Novel Pertama
Hidup mandiri dalam kesendirian dan diacuhkan oleh keluarga karena berstatus anak haram, membuat Bella memilih menjalani takdirnya sendiri. Mengabaikan cibiran orang-orang, Bella berhasil mencapai puncak tertinggi.
Menghilang selama enam tahun lalu kembali menjadi sosok paling disegani dan dihormati. Lidah tajam dan mulut beracunnya membuat orang-orang hanya berani mencibir dari belakang.
"Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu. Berjuanglah keras dalam kesunyian dan biarkan kesuksesan kita menggema ke seluruh dunia."
~ Qiara Arabelle ~
__________
Pria tampan nan arogan serta kekayaan dan kekuasaan berada ditangannya, tidak sengaja dipertemukan oleh gadis berpenampilan sederhana namun berhasil membuat sosoknya yang tak tersentuh mengharapkan cinta dari gadis acuh namun tak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 | Awal Kebahagiaan
Mansion Ramona, 08:00 pm
Bella sudah kehabisan kata-kata sekarang. Dia tidak menyangka jika Alex akan membawanya kesini. Setelah selesai bekerja tadi, Pria itu lagi-lagi memaksa Bella untuk ikut dengannya.
Bella bahkan tidak menyadari jika kunci mobilnya sudah tidak ada ditangannya, alhasil disini lah dia sekarang. Bolehkan dia berteriak sekarang, ini benar-benar diluar dugaan.
Melihat Bella hanya berdiri mematung, Alex segera meraih tanganya dan membawanya masuk.
“Apa kau gila!” ucap Bella sedikit berbisik dengan nada menekan.
“Ya. Aku gila karenamu.” Alex menjawab tanpa menatap Bella. Bella berdecak kesal. Bagaimana bisa pria ini begitu santai mengatakan hal seperti itu.
Bella melihat sekeliling, dia bisa melihat tatapan terkejut para pelayan. Bella sendiri heran, mereka bertingkah seakan-akan Alex tidak pernah membawa wanita.
Baru beberapa langkah memasuki pintu, Bella tersentak kaget saat mendengar seorang wanita berteriak.
“ASTAGA ALEX! APA DIA WANITANYA?” Belum Alex menjawab, Ibunya lagi-lagi berteriak.
“DAD, SOF! CEPAT KEMARI. LIHAT SIAPA YANG DATANG.”
“Ada apa?” Alfred dan sofia turun dengan wajah panik dan tergesa-gesa.
“Mom ... astaga ...” Alex mengacak rambutnya kasar. Bagaimana bisa ibunya berteriak sekeras itu hanya karena dia datang membawa seorang gadis!
“Minggir!” Clarissa mendorong Alex hingga tautan tangan mereka terlepas. Lalu dengan cepat ibunya menarik Bella lalu membawanya duduk di hadapan Alfred dan Sofia.
Bella menjadi linglung sesaat. Dia seperti barang yang terus berpindah tangan. Alex mendengus kasar lalu ikut duduk disamping Bella.
“Dia kekasih Alex.” Bella terkejut mendengar penuturan dari wanita paruh baya yang masih tetap cantik ini.
Situasi macam apa ini, Ya tuhan.
“Em, sorry, Mrs. Seperti nya anda salah paham.” Bella membenarkan.
Alex menatap Bella tidak suka. “Dia memang bukan kekasihku ...” Bella tersenyum senang.
“Tapi calon istriku.” tambahnya lagi. Membuat senyum cantik diwajah Bella memudar seketika dan menatap tajam pria itu.
“Sudahlah, nak. Terima nasib saja,” ucap Clarissa terkekeh pelan.
“Aku Clarrisa. Ini suamiku Alfred dan yang ini adik Alex, Sofia.”
“Saya Qiara Arabelle. Cukup panggil Bella saja.” Bella tersenyum canggung. Rasanya, dia sudah seperti seorang kekasih yang dibaca menemui calon mertua.
Sofia terua menatap Bella tanpa berkedip. Dia mulai menyadari jika wajah gadis ini begitu familiar. Bukankah ini gadis cantik waktu itu?
“Mom ... apa Mommy tidak mengenalinya?” Sofia berbisik pada ibunya. Ibunya hanya menatap Sofia bingung, Sofia menepuk Kening nya pelan.
“Mom, dia kakak cantik yang menolong kita di Mall.” Masih dengan berbisik membuat Clarissa menatap Bella intens. Yang ditatap pun sedikit gugup.
Alex yang menyadari itu langsung meraih tangan Bella dan menggenggamnya. Bella menatap Alex protes.
“Thanks," ucap Clarissa tiba-tiba.
“Ya?”
“Terima kasih sudah menolong kami waktu itu.” Bella masih diam sedangkan Alex dan Alfred hanya mendengarkan karena memang tidak mengerti apa yang dibicarakan
“Aish, Mommy. Biar aku saja,” ucap Sofia saat melihat Bella masih terlihat bingung.
“Kak. Kau membayar semua belanjaan kami saat di Mall. Waktu itu Mommy lupa membawa dompetnya dan kakak menolak saat kami ingin menggantinya,” jelas Sofia.
Alex dan Alfred langsung menatap Bella. Mereka tahu, setiap barang yang dibeli Sofia dan ibunya itu pasti tidaklah murah.
“Berapa totalnya?” tanya Alex dan Daddynya bersamaan
“$17602,82.” Sofia menyengir.
Alex memijit pangkal hidungnya. “Kenapa kau memberikan uang sebanyak itu secara cuma-cuma. Setidaknya biarkan mereka menggantinya,” katanya pada Bella.
Sebenarnya, bagi Alex uang itu hanya seujung kukunya saja. Dia bahkan mendapat miliyaran dalam satu hari saja. Tapi berhubung ini milik wanitanya, apalagi Bella pasti sudah bekerja keras untuk mendapatkan nya, dia tidak rela.
Padahal kenyataannya, Bella sendiri hanya duduk manis. Bahkan gadis itu pernah memberikan lebih dari itu pada orang lain. Ditambah dengan status kekayaannya tidak jauh berbeda dengan Alex.
“Benar, Nak. Terima kasih sudah menolong mereka. Jadi, biarkan Alex menggantinya nanti.” Alex menatap Ayahnya protes.
Kenapa dia!
Bella menghela nafas pelan “Baiklah.” Membuat mereka tersenyum.
Mereka melanjutkannya dengan makan malam, ditambah dengan kehadiran Sofia yang membuat mereka terhibur. Rasanya Bella ingin menangis sekarang, apalagi saat melihat Clarissa dan Alfred yang nampak perhatian pada anaknya.
Jujur. Ini pertama kalinya Bella merasa iri pada orang lain. Iri akan kehangatan keluarga yang tidak pernah bisa dia capai. Clarissa menyadari itu, sejak awal dia sudah bisa melihat betapa kosongnya wanita ini. Dia bisa melihat ada dinding kokoh yang membatasi hatinya, itu sebabnya dia tidak mudah tergoda akan sesuatu termasuk materi.
“Mulai sekarang kau harus memanggil kami dengan sebutan Mommy, Daddy. Okayy! Karena kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Mengerti!” Bella terkejut.
“Tap ....”
“Kami tidak menerima penolakan!” Bukan Clarissa melainkan Alfred yang mengatakannya. Sama persis seperti Alex yang tidak suka ditolak.
Bella tidak tau harus berkata apa sekarang. Tapi dia merasa matanya basah. Dia menatap Alex yang juga sedang menatapnya. Alex mengangguk dengan senyum tampannya.
“Thank you. Tapi aku tidak pantas untuk kalian anggap keluarga. Kalian bisa mendapatkan yang lebih baik. Aku takut mengecewakan kalian nantinya. Sebelum ini terlalu jauh. Aku ....”
“Tidak!” Rahang Alex mengeras. Dia sudah bisa menebak apa yang akan gadis ini katakan. Bukankah sudah dia katakan jika dia tidak suka menerima penolakan!
“Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu di masa lalu. Tapi dengar ...” Alex menatap Bella, menggenggam tanganya lembut. Ada sedikit tatapan tajam di matanya.
“Jangan bandingkan orang yang mencintaimu dengan masa lalumu. Hargai dia yang kini berusaha membuatmu bahagia. Aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, tapi apa yang aku rasakan saat bersamamu.”
Air mata Bella menetes lalu mengalir tanpa persetujuan. Menunjukkan betapa menyedihkannya dia, dia tidak pernah merasa dicintai seperti ini sebelumnya.
Pria arogan ini! Kenapa dia bisa menangis.
Clarissa bangkit lalu memeluk Bella. “Kau tidak percaya pada kami?” katanya lembut.
“Mom tidak peduli dengan statusmu nantinya. Kami tahu siapa yang pantas atau tidak.” Clarissa mengelus pipinya lembut.
“Kau tidak perlu khawatir. Kami akan melindungimu.” Alfred berbicara. Menepuk bahunya pelan.
"Thank you," lirih Bella
“Yes. Akhirnya aku punya kakak ipar.” Sofia bersorak senang.
Terima kasih Tuhan. Terima kasih sudah memberiku sebuah keluarga. Kuharap ini adalah awal dari kebahagiaan ku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...LIKE...
...VOTE...
...COMMENTS...
...TERIMA KASIH YANG SUDAH DUKUNG AUTHOR😙...
...Satu Like dari kalian bisa menambah semangat aku buat terus lanjut...
...❤...