NovelToon NovelToon
KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Selingkuh / Mengubah Takdir / Keluarga / Penyesalan Suami / Chicklit
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Jalan berliku telah Nina lalui selama bertahun-tahun, semakin lama semakin terjal. Nyaris tak ada jalan untuk keluar dari belenggu yang menjerat tangan dan kakinya. Entah sampai kapan

Nina mencoba bersabar dan bertahan.
Tetapi sayangnya, kesabarannya tak berbuah manis.

Suami yang ditemani dari nol,
yang demi dia Nina rela meninggalkan keluarganya, suaminya itu tidak sanggup melewati segala uji.

Dengan alasan agar bisa melunasi hutang, sang suami memilih mencari kebahagiaannya sendiri. Berselingkuh dengan seorang janda yang bisa memberinya uang sekaligus kenikmatan.

Lalu apa yang bisa Nina lakukan untuk bertahan. Apakah dia harus merelakan perselingkuhan sang suami, agar dia bisa ikut menikmati uang milik janda itu? Ataukah memilih berpisah untuk tetap menjaga kewarasan dan harga dirinya?

ikuti kelanjutannya dalam

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Kenapa tidak bisa?” Pak Sukadi ikut berteriak membalas Damin. Sebagai seorang ayah, tentu saja lelaki itu tidak rela putrinya dibentak oleh orang lain.

“Seluruh orang di kampung ini bisa jadi saksi. Rumah ini adalah rumah pemberianku untuk Nina, jadi rumah ini akan kembali utuh pada Nina. Adikmu itu sama sekali tidak punya hak.”

“Itu benar, Damin. Aturan memang seperti itu.” Pak Bayan Kartono, ikut menyahut. “Dan tentang kepemilikan tanah ini, karena kalian berpisah, maka kepemilikan tanah ini harus dibagi tiga. Untuk Wito, Nina, dan Agus. Jadi bagian Wito adalah sepertiga, bukan setengah. Terserah Wito atau siapa yang nyusuki. Tapi hitungannya seperti itu. Dan karena hak asuh Agus pasti akan jatuh pada Nina, maka bagian milik Agus akan menjadi milik Nina sampai Agus dewasa.”

(Ini menggunakan adat yang berlaku di desa itu ya gaes. Belum tentu sama dengan peraturan di desa lain. Karena tiap daerah memiliki aturan masing-masing).

Damin merasa tidak terima, tapi dia tak bisa membantah. “Lihat saja, Nina. Kamu ingin mengambil semua dari Wito kan? Aku pasti akan membuatmu menyesal!” ancam Damin.

“Mau membuatku menyesal dengan cara apa, Kang? Mau melempariku pake jampi-jampi juga, seperti musuhmu yang lain? Aku tidak takut. Aku punya Allah yang akan melindungi orang yang tidak bersalah!” Tapi sayang, ancaman nya itu tak mempan untuk Nina, dan itu membuat Damin makin berang.

Wito, melihat situasi yang semakin runyam. Dia sadar, jika dia mengikuti kakaknya, maka dia akan kehilangan segalanya. Maka dia pun berpikir cepat. "Aku salah, Nina. Aku minta maaf. Aku menyesal. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku akan memutuskan hubungan dengan Romlah." Ia menatap Nina dengan penuh penyesalan. Dia tak mau hidupnya hancur begitu saja.

Ucapan Wito itu memantik kemarahan Romlah. Ia berteriak histeris, "Apa katamu? Kau akan memutuskan hubungan denganku? Enak saja! Kau akan mencampakkan aku setelah aku mengeluarkan begitu banyak uang untukmu?! Kau pikir aku ini siapa?! Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja!" Ia menunjuk-nunjuk Wito dengan jari telunjuknya yang gemetar.

“Kita melakukan nya atas dasar suka sama suka, Romlah. Kamu yang menawarkan uang itu sebagai ganti kehangatan yang Kamu mau. Jangan seolah aku yang memaksamu!”

"Tetap saja, Kau berhutang padaku, Wito! Hidupmu juga bergantung padaku. Jangan bodoh! Istrimu itu tidak akan bisa memberimu apa-apa selain kemiskinan! Kau tidak bisa begitu saja meninggalkanku!" Teriakannya bergema menambah hiruk pikuk suasana yang sudah tegang.

“Wahh, si Romlah itu memang edyan tenan. Pantes saja kalau Nina manggil dia janda gatel.”

“Iya, ternyata dia memang gatel.”

“Wong ayu ayu kok koyo ngono klakoane!!”

“Si Wito juga gitu. Jadi laki kok yo kemlinthi temen.”

Berbagai cuitan yang menghujat Romlah dan Wito kembali berdengung bersahutan.

“Satu lagi, Mbak Romlah. Aku akan melaporkan perselingkuhan kalian pada pihak berwajib. Jangan bilang kamu tidak tahu, bahwa perselingkuhan ada hukumnya. Yaaa, cuma sembilan bulan kurungan, sih!” Nina bersedekap santai. Bahkan sambil meniup kukunya.

Wajah Wito semakin pucat. Dia tak mau dipenjara. “Tidak, Dek. Aku mohon, jangan seperti itu. Aku berjanji. Aku benar-benar tidak akan berhubungan lagi dengan Romlah.” serta merta Wito berlutut di depan Nina.

“Rumangsamu, Aku iki mbuk anggep opo, Mas? Sampean mlarat tak kancani, gering tak openi. Jebule koyo ngono piwalesmu. Lagi iso obah sitik wae kakean polah!!” geram Nina. (Miskin aku temani, sakit aku rawat. Ternyata seperti itu balasanmu. Baru bisa gerak dikit saja sudah banyak tingkah).

“Iya, Dek. Iya. Aku sudah tahu aku salah. Kali ini saja, tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan diri, Aku bisa berubah.” Wito kembali memohon, tapi Nina enggan menjawab. Wanita itu hanya diam bersedekap sambil memalingkan wajah.

Tak mendapat respon baik dari Nina, Wito beralih pada pak Sukadi. “Ayah, tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Aku akan benar-benar meninggalkan Romlah. Tapi tolong jangan suruh aku bercerai dari Nina.”

“Wito!!!” Teriak Romlah.

Wito menoleh sesaat, “Memangnya kamu mau dipenjara?” sentaknya.

Romlah menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Wito. “Tapi kita? Bagaimana dengan aku?” Tentu saja dia tidak mau masuk penjara. Tapi dia juga tidak rela Wito pergi darinya begitu saja.

“Kalau Kamu mau, Aku 6ang tidak mau. Aku minta maaf aku tak bisa melanjutkan hubungan kita. Aku mencintai istriku, aku mencintai anakku. Aku tidak mau berpisah dengan mereka.”

“Pak Bayan, Pak Lik. Tolong bujuk istriku. Saya tidak mau hal ini sampai naik ke pengadilan agama. Bukankah setiap orang layak mendapatkan kesempatan kedua?” Kali ini Wito berharap bantuan para pamong.

“Goblok kamu ini, Wito,” teriak Damin yang tidak suka adiknya memohon.

“Aku mencintai istriku, Kang. Aku tidak berpisah. Biarkan aku mengambil keputusan sendiri untuk hidupku,” tegas Wito. Dia tak mau lagi kakaknya ikut campur. “Tolong saya, Pak Bayan,”

“Maaf, Mas Wito. Kami ini hanya penengah. Keputusan ada pada Mbak Nina. Apakah tetap melanjutkan pengajuan perceraian atau tidak.”

“Tidak!” Seru pak Sukadi.

“Baiklah,” sahut Nina.

“Nduk,,,!” Pak Sukadi menatap putrinya sambil menggelengkan kepala. Dia tak rela Nina kembali pada pria seperti Wito. Tapi Nina mengisyaratkan pada ayahnya, kalau semua akan baik-baik saja.

“Dengan satu syarat!!” seru Nina sambil menyorot tajam lelaki yang masih menjadi suaminya.

“Apa pun syaratnya, Dek. Asal kita tidak berpisah.” Wito berseru girang.

“Nduk, apa Kamu yakin?” Pak Sukadi mempertanyakan kembali keputusan Nina. “Sejujurnya, Ayah lebih senang kalau Kamu tak lagi berhubungan dengan lelaki seperti Dia. Ayo ikut ayah pulang. Ayah masih sanggup menghidupi Kamu dan anakmu!!”

“Percayalah padaku, Ayah. Lagi pula ini demi Agus.”

“Jadi, apa syaratmu, Dek?”

Nina menatap wajah Wito datar. “Kita buat perjanjian hitam di atas putih. Mumpung di sini ada pak Bayan yang jadi saksi.”

“Apa itu? Kenapa harus ada perjanjian segala macam?” Wito nampak gusar. Sejujurnya dia merasa was-was.

“Aku ingin kamu buat perjanjian, jika suatu saat nanti, kamu kembali berselingkuh, maka kita akan bercerai saat itu juga…”

“Aku setuju. Aku pastikan aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Mas tak kan pernah kembali pada Romlah. Percayalah padaku!”

“Dengarkan dulu, Mas!” Nina geram karena Wito memotong ucapan nya yang belum selesai. “Perjanjian itu menyatakan kalau suatu saat nanti kamu mengulang perbuatanmu, maka kamu akan menyerahkan apa pun yang menjadi milikmu, termasuk semua warisan yang nantinya akan kamu dapat dari almarhum bapakmu pada Agus!!”

“Tidak bisa.” Seru Damin. “Jangan bodoh Kamu, Wito!!”

“Tidak, Kang. Aku akan menuruti kemauan istriku. Yang penting kami tidak bercerai,” tegas Wito. “Yang penting iya saja dulu.” Begitu pikir Wito.

“Dasar goblok. Kamu benar-benar goblok,” maki Damin. “Memang apa istimewanya perempuan cerewet seperti Dia?” Damin meninggalkan rumah itu dengan membawa kemarahannya.

“Jadi bagaimana keputusannya sekarang?” Tanya pak Saleh. “Kami tentu berharap hubungan kalian bisa diperbaiki. Cerai itu jalan terakhir jika memang tidak ada pilihan lain.”

“Saya setuju syarat yang diajukan Nina, pak Bayan,” jawab Wito.

“Saya minta pak bayan yang membuat surat perjanjian itu, dan mengesahkannya dengan tanda tangan pak Lurah,” pinta Nina. “Dan saya juga minta Pak Bayan berdua, dan juga para tetangga yang ada di sini dan mendengar semua masalah ini menjadi saksi atas apa yang disetujui oleh Mas Wito.”

“Iya, Nin. Kami setuju. Kami akan ikut menghajar Wito jika suatu saat dia bertingkah lagi,” seru seseibu yang didukung oleh yang lain.

Kesepakatan selesai. Pak Bayan meminta Nina dan Wito memberikan tanda tangan di atas selembar kertas. Pak bayan juga mengatakan surat itu akan disahkan dengan stempel dari Pak Lurah dan notaris. Pak Bayan akan mengantarkan surat itu dalam beberapa hari kedepan.

Romlah pulang dengan bersungut-sungut. Caci maki untuk Nina tak berhenti terdengar, mungkin sampai dia tiba di rumahnya. Pak Saleh dan pak Kartono juga sudah pulang, begitupun dengan para tetangga yang tadi berkerumun. Setelah ini pasti seluruh desa akan ramai memperbincangkan mereka. Nina tak peduli.

Tinggallah ayah Nina dan pak Lik bayan saja yang masih di sana. Dia orang itu tidak puas dengan keputusan Nina.

“Habis Kamu kalau berani macam-macam lagi, Mas!”

1
Nar Sih
lanjutt kakk
Uthie
selingkuh itu penyakit,. akan terulang kembali...
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
bikin cerita bener2 bikin esmosi😁 up 2 bab thor please🙏
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
sdh bcara baik2 wito , nina mnta km cr kerjaan lain n jgn hub dg janda bolong lagi tp kamune tamak bin rakus mau enak sendiri
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Rabiatul Addawiyah
emang enak Wit..diceeai in sm istri sah
〈⎳ Moms TZ
duhhh...mak nyes kan
〈⎳ Moms TZ
jajan apa dulu, klo cuma ngopi ngopi sih oke, lah ini jajannya jemblem loh...upsss🤭
〈⎳ Moms TZ
sukurin, siap suruh kamu lebih getol nggarap sawah tetangga drpd sawah sendiri/Curse/
〈⎳ Moms TZ
hahhh...pak lik lik???
〈⎳ Moms TZ
bener ini namanya pak lik parni?
bukan parno?
〈⎳ Moms TZ: ooolahhh, nek tonggoku warni jenenge, nek kang iparku nani /Facepalm/
〈⎳Mama Mia: memang parni. soalnya nama pak lik ku juga parni. adik kandung bapak. fan jadi bayan juga .

ya ampun aku masukin apa sih ke ceritaku 🙈🙈🤣🤣🤣
total 2 replies
〈⎳ Moms TZ
kan gak dpt duit jd gak diitung kerja, begitulah ibu rumahtangga, selalu dipandang sebelah mata, padahal pekerjaan gak ada habisnya klo mau dipegang semua. dari bangun tidur mpe mau tidur lagi
〈⎳ Moms TZ
waduh, ternyata nama damin sama sama bikin mules/Facepalm/
〈⎳ Moms TZ
berarti podo arane yone
〈⎳ Moms TZ: hoohh...
〈⎳Mama Mia: yg nyombor itu kah?
total 2 replies
〈⎳ Moms TZ
nama nama tetangga ku ngumpul dimari/Facepalm/
〈⎳Mama Mia: damin itu kuambil dari nama kakak iparku🙈🙈
〈⎳ Moms TZ: mpok Romlah tetangga kontrakan sedangkan Damin tetangga di kampung /Facepalm/
total 3 replies
〈⎳ Moms TZ
lututnya lemah tp masih bisa nggarap sawah yang menguras tenaga....ya walaupun...../Facepalm/
〈⎳ Moms TZ
enak aja lo bandingin istri lo sm orang lain! emang selama ini lo kasih duit buat dia perawatan? beli skin care ini dan itu....
buat makan aja susah, /Curse/
〈⎳ Moms TZ
nah kan bener....
ternyata imun dan iman Wito tak selemah lututnya 🤭🤗
〈⎳ Moms TZ
jendes ya????
wahhhh....bagaimana kalau.....?????
〈⎳ Moms TZ
masa cuma buat beli garam dapur perumpamaannya, yg harganya cuma 3rb perak...
nanti bisa bisa Nina cuma dikasih segitu lagi 🤔🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!