Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 29
"Pagi Ma."
Sapa Elgar pada Bu Dirga yang sedang menunggunya di meja makan untuk sarapan. Tak lupa dia mencium kedua pipi mamanya sebelum menarik kursi lalu duduk.
Bu Dirga yang baru pulang tadi malam dari luar kota menatap Elgar tak percaya. Sudah tujuh tahun dia tak melihat Elgar seperti ini. Putranya yang dingin dan tak pernah senyum itu, pagi ini mendadak terlihat berubah. Senyum tak pernah luntur dari bibirnya, dan yang paling membuatnya heran, penampilan Elgar sangat berbeda. Terlihat lebih tampan dan bersemangat.
"Kamu potong rambut El?"
Elgar hanya menanggapi dengan senyuman. Lalu mengambil roti isi selai yang disiapkan mamanya dan langsung memakannya.
"Bi, buatin aku coklat hangat."
Bi Dirga mengernyit. Tumben Elgar minta coklat, biasanya dia selalu minum kopi dipagi hari. Bahkan saat ini, secangkir kopi sudah terhidang dihadapannya.
"Kamu gak ngopi El?"
"Nanti aja mah dikantor." Tak ada yang lebih nikmat dari kopi bikinan Mila. Setidaknya, itu menurut Elgar.
Bu Dirga masih heran, tapi memilih tak memperpanjang. Mungkin anaknya sedang bosan dengan kopi.
"Salsa sudah pulang?"
Elgar menggeleng. Jika bukan karena Salsa, lalu apa yang membuat Elgar berubah dan tampak sangat bahagia seperti ini?
"Kalian jadi program kehamilankan?"
Elgar yang hendak menggigit roti mendadak batal. Disaat hatinya sedang bahagia seperti sekarang, kenapa mamanya malah membahas Salsa. Elgar meletakkan kembali roti keatas piring.
"Kami akan segera bercerai Ma."
Bu Dirga yang sedang mengoles nutela pada rotinya langsung berhenti. Dia tak begitu terkejut mengingat seperti apa rumah tangga anak dan menantunya itu. Tapi dia penasaran, apa yang membuat Elgar tiba tiba ingin bercerai? Apa perubahan Elgar ada hubungannya dengan itu?
"Kamu...sedang jatuh cinta El?" tebak Bu Dirga.
Ya, lebih tepatnya, jatuh cinta lagi dan lagi pada wanita yang sama. Yaitu ibu dari anakku.
Elgar menghela nafas, antara iya atau tidak untuk menceritakan tentang Saga dan Mila pada mamanya. Dia yakin mamanya akan bahagia jika tahu Saga cucunya, tapi ketakutan Mila sangat beralasan.
"Mah, bisakah nanti, siapapun wanita yang Elgar cintai dan pilih sebagai pendamping, mama akan merestuinya?"
Melihat wajah Elgar yang tampak serius, Bu Dirga yakin jika seorang wanita telah berhasil meluluhkan hati putranya. Mungkinkah Elgar sudah berhasil melupakan Mila? Pertanyaan itu yang ada dikepala Bu Dirga. Tapi ada masalah lebih serius dibanding siapa wanita itu?
"Apakah Salsa setuju untuk bercerai?" Menurut Bu Dirga, perceraian Elgar dan Salsa yang lebih penting saat ini. Dia ingin Elgar menyelesaikan dulu masalahnya dengan Salsa.
"Aku tak butuh persetujuannya Mah. Aku akan tetap menceraikannya apapun yang terjadi. Aku laki laki, sekali aku menjatuhkan talak, itu artinya kami bercerai, meskipun mungkin proses hukumnya tak semudah itu."
"Jangan membuat kesalahan. Berpisahlah secara baik baik. Dan untuk wanita itu, siapapun dia, jika dia memang wanita baik baik, dia tak akan mau menjalin hubungan dengan suami orang. Jadi selesaikan dulu masalahmu, jangan memperumit keadaan."
Elgar mengangguk lalu melanjutkan makannya.
"Tadi malam mama mimpiin Saga. Jadi kangen sama anak itu." Bu Dirga tersenyum mengingat mimpinya tadi malam.
Apakah mama mau menerima Mila jika tahu Saga adalah cucunya?
Setelah sarapan, Elgar gegas berangkat kekantor. Dia sudah tak sabar ingin bertemu Mila. Rindu sekaligus penasaran seperti apa cantiknya Mila saat mengenakan baju yang dia belikan kemarin.
Tapi sayang, sesampainya dikantor, dia melihat Mila mengenakan baju lain. Dan yang lebih menarik perhatiannya, adalah mata bengkak Mila. Ternyata bukan hanya Saga saja yang menangis semalam, mantan istrinya itu sepertinya juga sama.
Elgar menatap lekat Mila yang sedang berjalan kearahnya dengan secangkir kopi ditangan.
"Kenapa kau menceritakan tentang perpisahan kita pada Saga?" Sebenarnya Elgar tak setuju dengan yang dilakukan Mila.
"Karena memang seperti itulah kenyataannya El." Mila tak ingin membahas hal pribadi ditempat kerja. Setelah meletakkan kopi, dia berniat segera keluar. Namun niat tinggal niat, karena Elgar lebih dulu menahan pergelangan tangannya.
"Kita akan kembali bersama Mil, seharusnya kau tak perlu menceritakan itu semua. Kenyataan ini hanya membuat Saga terluka, kasihan dia."
"Tapi Saga harus tahu seperti apa keadaan orang tuanya. Dan kau, tak seharusnya memberikannya janji yang belum tentu bisa kau tepati."
Mila mencoba melepaskan tangannya dari cekalan Elgar, sayangnya dia kalah tenaga. Bukannya lepas, Elgar malam menarik pinggangnya hingga tubuh mereka menempel. Saking dekatnya, Mila bisa merasakan detak jantung Elgar yang berpacu.
Tak berbeda dengan Elgar, jantung Mila juga berdetak sangat cepat. Posisi ini sungguh membuatnya tak bisa bernafas. Selain Elgar yang menekan pinggangnya, pria itu juga sedikit mendunduk dan menatapnya lekat. Hangat nafas Elgar terasa menyapu wajahnya.
"Akan kubuktikan janjiku."
...----------------...
Melihat Salsa yang hendak menegak minuman, Ben langsung merebutanya. Pria itu mendengus kesal lalu melempar botol minuman ke tong sampah. Entah kapan belinya, dia tak tahu menahu bagaimana minuman itu tiba tiba ada dikamar tempat mereka menginap.
"Ben!" Seru Salsa yang geram dengan ulah Ben.
"Berapa kali aku bilang, berhenti minum Sa." Tekan Ben sambil menatap Salsa tajam. "Bagaimana kau bisa sembuh jika tak mau berusaha."
Salsa membuang pandangannya kearah lain. Bukannya dia tak ingin sembuh dari alcoholism yang dideritanya, hanya saja dia sudah terlanjur terbiasa menggunakan minuman itu sebagai pelarian disaat sedang ada masalah.
"Kau masih rutinkan meminum vitamin yang aku berikan?"
Salsa kembali menatap Ben. Sebenarnya dia penasaran dengan vitamin yang selalu diberikan Ben sejak beberapa bulan kebelakangan ini.
"Aku sudah tidak mengkonsumsinya. Aku tak mau mati konyol karena kau meracuniku."
Pletak
Ben menjitak dahi Salsa hingga wanita itu meringis kesakitan dan mengusap dahinya. Melihat itu, Ben langsung mengecup dahi Salsa berkali kali. Sebenarnya Salsa hanya bercanda, dia yakin tak munkin Ben meracuninya. Meski tak tahu itu vitamin apa, dia tetap mengkonsumsinya.
"Maaf." Ben melingkarkan kedua lengannya dipinggang Salsa lalu merapatkan tubuh mereka.
Tanpa Salsa ketahui, vitamin yang diberikan Ben padanya adalah penyubur kandungan. Ben mendapatkannya dari salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter kandungan. Sembari membantu Salsa lepas dari kecanduan alkohol, Ben selalu memberikan vitamin penyubur kandungan dan mengajak wanita itu hidup sehat.
Ben ingin sekali memiliki keturunan bersama Salsa. Dan mungkin dengan cara itu, Salsa mau berpisah dengan Elgar dan seutuhnya menjadi milik Ben.
"Ben, sepertinya kita harus membatalkan rencana mengunjungi keluargamu."
Ben mengernyit. Salsa sendiri yang punya ide mengunjungi keluarganya, tapi kenapa mendadak dibatalkan?
"Ada masalah?"
"Perasaanku gak enak. Kemarin mama telepon dan menyuruhku pulang."
"Alasannya?"
"Papa kangen katanya. Tapi anehnya, papa malah gak pernah telepon aku. Bahkan saat aku coba menghubungi papa, teleponnnya tak pernah aktif. Setiap aku bilang ke mama kalau aku mau bicara sama papa, mama selalu bilang papa lagi keluar. Aku takut terjadi sesuatu pada papa." Salsa menggigit bibir bawahnya untuk menahan air mata. Hatinya tak tenang saat memikirkan sesuatu yang buruk terjadi pada papanya.
Salsa menjatuhkan kepalanya pada dada bidang Ben. Disana tempat ternyaman baginya untuk menumpahkan air mata.
"Sepertinya telah terjadi sesuatu yang buruk pada papaku Ben." Salsa terisak dalam dekapan Ben. "Bahkan Elgar yang tidak peduli padaku dan sangat membenci papa, meneleponku dan memintaku pulang."
Ben mengusap punggung Salsa agar lebih tenang.
"Jangan berpikiran negatif dulu. Berdoa saja semoga papamu baik baik saja. Nanti malam penutupan pameran. Besok aku akan segera mencari tiket pulang ke Indonesia."
Salsa mengangguk. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia bersyukur memiliki laki laki seperti Ben. Selalu ada untukku dan sangat memahaminya. Tapi entah kenapa, dia masih belum bisa melepaskan Elgar.
kek penyakit kali dengar jnda
Lo selingkuh sama laki-laki yang mencintai Lo.
di bisa memberi Lo kebahagian yang tidak Lo dapat dari Elgard
tidak tau siapa aja yang kerja di perusahaan ya El