Bagaimana jadinya jika seseorang kembali ke masa lalu..
Michelina seorang istri yang mencintai Kaisar Jasper dengan sejuta warna. Selama di kehidupannya ia tampil glanmour, seakan dirinya akan membuat Kaisar Jasper terpesona. Namun apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penghinaan. Kaisar Jasper tidak pernah menginginkannya atau lebih tepatnya tidak mencintainya.
Suatu hari Kaisar Jasper membawa seorang gadis dari kalangan biasa,menjadikannya istrinya. Kaisar Jasper sangat mencintai gadis itu. Hingga membuatnya buta dalam kecemburuan. Dia pun mencelakai gadis itu, lalu membuat Kaisar Jasper marah dan menjatuhi hukuman mati padanya.
"Ayah, Ibu maafkan aku. Aku yang bodoh mencintainya. Seharusnya aku tidak mencintainya."
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi tangisan darah
Pada malam harinya. Kaisar Jasper tak bisa tidur, ia membayangkan perkataan Michelina. "Takhta," gumamnya. Ia turun dari ranjangnya dan menuju ke arah teras depan. Memandangi langit di penuhi gerlap gerlipnya sang bintang.
Tiba-tiba, sebuah gambaran muncul di antara ribuan bintang. "Michelina." gumamnya.
Ia menunduk, menatap ke bawah. Para penjaga istana mondar-mandir dan silih bergantian mengawasi istana. "Apa benar kamu tidak mencintai ku? hanya ingin takhta," lirihnya pelan.
Ia pun masuk ke dalam, membaringkan tubuhnya. Bayangan wajah Michelina membuatnya tersenyum, lambat laun senyuman itu memudar di iringi mata terpenjam.
Di dalam mimpinya, Kaisar Jasper melihat aneka ribuan bunga mawar putih. Serta harumnya yang menyengat. Ia melihat kelilingnya kebingungan, hanya ada hamparan bunga dan tak jauh dari sana ia melihat seseorang yang duduk di bawah pohon oak. Semakin dia mendekat, semakin ia merasakan jantungnya berdegup kencang.
Setiap langkahnya, ia merasakan angin sejuk yang membawa harumnya bunga mawar menerpanya. Kaisar Jasper pun terus melangkah, samar-samar ia mendengarkan isakan gadis di depannya yang membelakanginya, memakai baju putih, rambutnya terurai panjang sampai ke punggungnya. Ada hal aneh yang ia rasakan, ia merasa tubuh gadis itu tak asing.
Dengan ragu-ragu Kaisar Jasper menyapanya. "Permisi nona." Ujar Kaisar Jasper. Ia ingin bertanya, dimanakah dirinya saat ini.
"Apa nona tau, ini dimana?"
Tidak ada jawaban, namun hanya ada isakan tangis. "Emm, nona. Bolehkah aku tau."
Gadis itu berdiri, ia membalikkan badannya. Sontak saja, Kaisar Jasper membulatkan matanya. Ia tercengang dengan wanita di depannya. Matanya tajam dan memerah bagaikan darah yang penuh kebencian, air matanya mengalir. Namun ia melihat air mata darah. Rambutnya hitam berkilau, terombang-ambing terbawa angin. Pakaiannya putih seputih salju dengan borderan renda di bagian lehernya dan bagian pinggangnya.
"Permaisuri,"
Wanita itu tersenyum dengan air mata darahnya. Ia menelan ludahnya susah payah, wanita di depannya bagaikan monster yang siap menerkamnya.
"Permaisuri, Permaisuri ada apa dengan mu?" kakinya melangkah ke depan. Ia terus maju, namun baru dua langkah, ada bunga mawar putih yang keluar dari tanah itu dengan menjalar, menampakkan duri di setiap batangnya. Ia terkejut, seharusnya bunga mawar tumbuh ke atas, bukan menjalar ke tanah.
"Permaisuri, hati-hati." Teriak Kaisar Jasper. Tetapi wanita di depannya justru tertawa.
"Seharunya kamu lah yang berhati-hati, kamu yang membuatku seperti ini, kamu yang membuat ku menangis darah. Kamulah yang mengeluarkan darah itu,"
Kaisar Jasper mengernyitkan dahinya, ia tidak paham apa maksud perkataan Michelina. "Permaisuri, kemarilah aku akan membawa mu." Ujar Kaisar Jasper, melihat mawar itu berjalan perlahan-lahan ke arah Michelina. Durinya pun sangat tajam bagaikan ujung panah yang sangat runcing.
"Permaisuri," teriak Kaisar Jasper.
"Aku akan membuat mu menderita, aku akan membuat mu merasakan apa yang aku rasakan. Aku membencimu Kaisar Jasper." Teriaknya.
Kaisar Jasper mematung, air matanya terjun seketika. Nafasnya seakan berhenti, "Michelina."
"Kamu yang membuat ku seperti, kamu yang mentorehkan luka itu." Michelina melangkahkan kakinya.
"Permaisuri, awas." Teriak Kaisar Jasper. Ia ingin sekali menghampiri Michelina. Namun tubuhnya terasa sulit di gerakkan. "Permaisuri, aku mohon berhenti. Lihat kaki mu," lirih Kaisar Jasper. Ia menangis melihat kaki Michelina terluka akibat duri mawar putih itu. Hingga bunga mawar itu pun berubah warna akibat darah kaki Michelina.
"Dulu hati ku seputih bunga mawar ini, cinta ku tulus untuk mu." Air mata darah itu terjatuh ke tanah. "Aku merubah semuanya hanya untuk mu. Dan sampai aku merasakan kehilangan."
"Permaisuri," Kaisar Jasper menggerakkan tangan kanannya, ingin menyentuh pipi Michelina. Bukannya takut dengan tatapan darah itu, ia justru merasakan sakit di hatinya. Akan tetapi tangannya, sangat sulit di gerakkan. Ia berusaha sekuat mungkin. "Michelina."
Michelina semakin dekat, hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja. Michelina tersenyum, tanpa sadar gerakan tangannya langsung menebus jantung Kaisar Jasper dengan sebuah pisau. Kaisar Jasper melihat pisau itu yang menancap tepat di dada kirinya. "Michelina,"
"Inilah yang aku rasakan setiap harinya."
hosh
hosh
hosh
Mata itu terbuka lebar, air matanya sudah keluar semenjak melihat Michelina menatap benci, jijik dan air mata darahnya. Keringat bercucuran di sekitar tubuhnya. Sampai baju tidurnya terbasahi oleh keringat. Nafasnya naik turun antara ketakutan dan kesedihan. "Michelina,"