Arman berselingkuh dari istrinya karena cinta masalalu yang hadir ditengah rumah tangga yang mulai dia bina. pernikahan karena perjodohan itu awalnya tak dia terima dengan baik sampai akhirnya dia mulai menyadari kesalahannya dan ingin memperbaiki nya tapi sang Istri Aurora akhirnya menyerah dan pergi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aksi Aurora
Aurora telah menidurkan anak kembarnya kemudian dia masuk ke kamarnya mengambil pakaian karena dia akan mandi, dia tidak menggubris perkataan Arman yang ingin mengajaknya berbicara.
"Mereka sudah tidur?? Tanya Arman ingin mendekati sang istri tapi Aurora menghindar.
" Apa maksudmu Aurora, aku ini suaminya jangan keterlaluan". Bentaknya dengan kasar.
"Dengarkan baik-baik Arman, aku ini sudah tahu semua kelakuanmu diluar sana bahkan aku memiliki bukti perbuatan asusila yang kau lakukan bersama Rania, jika kau sayang dengan kariermu sebaiknya urus perceraian kita". Ucap Aurora memandang tajam Arman dan langsung menembus jantung Arman.
Arman langsung pucat dan berkeringat dingin, dia tengah ketakutan dengan ancaman Aurora padanya.
"Aku tidak mau Aurora jangan memaksa ku!! ". Frustasinya.
" Terserah padamu, jika kau tidak mau maka aku akan melakukannya dan jika kau mempersulit ku aku akan membuat karier yang kau banggakan dan kau rintis dengan susah payah itu akan hancur". Ancamnya dengan nada rendah penuh penekanan.
"Kau mengancam ku??
" Jika menurutmu itu ancaman silahkan saja, yang jelas lakukan keinginanku jika kamu mau keluarga besarmu aman dan juga karir mu". Aurora meninggalkan Arman yang mengepalkan tangannya.
Dia tidak menyangka Aurora yang dia kenal lemah lembut dan penyayang itu sekarang bisa bersikap seperti itu.
"Ya Allah ampuni aku karena memperlakukan suamiku seperti ini, tapi aku sudah tidak sanggup jika seperti ini. Aku lelah!! ". Aurora jatuh bersimpuh karena tak sanggup menopang tubuhnya, dia sangat sakit mengetahui jika sebulan ini suaminya bermain gila dibelakangnya.
Malam hari pun tiba, Aurora tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan menyiapkan segala kebutuhan suaminya kecuali berhubungan badan karena dia masih dalam masa Nifas dan tidak bisa melakukan hubungan badan.
"Aku tidak akan melepas kan kamu Aurora, kamu harus menerima Rania sebagai Madumu nanti, karena aku akan menikahi Rania apapun yang terjadi". Arman mengatakannya dengan sikap tak perduli pada perasaan Aurora.
Dia tidak perduli atas perkataan Aurora yang baginya hanya gertakan semata.
Aurora tidak menjawab perkataan Arman tapi tatapannya menanam karena tersulut emosi.
"Terserah apa katamu, tapi kamu harus menerima konsekuensi yang kamu katakan. Bagimu mungkin itu hanya gertakan maka aku akan membuktikan apa yang kukatakan padamu tadi sore". Aurora berkata tegas tanpa mengalihkan pandangannya.
Arman mengindikkan bahu tidak perduli, dia tahu jika itu hanya sekedar kata-kata yang diucapkan Aurora untuk mengancamnya.
"Assalamualaikum". Ucap dua orang parubaya yang tidak lain orangtua Arman.
Melihat kedua orangtuanya, Arman tiba-tiba merasa takut dan gusar. Tapi dia berusaha menepis ketakutannya itu. Mungkin memang orangtuanya datang berkunjung untuk melihat cucunya.
"Duduklah ayah, bunda ada yang ingin Aurora sampai kan!! ". Ucap Aurora dengan sopan dan tenang
Sedangkan Arman terlihat gusar dan salah tingkah melihat orangtuanya menatapnya.
" Apa yang ingin kamu bicarakan nak ??, kelihatannya sangat penting sampai kamu menyuruh kami datang malam begini". Ibunda Arman itu membelai rambut menantunya itu dengan sayang.
"Iya nak, apa gerangan yang membuatmu harus memanggil kami malam seperti ini??". Tanya ayah Arman dengan penasaran.
" Aku dan Arman akan bercerai bunda, ayah". Ucap Aurora memandang keduanya dengan sendu.
Kedua mata parubaya itu membola sempurna, "bercerai??, bagaimana bisa??
"Nak, apa yang kamu katakan??, jika kamu bercanda pada kami, bercandaan mu tidak lucu!! ". Ucap ayah Arman dengan marah dan berusaha menutupi emosinya.
Sedangkan Arman menganga mendengar penuturan sang istri, jadi apa yang dia katakan tadi sore itu bukan gertakan melainkan ultimatum. Dia kesulitan menelan salivanya karena dia tahu sebentar lagi dia akan mendapatkan kemurkaan ayah dan ibundanya.
"Aurora tidak bercanda ayah, bunda. Lihatlah ini!! ". Aurora memperlihatkan video yang dia terima bahkan dia memasukkannya dan dia sambungkan ke TV agar semua orang bisa melihatnya.
" Ya Allah, allahu akbar". Ucap Bunda Arman memegang dadanya yang tiba-tiba sejak melihat kegiatan menjijikkan yang terlihat dari video di TV itu.
Tidak hanya bunda Arman, bahkan ayahnya bereaksi sama. Sedangkan Arman lelaki itu terdiam bak patung dengan mulut menganga menyaksikan video itu.
"Bagaimana mungkin kau memiliki itu??". Cicitnya dengan pelan nyaris tak terdengar tapi Aurora yang dekat dengannya mendengarnya dengan jelas walau pelan.
" Tak perlu kamu tahu, itu sudah sangat cukup untuk membuat pernikahan ini berakhir bukan?? ". Aurora hanya tertawa getir.
Walau dia berusaha kuat, dia juga rapuh, air matanya keluar dengan deras tanpa dia minta.
" Aku sudah mengajukan gugatan perceraian dan lusa akan ada panggilan untuk sidang pertama". Ucap Aurora menghapus kasar air matanya.
Baginya kini air matanya terlalu berharga untuk menangisi penghianat yang berkedok poligami itu.
"Nak, ya Allah". Ibunda Arman itu segera menghampiri sang menantu untuk memeluknya dan tak henti meminta maaf atas perbuatannya sang anak.
Ayah Arman berdiri kemudian menghampiri sang anak yang kini tertunduk ketakutan.
" Dasar anak tidak tahu diri, apa yang kau lakukan itu ha!! ". Ayah Arman menarik kerah baju anaknya kemudian memukul wajahnya dengan keras meluapkan rasa marah dan kecewanya yang tak terkira itu.
" Aku memilihkan kamu gadis baik dan sempurna tapi kau melakukan hal asusila yang tidak pantas seperti itu!! ". Teriaknya dengan murka.
Dia tidak menyangka anak yang dia besarkan dengan segenap jiwa raganya melemparkan kotoran yang sangat bau dan bahkan tak bisa hilang.
"Bugh". Pukulan keras iya daratkan kembali kepada sang anak sampai Arman jatuh terduduk memegang perutnya akibat pukulan keras dari ayahnya itu.
Dia tidak melawan karena orangtuanya yang melakukannya.
" Semua keputusan ada ditanganmu Aurora, ayah tidak akan melarangmu mengambil keputusan bercerai dari anak ayah karena apa yang dia lakukan memang fatal dan tidak termaafkan. Ayah hanya malu kepadamu karena terlalu membanggakan anak yang bahkan melakukan hal menjijikkan seperti itu!! ". Ayah Arman meneteskan air matanya.
Dia sungguh kecewa dengan tindakan sang anak yang sangat tidak bermoral itu.
" Ayahmu benar, bunda tidak akan menghalangi apapun keputusanmu nak, bunda tahu itu pasti sangat menyakitkan untukmu. Maafkan bunda karena gagal mendidik anak bunda menjadi ayah dan famili yang baik untukmu!! ". Bunda Arman menangis pilu karena kecewa dengan anaknya itu.
Dia sudah kecewa diawal saat Rania datang dan mengatakan mereka pernah berhubungan badan tapi dia berusaha untuk memaafkan tapi untuk kali ini dia tidak bisa memaafkannya.
" Terima kasih ayah dan bunda mendukung aurora, maafkan aku karena aku tak bisa mempertahankan pernikahan seperti ini". Aurora menundukkan kepalanya meneteskan air matanya, dia sungguh sakit hati melihat tindakan yang dilakukan suaminya dibelakang nya selama sebulan ini dan paling parahnya mereka malah berhubungan dan meneruskannya.