Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 22
Bram menghela nafas tidak percaya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti Nadira, yang merelakan suaminya kembali dengan pacarnya. Bahkan dirinya sendiri yang akan membawa pacar sang suami kembali ke sisi suaminya.
Wanita seperti apa dia, baru kali ini aku menemukan wanita seperti ini. Tidak seorang wanita pun mau, suaminya kembali ke kekasihnya, tapi dia berbeda. Alby sungguh bodoh. Kalau sampai dia melepaskan wanita berhati malaikat seperti Nadira. Batin Bram.
" Terima kasih atas informasinya Bram. Tolong jangan beritahukan kepada Mas Alby, tentang pertemuan kita ini. Aku mohon."
Alby mengerutkan bibirnya dan mengangguk.
" Aku janji, Dira. Tapi, apa sebaiknya kamu pikirkan lagi, aku rasa rencana mu untuk membawa Syifa ke sisi Alby, akan berdampak buruk bagi rumah tangga kalian nantinya."
Nadira tersenyum tipis. Tanpa di sadari, rumah tangganya pun memang tak sebaik kelihatannya. Nadira berpamitan pada Bram, dan kembali ke rumah sakit.
Setiba di rumah sakit, Nadira berjalan menyusuri lorong, menuju ruang perawatan Alby. Mama dan Papa Alby masih setia menunggu putra mereka sadar.
" Ma, apa mama sudah makan?"
Nadira bertanya pada sang Mama mertua, yang tampak pucat dan sedikit lesu. Mama menjawab dengan menggelengkan kepala. Nadira menghembuskan nafasnya.
" Sebaiknya Mama dan Papa makan siang dulu. Biar Dira yang menjaga Mas Alby disini."
" Mama tidak lapar, Sayang. Biarkan mama disini, mama ingin melihat Alby sadar. Mama ingin menemaninya."
Mama kembali menangis, dan Nadira memeluk mama mertuanya dengan penuh rasa sayang.
" Ma, Mas Alby pasti sadar. Dokter sudah melakukan yang terbaik. Sekarang, mama dan papa makan dulu ya? Biar Dira belikan makanan, ya?"
Saat Dira akan pergi, papa mencegahnya.
" Sebaiknya papa dan mama mencari makan di luar saja, Nak. Biar Mama sedikit tenang. "
Nadira hanya mengangguk. Mama pun dengan berat hati meninggalkan ruangan dimana Alby di rawat. Setelah kepergian kedua mertuanya. Nadira berjalan mendekat ke arah Alby.
" Sadar lah, Mas. Aku berjanji akan mengembalikan kebahagiaanmu. Aku berjanji, setelah kau dan Syifa bersatu, aku akan pergi dari kehidupan kalian. Tapi aku mohon sadarlah."
Nadira berkata sambil menggenggam tangan Alby. Dan saat itu dia sudah tak sanggup menahan air matanya lagi. Nadira menangis sesegukan disisi Alby. Tanpa di sadari olehnya, sepasang mata melihat dari pintu yang sedikit terbuka.
Bram tak sengaja melihat kejadian itu, dan Bram mendengar ucapan Nadira. Kau sudah jatuh cinta pada Alby, dan kau Al, sungguh beruntung di cintai oleh wanita seperti Nadira. Yang merelakan kebahagiannya demi melihat orang lain bahagia. Batin Alby.
Bram mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan Alby. Dia memilih untuk duduk di kursi yang tersedia di depan ruangan. Sampai lelah Bram pun akhirnya tertidur di kursi tersebut. Bram tersadar ketika sebuah tepukan pelan, mendarat di bahunya. Ternyata papa Alby yang melakukan itu.
" Kalau kamu lelah, pulanglah Nak. Om dan Tante masih disini menunggu Alby. Dira juga masih ada disini. "
Bram akhirnya memilih untuk kembali ke apartemen dan beristirahat disana, setelah sebelumnya ia berpamitan kepada semua orang yang ada di ruangan itu.
Pukul sepuluh malam, Mama dan papa Alby sudah kelihatan lelah. Nadira tak tega melihat kedua mertuanya itu.
" Ma, Pa. Sebaiknya Mama dan papa pulang saja. Istirahat di rumah. Dira yang akan menjaga Mas Alby."