Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21.
“Pak Haji dan Bu Haji, siapa yang sakit..” gumam Kakek dan Ariana secara bersamaan. Mereka terus melangkah dengan cepat mengikuti brangkar yang membawa Arumi..
Sesaat kemudian mereka berpapasan dengan Pak Haji dan Bu Haji..
“Arumi sakit lagi ya Mbak Ariana?” tanya Bu Haji menghentikan langkahnya.. dan melihat tubuh mungil Arumi yang terbaring di brangkar. Dua perawat pun sejenak menghentikan langkah nya.. tidak menarik dan tidak mendorong brangkar.
“Iya Bu, demam lagi baru di test darah nya, hasil belum keluar.. Bu Haji dan Pak Haji menengok siapa?” ucap Ariana.. Pak Haji dan Kakek juga terlihat saling menyapa.
“Ibu ku Mbak Ar, itu dijaga adikku.. “ ucap Bu Haji sambil mengusap lembut puncak kepala Arumi. Dia turut prihatin dengan nasib yang diderita oleh Arumi.
“Di kamar mana Bu?” tanya Ariana..
“Kamar bougenvil 2, Arumi mau di bawa ke kamar mana?” ucap Bu Haji..
“Bangsal anak 3 Bu.. maaf kami harus segera membawa pasien ke sana.” Ucap Salah satu perawat dan segera menarik brangkar Arumi.
“Iya iya silahkan.” Ucap Bu Haji dengan santun.
“Maaf ya Bu saya harus mengikuti Arumi, nanti atau besok saya jenguk Ibu nya Bu Haji.” Ucap Ariana
“Iya Mbak Ar, besok pagi tugas saya menunggu Ibu. Semoga Arumi lekas sembuh.” Ucap Bu Haji.
“Aammminnnnn.. terima kasih Bu..” ucap Ariana dan terus melangkah cepat cepat karena perawat sudah mendorong dan menarik brangkar yang membawa Arumi. Kakek pun sudah melangkah lebih dulu di belakang brangkar Arumi.
“Kasihan anak itu.” Gumam Pak Haji sambil melangkah di samping istri nya.
“Iya Pak..” ucap Bu Haji. Dan mereka berdua segera melangkah untuk meninggalkan rumah sakit.
Sementara itu, Beberapa menit kemudian brangkar yang membawa Arumi sudah masuk ke kamar bangsal anak anak. Satu kamar di isi oleh empat pasien anak, yang diberi sekat korden tebal..
“Bu, kalau nanti satu jam lagi masih demam hubungi Dokter atau perawat ya..” ucap perawat setelah selesai melaksanakan tugas nya.. Tubuh Arumi sudah berbaring dengan memakai baju pasien. Tubuh Arumi tidak dipasang infus sebab Arumi masih mau makan dan mau minum. Obat pun bisa dimasukkan lewat mulut nya.
“Iya Sus terima kasih.” Ucap Ariana dan Kakek yang juga berdiri di dekat tempat tidur Arumi.
“Kamu sekarang izin pada kepala sekolah Ar, jangan sampai lupa.” Ucap Kakek sambil mengusap usap puncak kepala Arumi.. terasa tubuh Arumi masih demam.
“Iya Pak, ini aku akan izin.” Ucap Ariana sambil mengambil hand phone dari tas ransel nya. Ariana izin pada kepala sekolah juga di group guru guru, group siswa, group orang tua murid les nya.
Beberapa menit kemudian terlihat Arumi sudah tertidur.. Ariana duduk di kursi di dekat kepala Arumi dan terus memegang tubuh Arumi.. hati nya sangat gelisah dan khawatir.. Air mata Ariana pun meleleh dari kedua ujung nya.
“Jangan sedih Ar, Rumi perasaan nya sangat peka, kalau melihat kamu menangis dia semakin sedih dan merasa bersalah.. kita berdoa semoga Arumi hanya demam biasa bukan karena virus itu, masalah biaya nanti kita pikirkan.” Ucap Kakek sambil menepuk nepuk pelan pundak Ariana.
Ariana menghapus air mata dan menganggukkan kepala nya. Dada nya terasa sesak dan leher sakit, dia tidak mampu berkata kata... berharap satu jam berlalu dan tubuh Arumi sudah tidak demam lagi. Kakek pun juga terus berdiri sambil mengusap usap telapak kaki Arumi berharap suhu di tubuh Arumi segera turun.
Satu jam kemudian tubuh Arumi pun sudah tidak lagi demam..
“Alhamdulillah Pak.. suhu Arumi sudah turun.. tapi aku harus pantau terus..” ucap Ariana yang masih duduk di kursi.
“Alhamdullilah.. sekarang aku tunggu di luar ya Ar, aku mau berbaring sebentar , kalau kamu capek bilang aku.. kita gantian menjaga Arumi.” ucap Kakek sambil membuka tas besar, karena Nenek sudah memasukkan juga lipatan perlak yang cukup untuk berbaring satu orang dan satu bantal kecil.
Ariana terus menjaga Arumi, dia terus memegang telapak mungil tangan anak semata wayangnya. Sesekali dia mengambil hand phone kalau terdengar ada, notifikasi dan Ariana membalas chat chat yang masuk.
Hingga dini hari Ariana terus berjaga, jika dia capek dia hanya menaruh kepala nya di tepi tempat tidur Arumi..
“Bun..” suara imut Arumi mengagetkan Ariana.
“Ya Sayang..” ucap Ariana sambil menegakkan kepala nya..
“Bun ini sudah pagi belum ya.” Suara imut Arumi lagi..
“Masih dini hari Sayang, tidur lah lagi.. kalau kamu ingin pipis Bunda antar ke kamar mandi.” Ucap Ariana sambil mengusap usap puncak kepala Arumi yang sudah tidak demam.
“Hasil test darah ku sudah jadi belum ya Bun..” Suara imut Arumi lagi..
“Besok kalau sudah jadi pasti Pak Dokter akan memberi tahu Bunda.. tidurlah lagi agar kamu cepat sembuh..” ucap Ariana sambil mengusap usap puncak kepala Arumi.
“Hmmm Arumi ternyata juga kepikiran dengan hasil test darah nya...” gumam Ariana di dalam hati sambil mengusap usap kening Arumi agar tertidur lagi.
Dan waktu pun terus berlalu, pagi hari pun telah tiba. Perawat sudah membersihkan tubuh Arumi, mengantar makanan dan mengecek suhu tubuh Arumi, tekanan darah dan detak jantung.
“Tunggu Pak Dokter jam sembilan ke sini nya ya Bu.. Bisa diberikan dulu sarapan nya pada dik Arumi.” Ucap perawat setelah mencatat perkembangan kondisi tubuh Arumi.
“Kalau suhu tubuh nya sejak tadi malam sampai pagi ini tidak demam tidak usah diberi obat penurun panas dulu Bu, tunggu saran dari Pak Dokter nanti.” Ucap perawat itu lagi.
“Baik Sus..” ucap Ariana dengan santun lalu mengambil makanan dan akan disuapkan pada Arumi. Sedangkan Kakek yang lega karena Arumi sudah tidak demam lagi pergi keluar untuk mencari makanan buat dirinya dan Ariana.
Sesaat kemudian terdengar suara...
“Assalamualaikum Mbak Ariana..” suara seorang perempuan yang berada di luar gorden bilik Arumi.
“Wa alaikum salam...” ucap Ariana sambil menoleh dan sesaat kemudian gorden terbuka dan muncul Bu Haji di tangannya membawa satu keranjang buah dan satu kaleng biskuit.
“Masya allah Bu Haji.. saya belum sempat menjenguk Ibu nya Bu Haji malah Bu Haji sudah ke sini.” Ucap Ariana
“Tidak apa mana yang sempat dulu, itu adik saya masih nunggu Ibu kok, lanjutkan maem nya Arumi... Dan ini buat Arumi ya.. di kamar Ibu Saya ada banyak..” ucap Bu Haji sambil menaruh keranjang buah dan satu kaleng biskuit di meja di dalam bilik Arumi.
“Terima kasih Bu Haji...” suara imut Arumi dan Ariana secara bersamaan.
“Ibu saya juga sudah mau pulang Mbak Ar...tapi ini masih bingung untuk mencari orang yang mau menemani Ibu saya di rumah. Adik kedua saya tidak mungkin karena dia dan keluarga nya tinggal di Bali, maka selama Ibu opname dia yang jaga, sedangkan saya juga tidak mungkin di rumah juga banyak kerjaan.” Ucap Bu Haji selanjutnya.
“Biasanya Ibu nya Bu Haji tinggal dengan siapa Bu?” tanya Ariana sambil menyuapi Arumi dengan hati hati.
“Dengan adik saya yang bungsu nah itulah masalah nya, dia sedang tugas di luar negeri. Ada sih orang yang bertugas bersih bersih dan masak di rumah... tapi mereka tidak menginap karena punya keluarga.. “
“Kalau Arumi tidak sakit saya mau Bu untuk menemani Ibu nya Bu Haji...” ucap Ariana meluncur begitu saja, sebab bagi dia jika ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang akan dia ambil..
“Yang benar Mbak Ar, saya dan Ibu saya pasti senang kalau Mbak Ar mau menemani Ibu saya.” Ucap Bu Haji dengan nada serius.
“Benar Bu, saya mau, tapi bagaimana juga cara saya membagi waktu dan apa Arumi mau saya tinggal.. saya memberi les hingga jam delapan Bu Haji...” ucap Ariana sambil terus menyuapi Arumi.
“Tidak apa apa Mbak Ar, orang yang bersih bersih juga pulang nya setelah selesai membersihkan meja makan dan cuci cuci alat alat makan malam.. biasa nya dia pulang jam sembilan malam. Adik bungsu saya juga kalau pulang kerja jam delapan sampai jam sembilan malam..” ucap Bu Haji masih dengan nada serius. Dia senang jika Ariana yang menemani Ibu nya jika malam hari karena sudah tahu kalau keluarga Pak Syamsu orang baik dan jujur.
“Tapi apa Arumi mau saya tinggal Bu...” ucap Ariana sambil menatap wajah imut Arumi yang sedang ia suapi... Ariana juga tampak bingung dia sangat butuh penghasilan tambahan tapi tidak tega juga jika harus berpisah dengan Arumi.