Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga
Setelah bertemu dengan Alex dan Al,Fanya mengajak Sagita untuk mampir ke toko kue langganannya,tujuannya mengajak ke sana untuk membeli kue kesukaan Tante Siska.Setelah selesai membeli kue,mereka segera menuju rumah Sagita karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Setelah menempuh perjalanan cukup lama,mereka pun sampai di rumah Sagita.Sagita menekan klakson mobilnya dan satpam pun segera membukakan gerbang rumah gadis itu.Sagita melajukan mobilnya dan memasukkannya ke dalam garasi,setelah masuk ia melihat Pak Budi yang sedang duduk di samping mobil ibu sembari meminum kopi.
"Pak,ibu udah lama sampai di sini?",tanya Fanya setelah turun dari mobil.
"Engga neng,kami baru sampai 15 menit yang lalu",jawab mang Ujang.
"Kalau ayah udah sampai?"
"Belum neng,tadi saya dengar dari ibu katanya masih ada di tol, kemungkinan sampai setengah jam lagi."
"Oh gitu.Yaudah pak,aku masuk dulu ya."
"Iya neng."
"Aku juga masuk ya Pak Budi,kalau ada apa-apa panggil Pak Joko aja kaya biasa." Ujar Sagita sambil menunjuk satpam rumahnya.
Pak Budi mengangguk." Siap neng."
Fanya dan Sagita menaiki tangga untuk masuk ke dalam rumah bertingkat milik orang tua Sagita.Rumah orang tua gadis itu cukup besar,maklum karena kedua orang tua gadis itu adalah pembisnis yang sukses dan Sagita sendiri akan bekerja di salah satu perusahaan ayahnya,jadi tak heran jika orang tua gadis itu memiliki rumah yang cukup mewah.Selain itu Sagita sudah memiliki apartemen sendiri di daerah ini,orang tuanya memberikan apartemen itu setahun sebelum Sagita wisuda,katanya agar gadis itu bisa hidup mandiri.
Sesampai di ruang tamu, keadaan ruangan itu cukup sepi,tapi terdengar suara ibu dan Tante Siska sedang mengobrol di ruangan lain.Mungkin saja mereka sedang mengobrol di ruang keluarga atau dapur.Fanya dan Sagita berjalan menuju rumah keluarga,suara ibu mereka semakin terdengar setelah keduanya melewati ruang keluarga, ternyata mereka sedang berada di dapur.
Ketika kami semakin dekat,Tante Siska menatap Fanya.Seketika wanita paruh bawa itu berjalan cepat ke arahnya.
"Ya ampun.Fanya,udah lama Tante gak ketemu kamu",ucap Tante Siska seraya memeluk Fanya dengan erat.
"Iya Tante,kangen ya sama aku?",tanya Fanya membalas pelukan Siska.
"Iya nih,tante kangen banget sama kamu.Kamu gak pernah main lagi ke rumah Tante."
Siska melepas pelukannya dan memindahkan kedua tangannya untuk memegang kedua lenganku.matanya menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan meta berbinar.
"Wah,semakin dewasa kamu jadi semakin cantik ya." Puji Siska
"Ah,Tante bisa aja." Ujar Fanya malu-malu.
"Gimana kalau kita tukeran aja? Aku jadi anak Tante Risa dan Fanya jadi anak mamah", sahut Sagita yang entah sejak kapan sudah memeluk Risa sambil cemberut.
"Ide bagus,sana kamu packing barang,pindah ke rumah Risa.Fanya di sini aja sama tante." Ujar Siska bercanda sambil kembali memeluk Fanya.
"Ih,kok gitu si mah?" Ujar Sagita semakin cemberut.
Mereka semua tertawa melihat Sagita,meski sudah mau menginjak 24 tahun,Sagita masih terlihat manja kepada ibunya.
"Eh iya,Tante ini aku bawain kue kesukaan Tante", ucap Fanya sambil memberikan kotak kue pada Siska.
Siska memekik senang lalu membawa kotak kue itu di atas countertop dan langsung mengeluarkan kue dari kotaknya.
"Wah, kelihatannya enak.Gimana kalau kita makan kue ini sama-sama,sambil nunggu Mas Raffa,mas Arga dan Baskara pulang?"
Mereka semua mengangguk.
Siska kemudian ke dapur untuk membawa peralatan makan dan menyuruh Sagita untuk membawa kue yang tadi ke meja taman belakang.
"Tante,Rasya mana? Udah lama aku gak liat dia." Tanya Fanya sembari celingukan mencari bocah laki-laki,anak bungsu dari Siska.
"Ada.Lagi di dalam kamar,mungkin lagi ngerjain PR."
Tiba-tiba tercium aroma parfum laki-laki yang cukup menyengat dari belakang Fanya.Meski menyengat,aroma parfum ini cukup segar dan merupakan tipe parfum yang ia suka.
"Baskara! Sini.Fanya bawain kue kesukaan mamah loh.Salam dulu sama Tante Risa." Ucap Siska melambaikan tangan kepada anak laki-lakinya.
Fanya membalikkan badannya karena penasaran seperti apa bocah laki-laki yang dulu beberapa kali menyatakan perasaannya.Apakah ada yang berubah dari penampilan bocah itu?
Fanya membelalakkan matanya melihat Baskara yang sekarang,di hadapannya kini berdiri laki-laki yang tingginya mungkin sekitar 178 cm.Dengan kulit yang sedikit gelap dari terakhir kali dirinya melihat bocah itu.Harus ia akui, Baskara sudah terlihat dewasa dan..
Tampan.
Ya,ia tidak mau munafik.Bocah itu terlihat dewasa sekarang ditambah tubuh tegap dan bugarnya.Hanya satu tahun lebih mereka tidak bertemu tapi Baskara benar-benar membuatnya pangling.
Sekarang Baskara tengah menatapnya,matanya menatap tajam ke arah Fanya.
"Tante,sudah lama gak ketemu." Ucap Baskara sembari menyalami ibunya.
"Ya,ampun Baskara.Kamu sudah sebesar ini,makin ganteng aja kamu."
"Hehe,iya Tante aku rajin olahraga dan makan sehat biar tinggi dan gak dianggap bocah terus." Ujar Baskara sembari melirik ke arah Fanya.
Fanya mendelik,ia tahu bocah itu pasti sedang menyindirnya.
"Hai,Kak Fanya udah lama gak ketemu." Ujar Baskara sambil mengulurkan tangannya pada Fanya.
"Iya." Jawab Fanya singkat sembari membalas jabatan tangan bocah itu.
Baskara melepas jabatan tangannya lalu menghampiri Sagita dan mencium pucuk kepala gadis itu.
"Dari mana kamu? Tadi siang perasaan udah pulang sekolah." Tanya Sagita.
"Biasa,anak muda." Jawab Baskara.
"Kebiasaan nongkrong,emangnya ngapain si kamu sama temen-temen kamu itu? Nyari cewek kah?" Tanya Sagita penasaran.
"Ya cuma ngobrol biasa,sambil nyari cewe juga."
"Emangnya ada yang mau sama kamu?" Ledek Sagita.
"Siapa sih yang gak mau sama Baskara? Apalagi sekarang dia udah ganteng gini,pasti banyak perempuan yang antri buat jadi pacar Baskara.Iya kan nak?" Tanya Risa pada Fanya.
Tatapan semua orang kini beralih padanya, termasuk mata tajam Baskara.
"Eh? Iya bener itu Bu." Jawab Fanya.
Karena suasana cukup canggung,ia buru-buru mengambil sendok untuk memakan kue.Saat akan mengambil sendok secara bersamaan Baskara pun tengah melakukan hal yang sama,sehingga tak sengaja tangannya menyentuh tangan laki-laki itu.Fanya segera menarik tangannya,sialnya sendok yang ia pegang malah terjatuh ke lantai sehingga menarik perhatian orang-orang.
"Maaf,gak sengaja." Ucap Fanya sembari tersenyum kikuk.
Mata Fanya tak sengaja melihat ke arah Baskara yang ternyata tengah menatapku.Seperti ada sesuatu yang salah dari tatapan Baskara padanya,tapi ia tidak tahu apa itu.
Mereka semua telah selesai makan malam dan sekarang sedang duduk di ruang keluarga.Potongan kue yang Fanya bawa tadi juga buah-buahan dan minuman tersaji di meja yang berada di sana.
Rasya yang masih berusia 6 tahun duduk di pangkuan Ayahnya,karena lelah bocah itu menguap.
"Kamu ngantuk nak?" Tanya sang ayah.
Rasya mengangguk.
"Mau kakak antar ke kamar?" Ujar Sagita menawarkan.
Rasya menggelengkan kepalanya lalu menunjuk ke arah Fanya." Kamu mau dianter sama Kak Fanya."
"Kalah aku kalau ada Fanya." Ucap Sagita bercanda sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Semua orang tertawa,Fanya memang suka sekali pada anak kecil,apalagi Rasya meskipun sudah mulai masuk Sekolah Dasar tapi bocah itu masih terlihat lucu.
"Yuk,kakak antar kamu ke kamar." Fanya mengulurkan tangannya pada Rasya.
Rasya menyalami semua orang yang ada di sana lalu meraih uluran tangannya.Gadis itu menggandeng tangan Rasya menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Rasya,gosok gigi dulu ya,cuci tangan sama cuci kaki juga biar bersih." Ujar Fanya pada bocah itu.Fanya memang ingin memiliki seorang adik,maklum dia merupakan anak bungsu jadi semua anak Tante Siska yang lebih muda darinya sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
"Iya kak."
Rasya masuk ke dalam kamar mandi sendiri dan ia menutup pintu kamar mandinya dari dalam.
Sembari menunggu Rasya,Fanya duduk di sofa yang berada di dalam kamar bocah itu,dia duduk di sana sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.
Tak lama Rasya keluar dari kamar mandi dengan wajah mengantuk.Fanya membantu bocah itu naik ke kasur dan menyelimutinya.
"Mau kakak bacain cerita?" Tawar Fanya.
Rasya menggeleng." Gak usah kak,tapi boleh gak kakak usap punggung aku?"
"Iya boleh."
Fanya segera mengusap punggung Rasya,tidak sampai 5 menit,bocah laki-laki itu sudah terlelap.Ia merapihkan selimut Rasya dan menaikkan selimut itu sebatas dada,Fanya berjalan mundur sembari mengendap-endap agar tidak menganggu tidur Rasya.
Ketika berada di ambang pintu tiba-tiba tubuh Fanya menabrak sesuatu yang keras.Ia hampir saja memekik tapi untungnya tertahan.Ia menolehkan kepalanya ke belakang dan ia menemukan Baskara yang sedang memegang bahunya.Mata Fanya terbelalak.
Tinggi Fanya yang hanya 160 cm itu harus mendongak untuk menatap mata laki-laki itu.Jujur saja ia agak iri dengan tinggi badan laki-laki itu yang cepat sekali tumbuh, sedangkan dia sejak lulus SMA sampai sekarang hanya bertambah 3cm saja dan mungkin tidak akan tumbuh lagi karena usianya sudah lebih dari kepala 2.
Fanya segera melepaskan diri dari Baskara dan berjalan dengan cepat keluar kamar Rasya.
"Kaget ya?" Tanya Baskara padanya.
Fanya membalikan badannya, ia melihat Baskara sudah menutup pintu kamar Rasya.
"Biasa aja." Ujarnya.
"Yakin? Tadi waktu mau ambil sendok aja Lo keliatan kaget gitu." Ujar Baskara seperti mengejek.
"Ya Lo tiba-tiba ada di deket gue."
"Oh.Gue kira gara-gara Lo kaget liat gue yang udah tumbuh jauh lebih tinggi dan gak kelihatan kaya bocah."
Benar kan dugaannya,jika tadi laki-laki ini menyindirnya.
"Lo ngomong apa si?" Tanyaku pura-pura bodoh.
"Itukan yang selalu Lo katakan setiap kali gue nyatain perasaan gue."
"Ya memang pada kenyataannya Lo itu bocah Baskara,mau setinggi apapun Lo,tetap Lo gak lebih dari sekedar bocah laki-laki yang dulu selalu gue ajak main."
Baskara mendengus.
"Fanya, dengar baik-baik, GUE BUKAN BOCAH!" ujar Baskara dengan menekankan setiap kata yang diucapkannya.
Baskara berjalan mendekat ke arahnya.Tanpa sadar Fanya mundur selangkah.Sial,kenapa dia merasa terintimidasi oleh bocah ini?
Ketika sudah berada di hadapannya,Baskara menundukkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya padaku.
"Silakan anggap aja gue bocah, tetapi laki-laki yang lo anggap bocah ini akan menjadi dewasa.Suatu saat nanti,Lo akan menyesal telah menganggap gue remeh," bisik Baskara di telinga Fanya.Ia bertekad untuk membuktikan pada Fanya bahwa ia bukanlah bocah yang tidak pantas diperhitungkan, melainkan seorang pria yang bisa diandalkan dan lihat saja nanti ia akan membuat Fanya bertekuk lutut di hadapannya.Baskara pergi begitu saja dari hadapan Fanya.
Fanya memegang dadanya yang berdegup kencang.Bulu kuduknya meremang karena hembusan napas Baskara di telinganya.
Sialan.Tidak mungkin kan dia terpengaruh oleh laki-laki itu?