Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 26
" Fuaaah, akhirnya ... akhirnya aku bisa tinggal di mansion ini. Mansion yang besar nan indah. Mansion yang tentunya cocok bagiku. Aah lihatlah taman itu, taman yang begitu cantik secantik diriku. Ya, semua yang ada di mansion ini memang lebih cocok dengan diriku ketimbang Rubia."
Percaya diri yang sangat luar biasa. Daphne benar-benar bertindak layaknya nyonya rumah. Padahal saat ini posisinya tidak lebih dari seorang gundik. Gundik atau simpanan, seperti itulah cara semua orang di mansion memandang Daphne.
Para pelayan bahkan enggan untuk mengikuti perintah Daphne. Mereka benar-benar hanya mau mendengarkan perintah Perion. Hanya saja mereka masih menaruh hormat karena Daphne merupakan lady bangsawan, ya hanya sebatas itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang.
" Oh Tuan Count, Anda sudah kembali dari Istana. Hei kalian siapkan makan malam sekarang juga!"
" Tidak perlu! Daphne, kau saja yang makan sendiri. Tadi aku sudah makan bersama para pasukan kesatria. Aku mau langsung mandi dan tidur saja."
Nyuuut
Hati Daphne merasa ngilu, belum pernah selama ini Perion memperlakukan dirinya begini. Pria itu selalu mengikuti apa kemauannya. Bahkan soal ide racun darinya untu Rubia pun Perion setuju.
Setelah perceraian antara Perion dan Rubia disetujui oleh Baginda Kaisar, sikap Perion ke Daphne pun seolah berubah. Benar-benar berubah sehingga Daphne merasa Perion menjadi orang lain.
" Tuan, apa boleh malam ini saya menemani Tuan Count?" Daphne tidak ingin menyerah. Sudah selama seminggu tinggal di mansion, belum pernah sekalipun ia masuk ke kamar Perion. Semua itu karena Perion mengatakan bahwa ia cukup lelah dengan pekerjaannya sebagai pemimpin wilayah san bagian dari pasukan kesatria istana.
" Sudah lama saya tidak disentuh oleh Tuan Count, saya merindukan Anda. Apa Anda tidak merindukan saya?" Daphne bicara demikian dengan cara berbisik tepat di telinga Perion. Daphne sengaja menggoda Perion dengan bicara yang sedikit dicampur desahhan.
Sreeet
Gayung bersambut, Perion seketika itu mendekap pinggang Daphne. Ia membawa Daphne menuju ke kamar dengan berjalan lebih cepat seolah sudah tidak sabar.
Daphne tentu saja senang, senyuman yang sumringah. Ya, pada akhirnya kau tetap tidak bisa menolak pesona wajah dan tubuhku. Seperti itulah isi hati Daphne. Ia bahkan tak acuh dengan pandangan para pelayan. Karena dengan cara ini Daphne menegaskan bahwa dirinya lah yang diinginkan oleh Perion.
Bruk
Sreeek
Aaah
Perion menjatuhkan tubuh Daphne ke atas ranjang. Dengan sembarangan pria itu menarik gaun Daphne. Ia juga mencium dengan begitu kasar.
Tapi Daphne merasa masih biasa saja, karena selama ini pun Perion memang bermain demikian. Hanya saja pikiran itu tidak berlangsung lama. Ketika Perion menghunuskan miliknya, Daphne merasa sakit. Pemanasan yang kurang tentu saja membuat milik Daphne terasa perih.
" Ughh, Tuan. Kenapa Anda kasar sekali kali ini. Sa-saya, milik saya belum siap. Aaghhh."
Perion tidak memberi kesempatan bagi Daphne untuk membuka mulutnya. Ia terus menggerakkan tubuh nya di atas tubuh Daphne. Perion seolah kerasukan, dia tidak berkata apapun. Hanya diam dan terus bergerak maju mundur.
" Tu-tuan tunggu, ughh saya benar-benar merasa lelah. Haaah."
Sudah beberapa kali Perion melakukan pelepasan, namum ia masih belum berhenti juga. Padahal Daphne belum satu kali pun merasakannya. Air mata Daphne mengalir begitu saja. Sisi Perion yang seperti ini belum pernah ia lihat sebelumnya.
Pemainan kasar yang dilakukan pria itu juga baru ini dia rasakan. Seluruh tubuh Daphne terasa remuk, dan bagian bawahnya terasa begitu sakit serta perih.
" Haah, kali ini kamu sungguh buruk Daphne. Tidurlah, aku akan ke ruang kerja."
Daphne hanya diam saja, tenaganya seolah habis. Dia bahkan tampu membuka mulutnya untuk sekedar menjawab ucapan Perion.
Sedangkan Perion melenggang pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam perpisahan. Biasanya Perion akan memeluk atau mencium Daphne. Namun kali ini tidak sama sekali.
Ceklaak
Brak
Fyuuuh
Perion membuka pintu ruang kerjanya dengan begitu keras. Dia lalu membuang nafasnya kasar. Entah mengapa malam ini dia sama sekali tidak bisa menikmati tubuh dari Daphne. Perion hanya sekedar melepaskan hasrat saja tanpa menikmatinya.
Baru kali ini dia seperti ini. Biasanya dia bahkan bisa sampai pagi bermain dengan Daphne. Keanehan lainnya adalah dirinya yang tiba-tiba teringat dengan Rubia. Perion lalu mengingat-ingat tentang kapan terakhir kali dia berhubungan dengan Rubia.
" Haah, lama sekali ternyata sejak terakhir kali aku menyentuhnya. Selama ini aku lebih banyak menghabiskan malam bersama dengan Daphne. Wanita itu yang selalu menghangatkan tempat tidurku dan bukannya Rubia. Aah Rubia, wanita itu mendadak menjadi begitu cantik dalam ingatanku. Atau memang sebenarnya dia memang cantik tapi selama ini aku tidak sadar. Ughhh."
Aneh, Perion merasakan aneh pada tubuh bagian bawahnya. Rasanya berdenyut dan semakin menegang. Padahal baru saja dia melakukannya dengan Daphne. Tapi saat memikirkan Rubia, milik Perion pun bereaksi. Lagi-lagi ini tidak sepeti sebelumnya.
" Malam ini, kenapa semuanya selalu menjadi hal yang lain. Ughhh Rubia."
Perion mengeraang sendiri, menggunakan tangannya untuk menuntaskan hasratnya sendiri. Ia baru menikmati rasa puas dengan melakukannya sendiri dengan membayangkan Rubia.
Di sisi lain, Daphne saat ini sedang menangis. Ia berjalan tertatih ke kamar mandi. Daphne tidak ingin memanggil pelayan untuk membantunya, dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan orang-orang.
Daphne juga ingin membuktikan kepada semua penghuni mansion bahwa dirinya yang masuk ke kamar Perion benar-benar mendapat cinta dari pemilik wilayah Gordo ini. Dengan begitu, orang-orang yang ada di mansion tidak akan lagi bersikap abai padanya.
" Kenapa, kenapa begini? Kenapa Perion memperlakukan aku sepeti wanita penghibur. Tidak, ini tidak bisa. Aku tidak ingi kehilangan Perion. Aku tidak ingin hanya sekedar jadi penghangat ranjang. Aku harus jadi nyonya, aku harus jadi Countess."
Daphne menenggelamkan kepalnya di air yang dingin. Dia tak acuh saat air dingin menerpa tubuhnya. Ia juga semakin bertekad bahwa tujuannya sebentar lagi akan tercapai.
TBC