Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.
Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.
Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapatkan Ruang Dimensi
Seekor serigala putih besar berdiri di ujung gua, menatap Linlin dengan ekspresi tidak senang karena wilayahnya terganggu.
Linlin menelan ludah. "Baiklah… Sepertinya aku harus segera keluar dari sini."
Linlin menahan napas, perlahan mundur sambil tetap menjaga kontak mata dengan serigala putih besar itu. Hewan itu menggeram rendah, ekornya sedikit terangkat, menunjukkan kewaspadaan.
"Sistem, apa aku bisa mengalahkannya?" bisik Linlin dalam hati.
[Pemilik punya kemampuan bertarung, tetapi serigala ini bukan hewan biasa. Disarankan untuk tidak melawannya kecuali terpaksa.]
Linlin menyipitkan mata. "Serigala ini bukan biasa? Maksudmu apa?"
[Data tidak tersedia. Mungkin setelah interaksi lebih lanjut, informasi tambahan bisa ditemukan.]
Linlin mendesah dalam hati. "Dasar sistem aneh, selalu membuatku penasaran!"
Serigala itu melangkah maju selangkah, mendekatinya. Linlin sadar bahwa jika ia berbalik dan lari, hewan itu bisa langsung mengejarnya. Jadi, ia memilih tetap diam dan menunjukkan sikap tenang.
“Ehm… Aku tidak berniat merebut wilayahmu,” ucap Linlin pelan.
Serigala itu memiringkan kepalanya, seolah memahami kata-katanya.
"Sistem, apakah mungkin hewan ini memiliki kecerdasan tinggi?"
[Kemungkinan besar, ya. Cobalah berkomunikasi lebih lanjut.]
Linlin berpikir sejenak sebelum mencoba pendekatan lain. Ia mengangkat tangannya perlahan, menunjukkan telapak tangannya dengan terbuka.
“Aku hanya datang untuk mengambil beberapa daun tanaman ini. Aku tidak akan menyakitimu atau merusak tempatmu.”
Serigala itu masih menatapnya tanpa bergerak. Tapi geraman rendahnya mulai mereda.
Linlin menimbang situasi. Jika hewan ini cukup cerdas, mungkin ia bisa menggunakan cara lain untuk mendekatinya. Dengan hati-hati, ia mengambil sepotong daging kering dari kantong bekal yang diberikan ibu tadi. Ia mengulurkannya sedikit ke depan.
“Apa kau mau ini?” tanyanya.
Serigala itu menajamkan pandangan, lalu mengendus udara. Perlahan, ia melangkah maju dan—dengan gerakan cepat—mengambil daging itu dari tangan Linlin.
Linlin tetap diam, membiarkan serigala itu mengunyah makanannya. Setelah beberapa saat, hewan itu tampak lebih santai.
“Baiklah, aku akan pergi sekarang,” kata Linlin sambil mundur dengan hati-hati.
Serigala itu masih menatapnya, tetapi tidak lagi menunjukkan sikap agresif. Saat Linlin sampai di mulut goa, ia bisa merasakan napasnya yang sempat tertahan kini mengalir lebih leluasa.
Namun, tepat saat ia akan berbalik dan meninggalkan gua, ia mendengar suara langkah berat mengikuti di belakangnya.
Linlin berhenti, menoleh, dan melihat serigala putih itu berjalan mengikutinya keluar dari gua.
"Eh… kau mau ikut?"
Serigala itu tidak menjawab, tentu saja, tetapi ia berdiri di dekat Linlin dengan tatapan seolah berkata, Ya, aku mau ikut.
[Selamat! Pemilik telah mendapatkan perhatian dari Serigala Putih Langka. Hewan ini bisa menjadi teman atau pelindung jika hubungan berhasil dibangun lebih lanjut.]
Linlin berkedip beberapa kali. "Jadi… aku baru saja mendapatkan teman baru?"
Linlin menatap serigala putih besar di depannya, otaknya berputar cepat. Jika ia membawanya ke desa seperti ini, pasti akan menimbulkan kepanikan.
"Sistem, bagaimana aku bisa membawanya tanpa menimbulkan kehebohan?" tanya Linlin dalam hati.
[Pemilik bisa menggunakan ruang dimensi untuk menyimpannya.]
Linlin mengernyit. "Aku tidak punya ruang dimensi, kan?"
[Benar. Namun, pemilik memiliki poin kebaikan yang bisa ditukar untuk membuka fitur ini.]
Linlin langsung tertarik. "Berapa poin yang dibutuhkan untuk mendapatkan ruang dimensi?"
[50 poin kebaikan.]
Linlin langsung merasa pusing. "Berapa poin kebaikanku sekarang?"
[Kemarin, pemilik mendapatkan 25 poin kebaikan. Hari ini, setelah menyelamatkan anak kecil dan membantu ibunya, pemilik mendapatkan tambahan 20 poin. Total poin kebaikan saat ini: 45.]
Linlin menghela napas panjang. "Kurang 5 poin? Jadi, aku harus berbuat baik lagi sebelum bisa membuka ruang dimensi?"
[Benar. Pemilik hanya perlu sedikit usaha lagi untuk mendapatkan poin yang kurang.]
Linlin melirik serigala putih yang duduk tenang di depannya. Ia merasa serigala ini bukan hewan biasa. Ada sesuatu yang unik darinya.
"Baiklah, kalau begitu, ayo kita cari cara mendapatkan 5 poin tambahan!"
Serigala itu hanya menatapnya tanpa ekspresi, seolah menunggu keputusan Linlin.
"Kau, tunggulah aku disini." perintah Linlin.
Tanpa membuang waktu, Linlin segera berjalan kembali ke desa, berpikir keras tentang apa yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan poin tambahan secepatnya.
Linlin melihat seorang nenek tua di kejauhan yang tengah berjalan tertatih sambil memanggul seikat kayu bakar di punggungnya. Napasnya terengah-engah, dan langkahnya goyah.
Tanpa ragu, Linlin segera berlari mendekat. "Nenek, boleh aku membantu membawa kayu ini?" tanyanya dengan senyum ramah.
Nenek itu menoleh dengan mata penuh keraguan. "Anak muda, kayu ini berat. Kau yakin bisa membawanya?"
Linlin tersenyum kecil. "Tenang saja, nek. Aku lebih kuat dari yang kau kira."
Sebelum nenek itu sempat menolak, Linlin sudah mengangkat kayu bakar dari punggungnya dengan satu tangan. Nenek itu terbelalak kaget. "Ya ampun! Kau kuat sekali, Nak!"
Linlin hanya tersenyum sambil membawa kayu itu dengan mudah. Ia mengikuti nenek itu menuruni gunung menuju rumahnya di tepi desa. Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol santai.
"Kau bukan penduduk desa sini, ya?" tanya nenek itu penasaran.
"Benar, nek. Aku baru datang kemarin."
"Oh, pantesan! Tapi kau baik sekali. Jarang ada anak muda yang mau membantu orang tua seperti ini," puji nenek itu dengan tulus.
Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya mereka sampai di depan rumah kecil nenek itu. Linlin meletakkan kayu bakar dengan hati-hati di samping tungku dapur.
"Terima kasih banyak, Nak. Aku tidak tahu bagaimana harus membalasmu," ucap nenek itu penuh rasa syukur.
Sebelum Linlin sempat menjawab, suara sistem terdengar di kepalanya.
[Selamat! Pemilik telah menyelesaikan tugas kebaikan. Poin kebaikan bertambah 5! Total poin sekarang: 50. Ruang dimensi telah terbuka!]
Linlin terkejut. "Jadi, sekarang aku bisa menggunakan ruang dimensi?" tanyanya dalam hati.
[Benar! Pemilik bisa menyimpan barang di dalamnya tanpa diketahui orang lain. Silakan coba!]
Linlin menyembunyikan senyum kecilnya. Ini benar-benar akan sangat berguna!
Setelah berpamitan dengan nenek itu, Linlin berjalan kembali ke tempatnya semula, siap untuk menguji kemampuan baru yang dimilikinya.
Begitu sampai, matanya langsung tertuju pada sosok besar yang berdiri di antara pepohonan. Seekor serigala putih raksasa dengan bulu tebal berkilauan, mata biru tajam, dan aura gagah yang membuat Linlin tercengang.
Serigala itu menatapnya seolah sudah lama menunggunya. Linlin melangkah maju dengan hati-hati.
"Kau... menungguku?" tanyanya ragu.
Serigala itu mengangguk! Linlin terkejut. "Kau mengerti perkataanku?"
Serigala itu kembali mengangguk, lalu mengeluarkan suara lirih seolah berbicara.
Saat itu, sistem berbunyi di kepalanya.
[Pemilik, ini adalah Serigala Langit Putih, spesies langka yang hanya muncul sekali dalam seribu tahun. Ia telah memilihmu sebagai tuannya.]
Linlin melongo. "Apa? Tuan?"
Serigala itu maju beberapa langkah dan menundukkan kepalanya, seolah meminta persetujuannya.
Linlin menatap serigala putih itu. "Kalau begitu, ayo masuk ke dalam ruang dimensi ku dulu."
Serigala itu mengaum pelan, lalu mengangguk mantap.
Linlin tersenyum dan segera mengaktifkan ruang dimensinya. Dalam sekejap, serigala putih itu menghilang ke dalam ruang dimensi!
Linlin menghela napas lega. "Baiklah, ayo pulang sebelum Yi Hang curiga."
Dengan langkah ringan, Linlin mulai menuruni gunung, kini dengan rahasia besar yang ia simpan dalam ruang dimensinya.
Besuk isinya manipulasi
lanjut💪💪💪💪