Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan Pak Badhot
Setelah seharian penuh mencari kos kosan akhirnya Anisa dan Sapto menemukan yang cocok.
Gadis itu tentu saja sangat bahagia karena untuk sementara tidak akan melihat sang ayah bersama wanitanya main kuda kudaan tanpa malu di sembarang tempat di sudut rumahnya.
Kadang adegan itu terjadi di dapur, depan televisi, ruang tamu dan tak jarang di dalam kamar mandi. Anisa seakan ingin muntah menyaksikan hal gila yang dilakukan ayahnya itu.
Benar saja sang ibu yang lebih memilih pergi ketimbang hidup bersama pria gila di dalam rumah yang lebih pantas di sebut neraka. Sebetulnya Anisa pun ingin pergi namun gadis itu tak punya tempat tujuan. Lagi pula uang gajinya bekerja di kafe hanya cukup untuk keperluan sekolah dan makan serta kebutuhan nya sehari hari.
Bahkan uang gajinya bulan ini pun sudah habis di ambil sang ayah tempo hari.
Bahkan tak jarang Alina ikut memberinya uang jajan jika gadis itu tengah mendapat rejeki nomplok dari ayahnya.
Anisa tengah merapikan barang barang yang dibeli oleh Sapto untuk kebutuhannya selama beberapa hari ke depan. Anisa tidak tahu bahwa uang yang diberikan Sapto berasal dari Barra.
Yang jelas. Anisa sanget berterima kasih atas semua bantuan yang Sapto berikan.
"Makasih ya mas, akhirnya saya punya tempat untuk pulang." ujar Anisa memeluk kekasihnya itu
"Kamu baik baik disini ya. Kalau ada apa apa jangan sungkan sungkan menghubungi saya." ujar Sapto sambil merapikan anak rambut Anisa yang berterbangan
"Mas mau kembali ke Pondok?"
"Iya, saya harus segera kembali ke Pondok. Dua atau tiga hari lagi saya pasti datang. Toh saya selalu kemari untuk mengantar sayuran." ucap Sapto dengan tersenyum
"Mampirlah saat mas Sapto datang kemari sekedar istirahat."
"Iya. Akhirnya aku alasan untuk berkunjung di kota , he he he," ucap Sapto sambil mengacak acak gemas rambut Anisa
"Hati hati mas ,"
"Iya, oh ya kamu bisa kan ambil motor sendiri di kantor Polisi?"
"Insha Allah bisa mas. Santai saja. Saya juga akan mampir pulang ke rumah untuk mengambil seragam dan beberapa keperluan lain ."ucap Anisa dan Sapto pun mengangguk mengerti
"Ya sudah.. Saya pamit dulu. Assalamualaikum.."ucapnya hendak bangkit berdiri namun tangan Anisa menahannya. Ia memeluk tubuh pria itu dari belakang dan memeluk nya erat.
Sapto pun membalikkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan. Untuk sesaat keduanya saling pandang dan berakhir dengan lidah yang saling membelit disertai suara decapan dan nafas yang saling memburu
.
*****
Alina nampak uring uringan sepulangnya gadis itu dari sekolah. Bahkan Pak Badhot pun di buat bingung dengan ulah anaknya.
"Kamu kenapa Nduk? pulang sekolah mukanya serem gitu...." ucap Pak Badhot sambil menatap heran wajah putrinya
"Alina lagi kesel Pih... jangan bawel deh ah." rutuknya
"Iya kesel... Tapi kesel kenapa?"
"Anisa Pih... Anisa udah tiga hari ini ngga sekolah dia."cerocos gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu.
Alina membuka sepatunya dan melemparnya begitu saja membuat sang ayah mengelus dada sambil ber istighfar.
"Lah kenapa Nisa emang? Ga biasanya dia begitu." ujar Pak Badhot dengan alis berkerut
"Nah makanya itu Pih... Dia ngilang! Alina tuh udah nyuruh Bagas nyamperin kerumahnya, tau nya kata bapaknya Anisa ngga pernah pulang lagi ke rumah," cicit Alina dengan air mata yang hampir menetes. Bagas adalah teman sekelas mereka dan tinggal tak jauh dari rumah Anisa.
"Sebentar papih cek dulu di kafe,"ucap pak Badhot menenangkan putrinya. Sesaat kemudian pria itu pun menghubungi seseorang.
Tak lama setelahnya, pria yang sudah berusia empat puluh tiga tahun itu muncul kembali dengan wajahnya yang gusar.
"Kenapa Pih?"tanya Alina makin tak mengerti
"Kata Agung, Anisa sudah tiga hari absen tidak masuk kerja. Kemana itu anak?"ucap pak Badhot lirih
Walaupun Anisa bukanlah anak kandungnya. tetapi pak Badhot dan Bu Koni sangat menyayangi gadis cantik bertubuh sintal itu.
Alina lebih tinggi dari Anisa beberapa senti. Namun tubuh Anisa lebih semok sebab memiliki ukuran dada dan panggul yang lebih besar dari Alina.
"Terus kita mau cari kemana Pih?" tanya Alina hampir pecah suara tangisnya
"Sebentar, Papi cari info dulu ke anak anak resto ya," ujar sang ayah berusaha menenangkan
Alina mengangguk dan berjalan dengan gontai memasuki kamarnya. Ia merasa kesepian sepeninggal Pak Badhot yang tengah mencari keberadaan Anisa. Sedang Bu Koni tengah pergi arisan dengan teman teman grup sosialita nya.
Alina mengganti pakaian seragam nya dengan hotpants dan tank top dan setelahnya gadis itu pun duduk santai menikmati tayangan televisi sambil menikmati cemilan dari dalam toples yang dipeluknya.
Tak lama terdengar bel pintu berbunyi.
"Siapa sih ah.. Ganggu aja orang lagi nonton tivi juga," sungut Alina dan gadis itu pun dengan langkah malas membuka pintunya
Alina terkejut kala mendapatkan seikat buket bunga mawar merah di depan pintu rumahnya. Setelah mengambilnya, gadis itu pun mengedarkan pandangan ke sekitar untuk mencari siapa pengirim buket cantik tersebut.
Alina membaca secarik kertas yang menempel, tak lama kemudian gadis itu pun tersenyum senang dengan kedua pipi yang merona
'Calon istri, nanti malam saya jemput jam setengah tujuh. Tampil lah dengan sangat cantik, hingga saya lupa apa itu airmata...'
"Masya Allah... Manis banget sih Om mesum gila....emuahh emuaah..."ucapnya sambil mencium buket bunga di tangannya
*****
Pak Badhot tengah memijat pelipisnya yang membuatnya terasa pening. Setelah pesan yang ia terima dari Catherine, pak Badhot memutuskan untuk mengabaikan nya.
Apalagi ditambah masalah Anisa yang tiba tiba menghilang, semakin membuat Pak Badhot merasa penat.
Bagaimanapun Anisa masihlah karyawan d kafe nya jadi Pak Badhot merasa bertanggung jawab atas apapun yang menimpa sahabat putrinya tersebut.
'Pak,.saya ijin ajak Alina makan malam petang ini.' -Barra
tulis Barra melalui sebuah aplikasi berwarna hijau pada ponselnya. Pak Badhot pun mengizinkan nya.
'Ya. Jangan terlalu larut pulang nya,' -Pak Badhot
'Tenang saja Pak, tidak akan sampai larut. paling pulang pagi setelah subuh.' - tulis Barra sambil di sertai emot meringis
'Haiss jangan macam macam kamu Barra!' - Pak Badhot
'Enggak. Cuma satu macam saja sudah cukup.' -Barra
'Ah dasar mafia gila!' -Pak Badhot
Barra pun terkekeh setelah membaca pesan yang terakhir di kirimkan oleh calon mertuanya itu. Sedangkan di sebelah sana Pak Badhot justru tengah bersungut sungut dengan cuitan Barra meskipun hanya melalui tulisan cukup membuat nya gemas.
'Untung saja ganteng kamu Bar! Hancur kewibawaan gue sebagai calon mertua.. Ah elah resiko punya calon mantu lebih serem dari mertuanya....' rutuk pak Badhot seorang diri.
Namun ketika ia hendak kembali pulang menuju rumahnya, dilihatnya seorang gadis yang sangat ia kenali tengah berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria......
itumah nglunjak pk olh" mita mobil