Khalisa harus menelan pil pahit kala calon suaminya malah menikahi sahabatnya sendiri disaat pernikahan mereka hanya 1 minggu lagi. Sakit hati tentu saja Ia rasakan tapi karena tidak mau terlalu berlarut dalam kesedihan Ia akhirnya menerima tawaran Paman nya yang seorang Direktur sebuah rumah sakit untuk menjadi relawan di daerah terpencil.
Bertahun-tahun Ia menjadi relawan dan setelah semuanya selesai Ia memutuskan untuk pulang dan melepas rindu dengan keluarga nya. Namun, bukannya melepas rindu setelah pulang Ia malah harus menghadapi Arkana Xander Walton akibat perjodohan gila yang diatur keluarga nya.
" Tanda tangani kontrak itu! "
" Lebih baik batalkan saja pernikahan ini jika harus terikat kontrak. Aku tidak berminat untuk bermain dengan sesuatu yang sakral. "
Bagaimana kisah ke-dua nya yang harus bersatu disaat hati keduanya berbeda. Sanggup kah Khalisa hidup bersama Pria kejam nan gila seperti Arkan atau Ia akan menyerah.
Mari simak cerita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahrotul Wulandary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seseorang di Villa Perkebunan Anggur
Wajah Khalisa merengut lantaran moodnya yang rusak akibat ulah Pria didepannya yang malah dengan tampang tanpa berdosa memakan kue yang Ia bawa. Netra Khalisa memicing sinis dengan mulut mencebik. Bisa-bisa nya Pria itu masih bisa menyantap santai kuenya bahkan tak segan mengatakan enak disaat Khalisa harus merasakan bibirnya yang kebas. Khalisa yakin bibir ranumnya saat ini membengkak akibat perbuatan tidak bertanggung jawab Suaminya sendiri.
" Emm enak." Ucap Arkan tersenyum menggoda sambil menjilati bibir bawahnya membuat Khalisa melotot kearahnya.
" Kamu..." Khalisa tak habis pikir dengan tingkah Suaminya yang menurutnya sangat ajaib. Sekarang hangat seperti perapian namun bisa jadi jika sedetik kemudian dingin seperti kulkas tujuh pintu. Sulit untuk ditebak.
Arkan tertawa setelah puas menggoda Istrinya sampai membuat wajahnya memerah. Namun berbeda dengan Khalisa yang malah terpesona dengan tawa lepas Suaminya yang baru Ia lihat setelah dua bulan pernikahan mereka.
Arkan yang sadar jika Khalisa terpesona olehnya semakin menebar bumbu ketampanan nya yang sangat tidak bisa ditolak oleh siapapun terutama Khalisa. Senyuman miring terukir di wajahnya dengan kepala sedikit miring. Tapi tiba-tiba saja wajahnya menjadi sangat dekat hingga membuat hidung mereka hampir bersentuhan.
" Udah puas lihat nya? Mau lanjutin les yang tadi? Aku tidak keberatan jika.... "
" Tidak!! " Tolak Khalisa gelagapan dan refleks berdiri membuat Arkan tertawa pelan.
" Aku mau pulang. " Karena sudah kepalang kesal Khalisa mengambil tasnya kemudian pergi dari ruangan suaminya. Tapi lagi-lagi Ia gagal karena tangannya kembali ditarik hingga Ia membuat nya duduk diatas pangkuan Arkan.
Khalisa memberontak membuat Arkan semakin mengeratkan pelukannya dengan mata terpejam. " Jika Kamu tidak diam kita akan lanjut les kedua. " Suara Arkan memberat membuat Khalisa sontak terdiam tidak berani bergerak sama sekali. Ia paham kemana arah ucapan Arkan.
Apalagi Ia juga merasakan..... Sesuatu.....
" Tuan apa kita akan pergi sekarang? " Ucap Lukas yang masuk tiba-tiba membuat Khalisa dengan cepat berdiri dan berpura-pura merapikan hijabnya sedangkan Arkan mendengus juga menatap tajam Asisten nya yang sudah mengganggu waktu spesial nya.
" Maaf Tuan Anda bisa melanjutkan nya. " Lukas dengan cepat setelah tidak sengaja melihat apa yang harusnya tidak Ia lihat. Lukas merutuki kebodohan nya yang tidak tau jika sang Nyonya ada didalam bersama Tuannya. Salahkan Ayla yang tidak ada di depan pintu membuat Lukas harus melihat adegan yang sedikit ambigu baginya.
" Eh tidak Tuan Lukas! Saya juga udah mau pergi. Kalian.. Kalian bisa melanjutkan pekerjaan nya. Aku tidak akan mengganggu lagi. " Sela Khalisa cepat dan buru-buru melarikan diri secepat mungkin. " Mas Aku pulang dulu. Assalamualaikum! " Katanya sebelum melesat keluar dan menghilang dari balik pintu.
" Waalaikummussalam. " Gumam Arkan.
Kini hanya tersisa Lukas yang berdiri dengan senyuman canggung nya sambil memainkan tangannya untuk mengusir ketegangan yang Ia rasakan.
" Haha, bukankah udara nya terasa panas, Tuan? Apa Anda merasakan nya juga? " Katanya dengan tawa terpaksa.
" Bonus Mu untuk bulan ini di hapus! " Ucap Arkan membuat mata Lukas membulat.
" Tapi Tuan... "
Arkan mengangkat tangannya seraya menatap tajam Lukas yang ingin protes karena keputusan nya. " Kau mengganggu waktu bahagia Ku, Lukas? Bagaimana jika gajimu yang dipotong? " Tawar Arkan membuat Lukas menggeleng.
" Eh tidak Tuan. Cukup potong bonus Saya saja. " Ucap Lukas tersenyum paksa.
Arkan mendengus lalu melihat jam tangannya yang ternyata sudah hampir pukul satu. " Kita pergi sekarang. Pastikan jika Nyonya sudah pergi dari perusahaan. " Ucap Arkan menyambar jasnya diatas kursi kebesaran nya.
" Baik Tuan. " Lukas segera turun untuk memastikan jika sang Nyonya benar-benar sudah pergi bersama Ayla.
Tak lama setelah memastikan Lukas kembali menghampiri Tuannya yang menunggu diperkirakan bawah tanah. " Nyonya sudah pergi Tuan. " Lapornya.
" Hm. Pastikan jika Nyonya tidak akan tau kepergian kita. "
" Baik Tuan. Saya sudah memberitahu Ayla agar mengawasi Nyonya. "
🥜🥜
Seperti biasa Naomi akan membawa makanan untuk Nona penyakitan yang tinggal di Villa perkebunan anggur meskipun pada akhirnya akan terbuang sia-sia. Naomi terus menggurutu sambil memungut pecahan kaca karena kali ini piring yang berisi makanan kembali pecah. Pelaku nya tentu saja Nona yang Naomi tidak tau namanya itu yang akan mengamuk setiap kali melihat nya.
Naomi rasa Wanita itu sudah gila.
" Pergi Kau wanita rendahan! Aku tidak mau melihat Mu, pergi! " Teriak nya yang malah dibalas tatapan sinis oleh Naomi.
Naomi ingin membalas namun Ia tahan karena tau dirinya disini hanyalah pelayan yang bekerja. Pelayan senior yang bekerja di Villa menegurnya kemarin karena telah melawan Nona itu sehingga membuat Naomi kesal bukan main.
Dengan tersenyum paksa Naomi menunduk sekilas kemudian segera pergi dengan membawa kekesalan nya. Jika bukan karena tugas nya yang adalah merawat wanita itu Naomi juga tidak akan mau menemuinya. Lagaknya sudah seperti Nyonya rumah.
Bersamaan dengan itu Arkan tiba di Villa perkebunan anggur nya setelah berkendara hampir 1 jam. Ia sudah meminta Lukas mengosongkan jadwalnya sampai sore nanti.
Dengan langkah tegas Arkan melangkah masuk dengan Lukas dibelakang nya yang langsung disambut oleh beberapa pelayan yang bertugas di depan Villa.
Telinga Arkan mendengar suara gaduh juga benda pecah dari lantai dua membuat nya dengan cepat berlari dan segera memeluk wanita itu untuk menenangkan nya.
" Tenang Aku disini. "
" Argh! Aku nggak mau liat wanita rendahan itu lagi. Dia udah berani goda Kamu Arkan! Aku nggak terima! " Wanita itu berteriak dalam pelukan Arkan.
" Iya, sekarang Kamu tenang ok? Ingat kesehatan Kamu. Tenangkan diri Kamu, Aku nggak mau terjadi sesuatu sama Kamu. " Ucap Arkan menenangkan wanita dalam pelukan nya.
Beberapa menit kemudian akhirnya wanita itu berhasil ditenangkan namun mulutnya mengeluarkan suara ringisan dengan tangan yang berada di perut. Arkan yang melihatnya segera berteriak dan membawa wanita itu keatas kasur.
" PANGGIL DOKTER CEPAT! " Teriaknya yang langsung dikerjakan oleh Lukas.
" Aku nggak papa, Arkan. " Katanya memegang telapak tangan Arkan yang memakai sarung tangan setiap kali bertemu dengan nya.
Arkan menggeleng. " Tidak. Kamu tidak baik-baik aja. Dokter harus memeriksa kondisi Kamu. Aku nggak mau terjadi sesuatu sama Kamu. " Ucapnya penuh kekhawatiran membuat wanita itu tersenyum.
" Arkan... Aku nggak suka pelayan baru itu. "
" Kita bahas nanti oke? Sekarang Kamu harus di periksa oleh Dokter. "
Tak lama pintu kamar diketuk dan Dokter masuk untuk memeriksa kondisi wanita yang berbaring di atas kasur. 15 menit kemudian Dokter meminta Arkan untuk keluar karena ingin menjelaskan hasil pemeriksaan nya.
" Apa penyakitnya kembali kambuh? " Tanya Arkan to the point.
Dokter itu nampak menghela napas. " Kanker di perutnya tidak bisa menunggu lama lagi. Kita harus menemukan Dr. Emas secepatnya. Kondisi Nona semakin memburuk apalagi akhir-akhir sering emosi dan jarang makan membuat tubuhnya semakin kurus. Saat ini Nona hanya bisa bertahan dengan obat yang Saya resepkan. " Jelas Dokter laki-laki itu membuat kepala Arkan pusing.
" Apa Dokter lain tidak bisa menyelamatkan nya? "
" Kemungkinan nya sangat kecil untuk berhasil karena tumor yang diidap Nona sangat langka. Sejauh ini hanya Dr. Emas yang pernah menangani kasus ini. " Dokter menggeleng. " Saya mengenal seseorang yang bisa membuat kita bertemu dengan Dr. Emas. Namun dia baru saja mendarat siang ini setelah sekian lama beristirahat di kampung halamannya. " Ucapannya seperti membawa angin segar bagi Arkan.
" Segera atur jadwal temu dengan nya." Ucap Arkan.
" Baik Tuan. " Dokter itu pamit pergi setelah menyelesaikan tugasnya.
Sedangkan Arkan tersenyum setelah mendengar kabar yang sangat menggembirakan baginya. Ia tidak akan memberikan perhitungan pada Naomi kali ini karena bagaimanapun Ia yang menyuruh Naomi untuk merawat nya.
" Kamu akan selamat.... Karin. Aku akan berusaha menemukan Dr. Emas. "