Bilha, seorang penggemar berat grup idola "Moonlight". Selalu menganggap bahwa menikahi salah satu aggota grup idola tersebut hanyalah khayalan belakang. Namun, kehidupan Bilha berubah drastis ketika ia bertemu dengan Taro, yang merupakan salah satu anggota grup "Moonlight".
Semua berawal dari sebuah pertemuan tak terduga. Bilha bertemu dengan Taro di sebuah acara fans meeting dan tanpa diduga mereka berdua terjebak dalam sebuah situasi yang membuat mereka semakin dekat.
Taro yang terkenal dengan kepribadiannya yang ramah dan hangat, ternyata memiliiki perasaan yang sama dengan Bilha.
Namun, menjalani hubungan dengan seorang idol tidaklah mudah. Bilha harus menghadapi tekanan dari media dan fans yang tidak mennyukainya. Taro juga harus menghadapi konflik antara karirnya sebagai idol dan kehidupan pribadinya dengan Bilha.
Apakah cinta Bilha dan Taro dapat bertahan menghadapi semua tantangan tersebut? Ataukah kehidupan sebagai pasangan idol akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasam Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
Bilha melihat Taro yang terdiam dan merasa penasaran. "Eh,Taro? Kenapa lu diam aja? Gua lagi ngomong malah bengong",tanya Bilha.
Taro menghela nafas dan mencoba menjawab. "Maaf Bil. Aku cuma ke inget sama sesuatu".
Bilha melihat Taro dengan ekspresi yang penasaran. "Apa itu?" tanya Bilha.
Taro ragu-ragu sebelum menjawab. "Aku cuma ke inget soal jaket yang di beliin ibu gua sebelum masuk debut".
Bilha terkejut mendengarnya. "Jaket? Apa hubungannya sama hp gua?" tanya Bilha.
Taro mencoba menjelaskan. "Aku ngerasa nyesel banget karena nolak buat nyimpen jaket dari ibu. Pada hal dulu sebelum debut jaket itu gak pernah sekali pun gua tinggalin, selalu gua bawa ke mana pun tuh jaket. Walau pun jaketnya udah robek robek, gua sama sekali gak ngerasa malu. Waktu itu bang Raymond yang liat jaket gua udah jelek,dia beliin jaket yamg jauh lebih keren ngikutin tren di tahun itu. Tapi gua tolak mentah mentah tuh jaket, pada hal jaketnya mahal banget",mata Taro yang berkaca-kaca menahan air yang hendak turun mengenai kulitnya.
Bilha dengan serius mendengarkan cerita Taro.
"Terus sekarang kemana jaketnya?"
Taro terdiam sejenak,dan mencoba menahan bendungan air yang ingin jatuh namun tak bisa. Sehingga air mengalir menyentuh permukaan kulit yang begitu halus mengalir hingga menetes di ujung rahang wajah yang begitu tampan.
Bilha yang melihat Taro menangis pun merasa terkejut. "Lah,lu nangis? Lu nangis cuma karna nyesel gak nerima jaket dari Raymond. Ya ampun, lu kan bisa beli lagi yang jauh lebih bagus atau gak minta beli ma abang ku",ujar Bilha dengan mudahnya.
Mendengar perkataan Bilha membuat Taro tertawa,hingga melupakan ke sedihannya.
"Hahahaha... Elu ni sebenernya paham gak apa yang tadi gua ceritain atau emang gak ngerti?" Menghapus air mata di pipinya.
"Gua paham kok. Tapi gua sengaja aja ngubah pertanyaan gua biar lu gak sedih lagi",jelas Bilha yang membuat mereka saling bertatapan.
Taro tersenyum, merasa terharu oleh kepedulian Bilha. "Makasih, Bilha. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik."
Bilha tersenyum kembali, dengan mata yang bersinar. "Itu karena gua peduli sama lu, Taro."
Taro merasa jantungnya berdegup kencang, mendengar perkataan Bilha. Dia merasa seperti sedang melayang di udara.
"Gua juga peduli sama lu, Bilha," kata Taro dengan suara yang lembut.
Bilha tersenyum, dengan mata yang bersinar.
Taro mengambil langkah kecil menuju Bilha, dengan mata yang tidak pernah berpaling dari wajahnya. Bilha tidak bergerak, hanya menatap Taro dengan mata yang bersinar.
Taro berhenti di depan Bilha, dengan jarak yang sangat dekat. Mereka berdua dapat merasakan napas masing-masing.
Taro mengangkat tangan dan menyentuh pipi Bilha. Bilha tidak bergerak, hanya menatap Taro dengan mata yang bersinar.
Taro menunduk dan mengcium pipi Bilha. Bilha merasa jantungnya berdegup kencang.
Taro mengangkat kepala dan menatap Bilha. Mereka berdua saling menatap, dengan ekspresi yang mesra dan penuh cinta.
"Lu cantik banget, Bilha," kata Taro dengan suara yang lembut.
Bilha tersenyum malu. "Seandainya elu tau kalok gua cinta banget sama lu,Taro",batin Bilha berharap lebih dengan sikap Taro yang begitu hangat.
Taro menunduk dan mengcium bibir Bilha. Bilha merasa jantungnya berdegup kencang, dan dia merasa seperti sedang melayang di udara.
Mereka berdua berbagi ciuman yang mesra dan penuh cinta, di tengah jalan yang sepi dan lampu-lampu kota yang berkedip-kedip di kejauhan. Suasana di sekitar mereka terasa sangat romantis, dengan cahaya lampu kota yang memantulkan bayangan mereka di jalan.
Taro dan Bilha terus berbagi ciuman, dengan tangan mereka yang saling memeluk. Mereka berdua terasa sangat dekat, dengan jantung mereka yang berdegup kencang.
Setelah beberapa saat, Taro dan Bilha akhirnya berhenti berbagi ciuman. Mereka berdua terlihat sangat bahagia, dengan senyum yang terukir di wajah mereka. Namun terasa sedikit canggung dengan apa yang baru saja mereka lakukan
Taro dan Bilha terus berdiri di tengah jalan, dengan tangan mereka yang masih saling memeluk. Mereka berdua terasa sangat bahagia, dengan cinta yang tumbuh di antara mereka.
Namun, tiba-tiba suara deringan telepon Taro terdengar. Taro terlihat sedikit terganggu, tetapi dia tetap menjawab telepon tersebut.
"Halo?" kata Taro dengan suara yang santai.
Taro mendengarkan suara di seberang telepon, dan wajahnya terlihat sedikit serius.
"Apa?" kata Taro dengan suara yang sedikit keras.
Taro terus mendengarkan suara di seberang telepon, dan wajahnya terlihat semakin serius.
"Baik, gua bakal ke sana," kata Taro dengan suara yang sedikit menegang
Taro menutup teleponnya, dan dia terlihat sedikit khawatir.
"Ada apa Taro?" tanya Bilha dengan suara yang khawatir.
Taro menghela nafas, dan dia terlihat sedikit serius.
"Gua harus pergi,tapi lu gimana? Kalok lu balik ke rumah bukannya entar bakal di culik lagi sama mereka," kata Taro dengan suara yang merasa cemas
"Baik,gua bakal balik ke rumah Audrey. Gua bakal nginep beberapa hari di sana kok." kata Bilha dengan suara yang lembut.
Taro tersenyum, dan dia terlihat sedikit lega.
"Makasih ya Taro udah nolongi gua," kata Bilha dengan suara yang santai.
"Gak perlu bilang makasih,gua gak butuh ucapan makasih lu,"sahut Taro.
"Maksud lu apaan? Elu minta bayaran? Yaudah gua harus bayar berapa?" Ketus Bilha yang merasa bingung dengan ucapan Taro.
Taro tersenyum melihat wajah kesal Bilha. "Gua gak perlu duit lu,duit gua udah banyak soalnya",ujarnya yang sedikit sombong.
"Iya tau gua duit lu udah banyak,elu kan idol udah jelas ding duit lu banyak bergepok gepok. Apa lah arti duit dari orang biasa yang kerjanya cuma jadi karyawan biasa. Udah pasti di anggap duit receh sama lu",sindir Bilha dengan wajah kesalnya.
Taro yang mendengar perkataan Bilha hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dengan cepat Taro mengambil ponsel dari tangan Bilha.
"Eh mau ngapai lu ma hp gua?" tanya Bilha kaget.
"Berisik lu ah",masih sibuk mengotak atik ponsel Bilha.
Memberikan kembali ponsel tersebut kepada Bilha. "Nomor gua udah di save di situ,lu harus nurutin mau gua kalok elu mau bayar utang lu tadi. Oh ya elu masih utang penjelasan sama gua soal orang yang bawa elu tadi,dan itu pasti bakal gua tagih",jelas Taro yang menaiki motornya.
Bilha terdiam dan tidak berkata apa pun mendengar semua ucapan Taro,dan masih seakan akan tidak percaya dengan sikap Taro bak seorang renternir yang meminta kembali bantuan yang telah di berikan kepada dirinya.
Taro yang sudah memakai helm,dan sudah siap untuk pergi di atas motornya. "Woi,ayo naik! Ngapain lu bengong gitu? Buruan, gua anter elu ke rumah Audrey".
Bilha pun langsung segera naik ke kursi penumpang di atas motor tersebut.
Tok
Tok
Tok
Suara ketekukan pintu di sebuah ruangan yang sangat mewah dengan desain elegant perpaduan warna abu-abu mengeliling di setiap dinding serta warna putih yang menambah kesan ruangan tersebut begitu indah.

Di ruangan tersebut seorang pria sedang duduk di kursi kerja dengan membelakangi meja dan pengawal yang berdiri tegak.
"Permisi tuan ini minumannya",seorang wanita paruh bayah mengantarkan secangkir kopi.
"Maaf, apa ada lagi tuan?" tutur lembut wanita tersebut.
"Tidak ada mbok. Mbok bisa keluar",titah pria tersebut yang mengeluarkan asap cerutu.
"Baik tuan",pembantu itu pun segera keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana? Apa sudah dapat tikus kecil ku?"
"Belum tuan,kami sudah mencari semua tempat persembunyiannya. Tapi di selalu berhasil lolos tuan",jelas pengawal tersebut dengan wajah yang tertunduk.
"Saya tidak mau tau,cari tikus itu sampai dapat! Dan segera bawa dia ke hadapannya. Dan satu lagi, cari tau tentang laki-laki tadi. Cari tau sampai ke akarnya dan apa hubungan dia dengan Bilha?" perintah tegas pria itu.
"Baik tuan",jawab singkat pengawal tersebut lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Semangat nulis novel nya thor/Heart/
"Coba deh BLA BLA BLA yang terimut itu," sambung bla bla bla
"Hei, kalian semua bla bla bla?"