Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Malamnya, setelah Tony, Richard dan Tristan pulang, Mark berbaring di ranjangnya dan merenung sambil melihat ke arah langit langit. Dia benar benar memikirkan tawaran dari Richard untuk bekerja di rumah sakitnya, di satu sisi dia tertarik namun di lain sisi dia tidak mau terlibat dengan TEF.Corp yang memiliki sebagian besar saham di rumah sakit itu karena dia belum tahu apa apa mengenai Tony dan keluarga nya yang di kenal sebagai mafia dan penguasa bisnis di ibukota.
Amanda yang berbaring di sebelah Mark, menoleh kemudian berbalik miring melihat Mark di sebelahnya, dia mulai bergeser merapat ke tubuh Mark dan memegang perut Mark yang terlentang,
“Kok ga tidur mas ? lagi mikir apa ?” tanya Amanda.
Mark menoleh melihat Amanda yang sedang menatapnya sambil tersenyum, dia juga berbalik dan merangkul Amanda di sebelahnya,
“Ga apa apa,” ujar Mark menghapus kecemasan Amanda.
“Kamu mikirin tawaran yang tadi ya mas ?” tanya Amanda.
“Ih...kamu pinter ya, bagaimana menurut kamu ?” tanya Mark.
“Aku tidak ngerti mas, tapi apapun keputusan mas, aku tetap ikut dan dukung mas kok,” ujar Amanda tersenyum.
Mendengan jawaban Amanda, langsung saja Mark mencium Amanda, kemudian dia menatap gadis di depannya yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya dan sedang tersenyum manis menatap dirinya.
“Benar, semua sudah berubah sekarang, aku sekarang punya keluarga, punya rumah, punya kehidupan dan punya lengan, aku sudah bukan aku yang dulu, seharusnya aku tidak perlu berpikir lagi, demi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga baru ku, aku harus melangkah maju dan melindungi kehidupan ku,” ujar Mark dalam hati sambil mengelus kepala Amanda yang nampak keenakan di elus rambutnya.
“Um....mas ?” tanya Amanda.
“Oh (melepaskan pelukan eratnya) maaf, kekecengan peluk nya hehe,” jawab Mark.
Tanpa di duga, Amanda malah lebih merapatkan dirinya ke tubuh Mark sehingga Mark bisa merasakan kehangatan dan kelembutan tubuhnya. Tapi selain itu, dia juga merasakan ada yang membasahi dadanya, dia mendorong Amanda sedikit dan menatap wajahnya, ternyata Amanda menangis,
“Loh kenapa Manda ?” tanya Mark.
“E..enggak mas, aku mikir kalo emak dan Dika ke kampung emak.....aku bakal jarang ketemu mereka, tapi aku ngerti kok mas, ga usah khawatir, cuman perlu pelampiasan aja, maaf ya mas,” jawab Amanda.
Mark terdiam, berbeda dengan dirinya, Amanda selama ini hidup bersama dengan ibu dan adiknya, mereka tidak pernah terpisah selama bertahun tahun sehingga wajar kalau Amanda menjadi sangat sedih ketika mendengar tiga hari lagi dia akan berpisah dengan ibu dan adik nya.
Mark menaikkan tangannya dan mengelus kepala Amanda, dia membenamkan wajah Amanda di dadanya, dia merasa sedikit malu karena sementara dirinya merenung mengenai masa depan mereka, dia tidak menyadari kalau istrinya sedang berjuang di dalam dirinya sendiri untuk bersama dengan nya dan berpisah dari keluarganya,
“Keluarkan semuanya Manda, jangan di tahan, aku di sini,” ujar Mark dengan nada tenang dan penuh perhatian.
“I..iya mas,” ujar Amanda.
Tanpa suara, Amanda menangis sejadi jadinya di dada Mark yang memeluknya dengan erat, Mark ingin menahan Suriwati dan Andika di rumahnya, namun dia tidak bisa berbuat apa apa karena sudah keputusan Suriwati untuk pulang ke kampungnya bersama dengan Andika. Tapi sesuatu terlintas di pikiran nya, setelah Amanda sudah mengeluarkan semuanya,
“Manda,” panggil Mark halus.
“Iya mas ?” tanya Amanda sambil membersihkan air matanya dan dada Mark yang basah karena air matanya.
“Besok temani aku ke bank ya, aku mau buka rekening untuk emak dan Dika, pake nama kamu,” ujar Mark.
Amanda langsung menatap Mark dengan tajam walau masih menghapus air matanya, wajahnya nampak kaget dan bingung,
“Maksud mas ?” tanya Amanda.
“Gini, aku mau buat rekening atas nama kamu dan memberi sejumlah uang di dalam nya untuk kehidupan emak dan Dika di sana, jadi emak tidak kesulitan untuk kehidupan nya sehari hari dan tidak kesulitan membayar sekolah Dika, bagaimana menurut kamu ?” tanya Mark.
“Um...tapi kenapa nama ku ?” tanya Amanda.
“Untuk menunjukkan kamu anak yang berbakti pada emak, kalau pake nama ku ga lucu kan, aku kan ga di asuh emak dari kecil hehe,” jawab Mark sambil tersenyum.
“Ta..tapi, kan uangnya uang kamu mas,” ujar Amanda.
“Loh...lupa ya kita udah suami istri, uang ku ya uang kamu juga kali,” balas Mark.
“Gitu....ya,” ujar Amanda terbata.
Wajah Amanda sedikit berubah dan rautnya menyiratkan dia tidak enak hati kepada Mark, langsung saja Mark kembali memeluknya karena gemes.
“Udah ya, ga usah mikir ga enak sama aku, kita ini suami istri, aku ini suami mu, wajar kalau aku memberi mertua ku lewat kamu,” ujar Mark gemes.
“I..iya mas, maaf ya, ya udah besok ya,” ujar Amanda memeluk Mark.
Setelah selesai berpelukan, tiba tiba Amanda membuka kancing piyama nya, kali ini wajah Mark yang berubah,
“Loh kamu mau ngapain ?” tanya Mark.
“Um...malam pertama ? memang sih udah waktu di lokalisasi, tapi kan waktu itu mas sebagai customer, sekarang aku mau mas sebagai suami,” jawab Amanda dengan senyum menggoda.
“Oh....gitu,” balas Mark terbata.
“Slep,” hanya sekejap Amanda tampil polos di depan Mark dan langsung memeluk Mark, kemudian mencium nya dengan sangat mesra. Tangannya bergerak membantu Mark melepaskan pakaiannya dan pertempuran panas keduanya pun di mulai dengan Mark berada di atas Amanda.
******
Keesokan harinya, Mark menggunakan motornya dan membonceng Amanda untuk pergi ke bank terdekat menjalankan rencana mereka semalam. Setelah di dalam, mereka langsung mengambil nomor antrian untuk customer service dan duduk menunggu dengan tenang,
“Kamu bawa identitas kan ?” tanya Mark kepada Amanda.
“Bawa, kartu keluarga juga bawa, komplit mas,” jawab Amanda sambil memperlihatkan map yang dia bawa.
Tiba tiba seseorang melewati mereka dan “grek,” dia duduk di sebelah Mark, langsung saja Mark menoleh, matanya langsung membulat melihat seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian serba terbuka seperti dari klub malam duduk di sebelahnya untuk sama sama antri ke customer service.
Sang wanita menoleh kemudian tersenyum namun setelah itu wajahnya berubah kemudian memicingkan matanya melihat wajahnya secara detail,
“Apa kita pernah ketemu ?” tanya sang wanita.
“Ti...tidak pernah, anda siapa ya ?” tanya Mark pura pura.
“Hmm...maaf, mungkin saya salah orang, nama saya Vania Guntoro,” ujar Vania menjulurkan tangannya.
“Ah...i..iya, saya Markus Harianto dan ini istri saya Amanda Harianto,” balas Mark hati - hati dan menahan geramnya.
“Se...selamat pagi,” sapa Amanda grogi.
Mark tidak menjabat tangan Vania dan merangkul Amanda dengan tangan kirinya, Vania memperhatikan tangan kiri Mark melingkar di pundak Amanda, wajahnya sedikit berubah kemudian dia menoleh ke customer service,
Mark dan Amanda juga kembali menoleh ke depan, namun diam diam Vania melirik dan memperhatikan wajah Mark sambil tersenyum,
“Hmm Markus Harianto ya, mukanya kayak si buntung, tapi versi gantengnya....tapi ga mungkin lah, dia ga buntung, punya tangan, trus keliatannya kaya deh, mukanya jelas lebih ganteng dari Ditto (melihat Amanda yang berpakaian sederhana walau cantik) huh bininya kayak gitu ? apa gue gebet aja ya, gue jamin dia lebih milih gue di banding bini nya,” gumam Vania dalam hati.