Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab5
"Syifa, aku diperk*sa," ucap Sarena dengan suara bergetar.
"Astagfirullah, Ren! Di mana? Kamu kenal cowoknya nggak?" tanya Syifa terkejut.
"Aku nggak kenal, Fa. Tapi tadi siang dia makan di restoran tempat aku kerja. Tadi malam, aku disuruh nganterin makanan yang dia pesan, tapi malah terjadi kejadian ini. Dia mabuk dan menodai aku, Fa," jelas Sarena dengan suara terisak.
"Astagfirullah, Ren. Kamu harus lapor ke pihak berwajib," ucap Syifa dengan tegas.
"Syifa, dia orang kaya. Aku takut. Keluargaku bukan akan mendukungku, tapi malah menjatuhkanku," ujar Sarena dengan wajah penuh ketakutan.
"Lalu sekarang kamu mau gimana, Ren? Masa kamu mau ngikhlasin begitu aja?" ucap Syifa tak percaya.
"Walaupun berat, aku bakal coba untuk melupakannya, Fa," ujar Sarena sambil menangis tersedu-sedu.
Syifa yang tak tega melihat Sarena terus menangis, segera memeluknya untuk menenangkan dan memberikan sandaran.
"Fa, kenapa nasibku begini? Ditinggalkan kedua orang tuaku dan dibenci oleh keluargaku. Aku harus bagaimana, Fa? Aku nggak sanggup," ujar Sarena dengan isak tangis yang mendalam.
"Ren, jangan merasa sendirian. Ada aku, Dini, dan Alya yang selalu ada buat kamu. Kita sahabat, dan selamanya akan jadi sahabat sekaligus saudara yang selalu mendukung kamu," ucap Syifa dengan lembut, berusaha menguatkan Sarena.
Sarena pun mulai tenang. Dia merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata.
'Ya Allah, kasihan banget Sarena. Aku harus cari keadilan buat dia,' gumam Syifa dalam hati.
---
Keesokan pagi di apartemen Aldevaro
"Ah, sial. Kepalaku pusing sekali. Pasti ini ulah Adit," keluh Aldevaro sambil bangkit dan menggeliat.
Saat melirik ke arah kasurnya, dia terkejut melihat bercak darah di atasnya.
"Astaga, darah apa ini?" ucapnya panik.
Dia kemudian melihat makanan yang dipesannya dari tempat kerja Sarena.
"Jangan-jangan semalam obat itu bereaksi dan aku tak sengaja melakukan hal itu?" pikirnya dengan cemas.
Aldevaro langsung meraih ponselnya dan menelepon asistennya, Dafa.
Dafa: Halo, Tuan. Ada apa?
Aldevaro:Daf, datang ke apartemenku sekarang.
Dafa:Ke apartemen Anda, Tuan?
Aldevaro:Iya, cepat.
Dafa:Baiklah, Tuan. Saya ke sana sekarang.
Beberapa saat kemudian, Dafa tiba di apartemen Aldevaro.
"Ada apa, Tuan?" tanya Dafa.
"Dafa, cari tahu siapa wanita yang mengantar makanan ini ke apartemenku. Dia bekerja di restoran di Jalan B, hanya ada satu restoran mewah di sana. Tanyakan ke manajernya dan segera kabari aku," jelas Aldevaro.
"Baik, Tuan," jawab Dafa patuh.
Dafa segera berangkat menuju restoran yang disebutkan oleh Aldevaro. Sesampainya di sana, dia langsung masuk dan menuju ruangan manajer restoran.
"Selamat pagi, Tuan Dafa. Ada yang bisa saya bantu?" sapa manajer restoran dengan ramah.
"Saya ingin bertanya, siapa yang semalam mengantarkan pesanan makanan ke Apartemen Melati atas nama Tuan Aldevaro?" tanya Dafa.
"Semalam yang mengantarkan pesanan itu adalah Naira, Tuan," jawab manajer.
"Bisa antar saya bertemu dengannya?" tanya Dafa.
"Oh, tentu bisa," jawab manajer.
Manajer itu pun mengantarkan Dafa menemui Naira.
"Naira, ada yang ingin bertemu denganmu," kata manajer.
"Siapa, Pak?" tanya Naira bingung.
"Saya," ucap Dafa, memperkenalkan diri.
"Saya ingin bertanya, apakah kamu yang semalam mengantarkan pesanan makanan atas nama Tuan Aldevaro ke Apartemen Melati, lantai 8?" tanya Dafa dengan tegas.
"Awalnya memang aku yang mau nganter, tapi ada urusan mendadak. Jadi aku titipkan makanan itu ke temanku, Sarena," jawab Naira.
"Apakah dia masuk kerja hari ini?" tanya Dafa.