NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7 Mawar Putih dan Phoenix Api: Dua Hati Yang Berbeda

Hutan Bayangan.

Lin Shuelan terbangun perlahan, matanya mengerjap menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang lembut yang memasuki gua tempatnya berada.

Mata merahnya—seperti batu delima yang bersinar dalam gelap—memantulkan cahaya samar, memberikan kesan misterius sekaligus rapuh. Rambut panjangnya yang berwarna merah tua terurai berantakan, beberapa helai menempel di pipinya yang pucat akibat kelelahan.

Gadis itu menghela napas pelan, merasakan denyut samar di kepalanya. Pusing itu masih ada, tapi jauh lebih ringan dari sebelumnya.

Tangannya bergerak menyentuh lengan dan bahunya, merasakan sesuatu yang berbeda. Luka-lukanya telah dibersihkan dan dibalut dengan tumbuhan herbal yang mengeluarkan aroma khas.

Sejenak, ia menatap telapak tangannya sendiri, seakan memastikan bahwa dirinya benar-benar masih hidup.

'Bagaimana aku bisa selamat…?' gumamnya dalam hati.

Lin Shuelan berusaha bangkit, namun kakinya masih terasa lemah. Dengan menahan sakit, ia akhirnya berhasil berdiri.

Pikirannya dipenuhi pertanyaan. Di mana ia sekarang? Siapa yang merawatnya?

Tiba-tiba, telinganya menangkap suara gemericik air dari luar. Penasaran, ia melangkah keluar goa dengan hati-hati, melewati akar-akar pohon yang menjalar di mulut gua.

Pemandangan di hadapannya membuatnya terdiam.

Di tengah aliran sungai yang jernih, seorang pemuda berdiri diam, membiarkan air mengalir di sekitar kakinya. Cahaya pagi menyinari tubuhnya yang kurus namun dipenuhi bekas luka.

Wajahnya tampak tenang, penuh konsentrasi, seperti seekor harimau yang bersiap menerkam mangsanya.

Lin Shuelan mengamati gerakannya dengan saksama. Pemuda itu perlahan mencelupkan tangannya ke dalam air, lalu dalam satu gerakan cepat, ia menangkap seekor ikan yang berusaha melarikan diri. Tanpa ragu, ia melemparkannya ke daratan, bergabung dengan beberapa ikan lain yang telah ditangkap sebelumnya.

Lin Shuelan tersenyum kecil. Cara yang tidak biasa untuk menangkap ikan, tetapi tetap mengesankan.

"Hei..." panggil Lin Shuelan pada akhirnya, suaranya masih sedikit serak.

Pemuda itu menoleh dengan cepat, matanya menajam seolah siap menghadapi ancaman. Namun, begitu melihatnya, ketegangannya mereda.

Ia mengamati Lin Shuelan sejenak sebelum akhirnya berbicara dengan nada datar, "Bagaimana perasaanmu?"

Lin Shuelan menyandarkan tubuhnya pada dinding gua, menyilangkan tangan di depan dada.

"Aku baik-baik saja," katanya, lalu melirik luka-lukanya yang telah dibalut dengan rapi. "Terima kasih sudah menyelamatkanku... dan bahkan mengobati lukaku."

Pemuda itu hanya mengangguk kecil tanpa menjawab. Suasana hening sesaat sebelum Lin Shuelan akhirnya bertanya, "Siapa namamu? Aku harus tahu setidaknya siapa orang yang telah menyelamatkan nyawaku."

Ia menatapnya sesaat sebelum menjawab, "Wu Shen."

"Wu Shen... dari keluarga Wu di Sekte Phoenix?" Lin Shuelan mengulang namanya pelan, sedikit terkejut dengan identitas pemuda yang menyelamatkannya.

Bagaimanapun, Sekte Phoenix lebih terkenal daripada sekte seni bela diri lainnya. Dan keluarga Wu, yang merupakan keluarga utama di Sekte Phoenix, sangat terkenal di benua itu.

"Aku tidak menyangka kau berasal dari Sekte Phoenix. Awalnya, aku mengira kau berasal dari Sekte Paus Biru karena menggunakan teknik seni bela diri Naga Laut," ucap Lin Shuelan.

Wu Shen menggeleng pelan. "Aku hanya bisa sedikit menggunakan seni bela diri Naga Laut," jawabnya.

Wu Shen, sebagai pencipta seluruh aliran seni bela diri, tentu saja dapat menggunakan seni bela diri apa pun. Namun, untuk sekarang, Wu Shen lebih memilih menggunakan Seni Naga Laut karena gerakannya yang ringan dan fleksibel, sehingga tidak membebani tubuhnya yang masih lemah.

Adapun seni bela diri lainnya adalah:

Seni Naga Api, yang berfokus pada serangan eksplosif dan agresif. Setiap pukulan dan tendangan seperti ledakan yang membakar segalanya.

Seni Naga Petir, yang berfokus pada kecepatan dan presisi tinggi, seperti kilat yang menyambar dalam sekejap.

Seni Naga Bumi, yang berfokus pada pertahanan absolut dan kekuatan destruktif, seperti gunung yang tak tergoyahkan.

Seni Naga Angin, yang mengandalkan kelincahan, kecepatan, dan teknik menghindar yang luar biasa.

Dari kelima seni bela diri utama itu, juga berkembang teknik-teknik seni bela diri lainnya, tetapi tetap bersumber pada seni bela diri utama. Contohnya, Seni Bela Diri Angin Bambu merupakan turunan dari Seni Naga Angin, dan lain sebagainya.

Kembali ke sisi Wu Shen dan Lin Shuelan.

Setelah Wu Shen memperkenalkan dirinya, kini giliran Lin Shuelan yang memperkenalkan dirinya sebagai anak dari penatua Sekte Mawar Putih.

Jika Sekte Phoenix adalah lambang dari seni bela diri itu sendiri, maka Sekte Mawar Putih adalah lambang dari kultivator itu sendiri. Keduanya sama-sama memegang kekuasaan yang besar di benua Tianlong.

Walaupun kedua sekte yang berlawanan itu sebenarnya tidak terlalu akrab dan sering kali terjadi kesalahpahaman di antara mereka.

"Ayahku pasti akan sangat marah jika tahu aku diselamatkan oleh orang dari sekte yang tidak dia sukai," ujar Lin Shuelan dengan nada bercanda.

"Sudahlah, kedua sekte itu hanya bertengkar seperti anak kecil." Wu Shen juga menanggapi dengan santai. Dia tidak terlalu memusingkan siapa dan dari mana orang yang dia selamatkan.

Bagaimanapun juga, Wu Shen mengenal wanita yang mendirikan Sekte Mawar Putih sebagai orang yang menyebalkan. Wanita itu selalu bertekad untuk melampauinya dan bahkan menganggapnya sebagai rival. Namun, Wu Shen tidak pernah menanggapinya, yang membuat wanita itu semakin kesal.

'Hah... Aku merindukan masa-masa itu...' pikir Wu Shen dalam hatinya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lin Shuelan, membuat Wu Shen tersadar dari lamunannya tentang masa lalu.

"Aku baik-baik saja. Ayo kita makan," jawab Wu Shen, lalu berjalan ke arah ikan-ikan yang telah ia tangkap.

Tanpa banyak bicara, ia mulai membersihkan sisik dan isi perut ikan dengan kecekatan yang menunjukkan pengalaman bertahan hidup yang luas.

Lin Shuelan mengangkat alis. "Kenapa kau tidak menggunakan pancing atau tombak untuk menangkap ikan?"

"Lebih cepat begini," jawab Wu Shen singkat.

Lin Shuelan terkekeh kecil. "Efisien. Tapi... bagaimana kau akan memasaknya?"

Wu Shen berhenti sejenak, lalu menatapnya. "Bisakah kau menyalakan api?"

Lin Shuelan tersenyum tipis, mengangkat tangannya. Percikan cahaya muncul di ujung jarinya sebelum berubah menjadi api kecil yang perlahan membesar. Dalam hitungan detik, api itu telah cukup besar untuk memasak.

Saat ikan mulai matang dan aroma harum memenuhi udara, mereka berdua duduk berhadapan, menikmati kehangatan api unggun kecil di antara mereka.

Wu Shen memperhatikan tanpa ekspresi, tetapi dalam hatinya, ia mengakui bahwa gadis ini memiliki kendali yang baik atas energi spiritualnya.

Saat ikan mulai matang dan aroma harum memenuhi udara, mereka berdua duduk berhadapan, menikmati kehangatan api unggun kecil di antara mereka.

Wu Shen mengambil sepotong ikan dan mengunyahnya dalam diam, sementara Lin Shuelan mencicipinya perlahan, merasakan rasa sederhana namun lezat dari hasil tangkapan segar itu.

"Wu Shen," panggil Lin Shuelan pelan, menatapnya dengan ekspresi serius. "Aku ingin tahu sesuatu."

Wu Shen meliriknya sekilas. "Apa?"

Lin Shuelan menghela napas, menundukkan kepala sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kenapa kau menyelamatkanku? Aku tahu kau tidak mengenalku. Kau bisa saja meninggalkanku di sana..."

Wu Shen menatap api di depannya, matanya tajam seperti sedang mengenang sesuatu. "Aku tidak punya alasan tertentu. Aku hanya tidak suka melihat seseorang mati sia-sia."

Namun, alasan sebenarnya mengapa Wu Shen menyelamatkan Lin Shuelan adalah karena ia merasa nostalgia saat melihat wajahnya. Rambut dan mata merah penuh tekad itu mengingatkannya pada seorang wanita yang selalu menantangnya dulu.

Lin Shuelan tersenyum kecil, meskipun ada kesedihan di matanya. "Mati sia-sia, ya...?"

1
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
Rinaldi Sigar
lnjut
Yuga Pratama
begitu lebih baik
y@y@
dan akhirnya harus rela menunggu chapter berikutnya🤣
Caveine: sabar bang wkwkw 😂
total 1 replies
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
harusnya guru Ye harus pakai gaya Kuda" Lumping..🤣🤣🤣
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!