, aku tidak apa Mo, ayo kembali masuk, Agnes dan Sofia pasti mencari." Alderaldo mengusak rambut Monica dan Monica menunduk merasa tak enak hati, namun tiba- tiba Alderaldo menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat Monica "Jika nanti kau berubah fikiran katakan padaku, aku akan menunggumu membuka hatimu untukku, kapan pun itu" setelah berkata demikian Alderaldo melanjutkan langkahnya memasuki klub.
Monica menghela nafasnya, bisa saja dia menerima Alderaldo nanti setelah bercerai dari Marvin, Alderaldo pria yang baik, namun apa dia bisa menerima orang lain sedangkan hatinya sudah bertaut pada pria lain, meski pria itu mungkin tak peduli padanya, dan yang dia miliki hanya harapan semu, tapi Monica tak ingin menyakiti orang lain lebih dalam dengan memberi harapan palsu.
Ya, Monica menyukai Marvin, meski tahu sejak dulu pria itu brengsek namun dia tetap menunggu, entah kapan dia mulai menyukai Marvin namun Monica sudah berusaha keras menjadi dirinya yang sekarang demi pria itu.
Monica sendiri bingung apakah dia mulai jatuh cinta pada Marvin saat itu, saat pertama kalinya pria itu memeluknya kala dia tak berdaya dan di tinggal ayah dan kakaknya untuk selamanya.
Saat itu Marvin berkata pada ayahnya akan menjaga Monica dengan baik, meski hanya di depan pusara saja, namun Monica yakin Marvin mengatakannya dengan tulus meski nyatanya pria itu tidak menepatinya dan mengabaikannya selama tiga tahun ini, tapi entah mengapa perasaan itu sulit sekali hilang.
Monica selalu menyangkal dan berkata benci pria itu untuk menutupi perasaannya, hingga dia memutuskan untuk melayangkan gugatan cerai. Namun ternyata kini Marvin datang dan berkata ingin memperbaiki semuanya, membuat hatinya kembali rumit.
...
Aku kuat, aku hebat..
Aku sehat, dan aku sempurna..
Aku bisa melewati semuanya, aku bersyukur untuk diriku saat ini, dan aku yakin Allah selalu bersamaku dan menjanjikan ku keindahan pada waktunya..
Cianjur..
24 Februari 2023
terima kasih ya kak 😍😍😍😍
pengen baca kisahnya Sofia tp udah gak ada di list ya 😔😔