Kerajaan Danemor menjadi sebuah kerajaan yang kuat setelah Raja Adolf I telah naik takhta menggantikan raja sebelumnya, namun dibalik kuatnya kerajaan itu, menyimpan sisi kelam yang sangat mengerikan, Raja yang sangat keji terhadap musuh dan rakyatnya sendiri, pertumpahan darah sangat lumrah terjadi di kerajaan Danemor.
Kelahiran seorang anak laki laki menjadi harapan untuk semua orang untuk menggulingkan takhta Raja Adolf I, mampukah anak harapan itu mampu melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sergey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemberontakan dimulai
"Anda adalah kebenaran tuan, saya sudah bersumpah untuk mengikuti raja semenjak saja menggantikan ayah saya sebelumnya, meski itu sudah lama tidak membuat ingatan saya luntur." ucap Paul.
"Baiklah, dengarkan rencana ku, mereka berdua pasti akan menghasut warga Beurne untuk memberontak, ada yang ingin aku tunjukkan Paul, pengawal, bawa sini senjata mu." ucap Adolf.
"Ini yang mulia." ucap pengawal sembari menyerahkan senjata nya.
"Ini adalah senjata revolusioner Paul, sungguh aku beruntung tidak harus membunuh mu dengan senjata ini." Adolf berkata sambil tersenyum.
"Senjata apa itu tuan? Ku kira itu adalah tombak karena di ujung senjata itu terdapat belati kecil." ucap Paul dengan penuh penasaran.
"Ini adalah senapan api, jika kamu tidak menghentikan Otto, sudah bisa dipastikan tubuh Otto berlubang, aku tak mau mengungkap keberadaan senjata ini begitu awal, karena senjata ini adalah kunci untuk kemajuan negara kita." ucap Adolf.
"Bisa aku lihat tuan, senjata ini tak ada bedanya dengan tombak." ucap Paul.
Adolf tak banyak bicara dia kemudian mengarahkan peluru itu ke tembok, kemudian dia menekan pelatuk itu dan suara ledakan nyaring pun terdengar, Paul yang kaget pun dia langsung melihat arah tembok, terlihat tembok yang menjadi sasaran Adolf langsung berlubang seukuran ibu jari, Paul langsung melongo melihat itu.
"Bagaimana mungkin? Aku tidak percaya dengan kehadiran sihir, tapi apa ini?." Paul terheran heran melihat itu.
"Tenang lah Paul, ini bukanlah sihir, tidak ada sihir di dunia ini, semua hanya mitos belaka, inilah yang dinamakan teknologi, yang kamu lihat adalah senjata revolusioner yang menggantikan pedang dan panah, nantikan saja perkembangan yang akan aku buat." Adolf berbangga diri atas dirinya.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang tuan? dengan 2 duke yang menjadi musuh kita, ditambah warga wilayah Beurne yang akan menjadi masalah, aku curiga mereka juga akan mengajak kerajaan Polusk untuk ikut serta dalam pemberontakan ini." ucap Paul.
"Tidak masalah, Polusk jika turut ikut serta, tentu akan menjadi alasan tepat untuk kita menyerang mereka, yang terpenting fokus kita adalah membasmi para pengkhianat ini, sekaligus menyelesaikan masalah revolusi industri yang sangat kekurangan tenaga." ucap Adolf.
Memang benar jika penemuan senjata api adalah hal yang mengagumkan, tetapi pembuatan senjata ini sangatlah rumit dan diperlukan ribuan tenaga agar bisa memproduksi nya dengan jumlah besar dan cepat, untuk itulah Adolf memiliki sebuah rencana untuk mengatasi kekurangan pekerja tersebut.
Dibalik besarnya populasi kerajaan Danemor, banyak rakyatnya adalah penduduk tidak tetap, mereka bisa saja berpindah kapan pun yang mereka mau, diperkirakan setiap tahun ada 20 juta orang keluar masuk kerajaan Danemor dan berpindah ke kerajaan lainnya, tentu ada nya hal ini adalah ketidakpastian hukum yang ditetapkan oleh raja sebelumnya.
Adolf pun memperbarui hukum migrasi kerajaan dengan minimal 1 tahun tinggal di Danemor, jika meninggalkan Danemor untuk ke 2x nya maka siapapun dilarang memasuki Danemor untuk selamanya, alhasil 30 juta penduduk pergi meninggalkan Danemor hingga tersisa 70 juta penduduk tetap, Adolf berpikir tidak masalah dengan kehilangan 30 juta orang lagipula orang orang itu bukanlah orang yang produktif, atau kasarnya adalah orang tidak berguna yang tidak menghasilkan apapun.
"Maksud tuan adalah dengan menggunakan rakyat Beurne yang berkhianat?." ucap Paul.
"Tepat sekali, hukuman yang sangat tepat untuk mereka, selain membunuh Herman, mereka juga membuat onar di berbagai daerah, tentu posisi ku sebagai raja tidak bisa menutup mata membiarkan rakyat ku gelisah, tentu lebih baik daripada menghukum mati jutaan orang itu, akan jauh lebih jika menggunakan tenaga mereka secara gratis untuk membayar perbuatan mereka, sekaligus adalah bentuk hukuman sosial akibat perbuatan mereka sendiri." ucap Adolf.
"Menurutku tidak masalah tuan, justru itu adalah langkah brilian, selain tenaga gratis juga mengurangi populasi kerajaan ini yang sangat banyak ini, tentu semakin lama kita perlu ekspansi daerah lain, bahkan jika kita ekspansi ke benua timur, utara, maupun selatan jika memungkinkan." Paul pun menghela napas.
"Untuk urusan ekspansi nanti saja kita bahas setelah menyelesaikan masalah pemberontakan ini, kita tunggu saja tanggal mainnya, kembali lah ke wilayah mu agar mempersiapkan peperangan, sebar lah doktrin dan katakan jika 2 duke sudah berkhianat dan berkolusi dengan kerajaan tetangga untuk menyerang raja, tidak hanya itu, seluruh rakyat Beurne sudah berkhianat pada kerajaan ini, masyarakat bebas mengambil keputusan untuk menghukum orang Beurne yang telah berbuat onar, pihak kerajaan akan turut mendukung masyarakat untuk menjalankan sanksi masyarakat." ucap Adolf.
Seminggu kemudian
"Tuan, saya telah berhasil menyelesaikan proyek mesin uap ini, dan saya telah bekerja sama dengan Darin untuk membuat mesin yang membuat produksi senjata api menjadi lebih cepat, kini ribuan senjata api siap untuk digunakan pasukan kerajaan." Albert berkata dengan penuh kebanggaan.
"Hebat, teruslah menciptakan inovasi Albert, tentu kerajaan tidak akan menyia nyiakan kesempatan para genius bekerja, saya akan menunggu penemuan mu selanjutnya." Adolf sangat bangga dengan Albert.
"Tentu saja tuan, nantikan lah penemuan ku selanjutnya." ucap Albert.
"Jika kamu menemukan genius lain, ajaklah untuk berkolaborasi, tentu proyek akan lebih cepat dikembangkan dan penemuan lainnya akan menjadi barang revolusioner untuk manusia, jangan merasa tersaingi karena kerajaan akan mengapresiasi kalian para genius." ucap Adolf.
"Tentu tuan saya mengerti, terimakasih atas nasihatnya, saya pamit undur diri." Albert pun meninggalkan ruangan Aula.
"Jhon bagaimana dengan perkembangan yang terjadi di seluruh wilayah?." ucap Adolf
"Masyarakat seluruh wilayah telah menghukum rakyat Beurne, tidak sedikit yang dibunuh oleh masyarakat, rakyat Beurne yang berada di wilayah lain pun kembali ke Beurne, mantan duke Otto dan Erik memimpin 5 juta rakyat Beurne dan 100.000 pasukan, kini mereka bersiap siap untuk memulai penyerangan, 50.000 pasukan disiagakan untuk menjaga perbatasan wilayah Beurne."
"Terus amati perkembangan wilayah Beurne, pastikan untuk terus melapor." ucap Adolf.
"Baik tuan." ucap Jhon.
Sebulan kemudian.
"Tuan pasukan Beurne mulai bergerak 1 hari yang lalu, 50.000 pasukan yang ditempatkan di Beurne telah menahan mereka dengan keras, korban dari serangan ini adalah 2000 pasukan untuk menahan gelombang serangan pertama, sedangkan musuh kehilangan 3000 orang." ucap Pan.
"Persiapkan pasukan senjata api, kita berangkat sekarang." ucap Adolf.
"Baik tuan, 50.000 pasukan bersenjata api siap berangkat sekarang."
Kota Julia.
"Tahan serangan para sialan pengkhianat ini, yakinlah bahwa yang mulia akan datang membantu kita, untuk kejayaan Danemor." teriak salah satu kapten.
"Kapten, musuh telah menembakkan anak panah, awas berlindung." teriak salah satu prajurit.
Panah melesat cepat namun untungnya kapten penjaga benteng kota Julia tidak terkena anak panah itu.
"Syukurlah aku tidak terkena anak panah, prajurit terus tembakan anak panah, jangan biarkan musuh menembus benteng kota Julia."
"Kapten, benteng telah tertembus, gerbang benteng telah tertembus." teriak prajurit.
"Tahan jangan biarkan musuh memasuki kota." kapten penjaga berteriak bergegas turun dari benteng dan menuju gerbang.
Ia berlari dan menebas musuh satu persatu, dia tak sengaja tersandung oleh kaki mayat prajurit yang tewas, rasa letih dan kantuk bercampur menjadi satu, kapten penjaga gerbang menjadi tidak bersemangat dan perlahan pasrah untuk menjemput kematian, namun disaat pasukan musuh ingin menebas kapten, terdengar suara ledakan, semua orang menoleh ke arah selatan, asal suara ledakan itu.