NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk. Urban Legend

Desa Terkutuk. Urban Legend

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Rumahhantu / Kumpulan Cerita Horror / Desas-desus Villa / Tumbal
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.

selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘

Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. The Legend Of Kuntilanak

"Sudah subuh, ayok bangun." Ibukku membangunkan aku dari tidurku yang tidak nyaman. Semalam, aku bermimpi tentang wanita kusir delman itu. Aku di bawa ke suatu tempat yang sangat gelap, tanpa ada cahaya kecuali dari lentera yang ada di kereta kudanya.

   "Biyooh. Sek ngantuk Mak." Jawabku sambil mulet-mulet di atas dipan tanpa kasur.

   "Kita tidak berada di rumah kita sendiri. Malu sama yang lain. Lihat, yang lain sudah sibuk membantu sana-sini." Melihat aku sudah terlelap lagi, ibukku langsung naik pitam, dan.... "Pak, ambilkan kemucing itu. Tak gablok e arek iki."

   "Iyaaa iyaaaa!!" Aku langsung duduk di atas ranjang tak nyaman itu sambil menahan diri supaya tidak terjatuh. "Nih, sudah bangun."

   "Buka matamu!" Bentak ibukku, tapi dengan nada yang rendah. Aku memaksa supaya mataku terbuka lebar. Tapi, kelopak mataku seolah ada magnetnya, dan tak mau di pisah.

   'Buk!!' Kemucing telah mendarat dengan mulus di pahaku yang mulus.

   "Aduhduduuddh. Sakit Mak!" Teriakku sambil menahan tangis yang hampir pecah.

   "Makanya, cepat bangun!"

Nex

   Bapak mengajakku ke mushola yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari rumah nenek ibukku, untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Selain aku dan bapakku, ada dua orang lelaki tua yang juga ikut membantu di rumah nenek. Dia mengobrol sendiri tanpa memperdulikan aku dan bapakku.

   "Mbah e." Tanpa sadar aku membuka obrolan dengan kedua lelaki tua itu. Mereka menoleh dan memamerkan senyumannya yang lucu, karena mereka sudah ompong. "Mbah tahu siapa yang menjadi kusir yang sering lewat sini?"

   "Kusir apa Nduk?" Tanya salah satu dari mereka.

   "Kusir delman." Jawabku.

   "Oh, mungkin yang dia maksud adalah kamu, Pak Rojaki." Kata salah satunya.

   "Mungkin si Pak Boiran." Jawab Mbah Rojaki.

   "Bukan." Kataku.

   "Bukan?" Tanya si lelaki tua yang satunya, aku masih belum tahu namanya. "Ciri-ciri orang itu seperti apa Nduk, cah Ayu?"

   "Perempuan muda, berambut panjang sepinggang. Cantik memiliki tahinya lalat di bawah bibir kanannya. Dan...." Pak tua yang belum aku ketahui namanya itu sudah jatuh di atas jalan setapak, sebelum aku menyelesaikan kata-kata ku.

   "Allahu Akbar. Pak Bakri!!!" Mbah bernama Rojaki tadi berteriak histeris saat melihat teman sejawatnya itu terkapar di jala berbatu itu. "Woalah. Piye Iki? Pak... Siapa namamu? Aku ha tau, tolong panggilkan pertolongan." Kata Mbah Rojaki kepada bapakku.

   "Mboten usah mbah. Kulo gendong e mawon. Di beto ten pundi?- Tidak usah Mbah. Biar aku gendong saja. Di bawa kemana?" Tanya bapakku.

   "Langsung nang omah e ae, le.- Langsung di bawa kerumahnya saja, nak (Panggilan anak laki-laki.) Ayok, tak antar."

Nex

   Sholat subuh akhirnya di laksanakan dirumahnya Mbah Rojaki. Karena kami sudah terlewat jam subuh berjamaah di musholla yang ingin kami tuju. Mbah Rojaki masih pingsan. Aku merasa heran, takut dan lain-lain karena pertanyaan ku, dia menjadi seperti itu. Tapi, saat aku meminta maaf ke keluarganya, mereka berkata kalau itu semua bukan salahku.

   "Pokoknya, jangan berbicara tentang wanita itu lagi ya Cah Ayu. Terlebih di depannya Pak Rojaki." Kata Mbah Bakri.

   "Ngge Mbah. Ngapunten.- Iya Mbah. Saya minta maaf. Kalau boleh tahu, sebenarnya wanita itu siapa?"

   "Nduk. Ojo takon maneh ya." Jawab Mbah Bakri, kali ini nadanya sangat tegas sehingga membuatku tertunduk karena merasa takut.

Nex

   Siang harinya aku di ajak bermain dengan anak-anak Desa Sumbermanjing Wetan. Karena merasa suntuk karena tidak ada kerjaan yang bisa aku lakukan, aku mengiyakan ajakan mereka. Seperti layaknya anak-anak perempuan pada umumnya, kami main masak-masakan di bawah tenda kecil yang kami bangun dari kain goni. Kalau di jaman modern, namanya camping.

   "Eh, Ini bisa di makan beneran?" Tanyaku ke Sugiarti, salah satu dari empat anak perempuan yang bermain denganku.

   "Iya lah. Coba saja." Jawabnya.

   "Kamu belum pernah makan ini?" Tanya Sunarsih salah satunya lagi.

   "Belum. Aku tidak menyangka kalau ini bisa di makan." Jawabku.

   "Astaga, ini enak sekali lho." Sahut Subak anak perempuan yang satunya lagi.

   "Ini namanya embok." Kata Suharti, si anak perempuan yang terakhir.

   "Ini larva kumbang kan?" Aku menatap mahluk itu dengan jijik. Mereka memasaknya dengan cara di bakar.

  "Ahahhaa. Dasar Ndeso. Lihat ni Jeng." Sugiarti memakannya dengan lahap. Dan perutku terasa mual.

   "Udah ah, aku ga mau ikutan. Makan saja sendiri, aku makan pisang ini aja." Jawabku.

   "Yah, ga seru." Sahut Suharti.

   "Bodoh ah. Ogah pokoknya." Aku mengupas pisang hijau yang sudah masak. Memakannya dengan lahap, lalu di saat itulah aku teringat dengan sosok wanita kusir delman kemarin malam. "Kalo boleh tau, kalian kenal dengan kusir wanita muda yang sering berkeliaran di sini?"

   Mendengar pertanyaan ku barusan, mereka langsung mematung di tempat. Menatapku dengan tatapan tidak percaya. Menatapku dengan pandangan aneh, seolah-olah aku ini adalah orang asing yang baru saja mereka temui. Tapi, memang aku orang asing sih. Aku baru kenal mereka beberapa jam yang lalu.

   "Hallo? Kalian dengar pertanyaan ku kan?" Aku kembali berbicara. Mereka semakin menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.

   "Serius kamu melihat wanita yang naek delman?" Tanya Sunarsih. "Ga salah lihat kan?"

   "Enggak." Jawabku jujur. "Wanita itu cantik sekali. Kulitnya putih, memiliki tahinya lalat di bawah bibir kanannya. Lalu...."

   "Setooop!! Jangan di lanjutkan!" Teriak Sunarti. "Kita tidak boleh membiarkan dia."

   "Kenapa tidak? Aku penasaran, aku kan bukan orang sini, jadi wajar dong kalau bertanya-tanya tentang apa saja." Sahutku.

   "Tapi ada kalanya tidak menanyakan sesuatu yang sangat tidak ingin di jawab oleh yang di tanya." Kata Sugiarti.

   "Ta... Tapi...."

   "Asal kamu tahu saja ya. Sosok yang kamu lihat itu adalah....." Suharti awalnya mau mengatakan sesuatu, tapi dia mengurungkan niatnya karena dia melihat ke arah belakangku. Saat aku melihat ke arah yang dia lihat. Ada Mbah Bakri yang tadi subuh pingsan di tengah jalan. Dia melotot ke arah kami, wajahnya penuh amarah, penuh dendam kesumat. Tapi, beberapa saat kemudian dia pergi dari sana.

   "Mbah itu kenapa sih?" Guman ku.

   "Asal kamu tahu saja Jen." Kata Suharti pelan. "Wanita muda yang kamu maksud itu adalah anak semata wayangnya Mbah Bakri."

   "Ehhh? Kalau begitu, kenapa tadi subuh dia pingsan saat aku membicarakan tentang anaknya itu?"

   "Masalahnya adalah. Anak Mbah Bakri yang kamu maksud itu, dia sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu."

   Merinding langsung menjalar di sekujur tubuhku. Keringat dingin langsung bercucuran deras di punggungku. Nafasku kembang-kempis, seolah-olah bisa berhenti bernafas kapanpun dia mau. Tenggorokanku langsung mengering, sehingga aku sangat kesulitan saat menelan ludah.

   "Kamu ga lagi bercanda kan?" Tanyaku.

   "Sayangnya, kami sedang tidak bercanda, Jeng." Kata Suharti pelan. "Sudah, kamu sudah tau siapa wanita yang kamu maksud kan? Jadi, mulai dari sekarang, kamu jangan ungkit ungkit lagi soal dia. Terlebih di depannya Mbah Bakri. Mengerti?"

Nex

   Hari sudah semakin siang, sang mentari sudah tepat di atas kepala. Panas, dan aktifitas yang menguras tenaga membuat tubuhku penuh keringat. "Kita mandi di belik yuk?" Ajak si Suharti.

   "Belik?" Jawabku.

   "Mata air. Airnya sangat jernih lho. Ga jauh kok dari rumah nenek kamu." Jawab Suharti.

   "Jangan kawatir, ga bakalan ada yang mengintip kok. Ada tembok yang cukup tinggi di sekeliling belik." Kata Sunarsih.

   Karena penasaran, dan hawa panas ini sudah mencapai batas aku bisa menahannya. Akhirnya aku menerima ajakan mereka untuk mandi di belik. Jalan menuju kesana, ternyata adalah jalan yang kemarin malam aku lihat. Yak, yang ada di belakang rumah nenekku. Dimana aku melihat wanita kusir delman yang aku penasaran in.

   Jalan itu lurus sejauh tiga ratus meter lebih. Kanan dan kiri hanyalah hutan belantara. Pohon-pohonnya begitu tinggi dan berdaun lebat. Sampai-sampai cahaya matahari tidak mampu untuk menembus mereka.

    Di tengah perjalanan, hawa panas telah digantikan dengan hawa yang sangat sejuk. Begitu berbeda dengan tempat dimana aku bermain tadi.

   Ujung jalan dimana wanita kusir delman kemarin adalah makam tua, yang di batasi oleh batu-bata yang sudah berlumut. Gerbang masuk ke makam tua di tutup rapat dan di gembok, gemboknya lumayan besar.

    Aku jadi berpikir, bagaimana caranya delman kemarin kesini, lalu putar balik. Karena jalannya hanya bisa di lalui oleh satu buah delman saja. Dan, tujuan wanita itu kesini mau apa dan ngapain aja. Tapi semakin di pikir, semakin tidak ketemu jawabannya.

   Ada jalan setapak yang lain di sebelah makam tua itu. Batu-batu yang di tata rapi yang di jadikan jalan, begitu menambah suasana pedesaan yang asri. Ada pohon buah-buahan di sekitar sana. Anak-anak mengambil dan memakannya, aku ikutan. Buah besaran, atau nama di jaman modern nya adalah Blackcurrant. Buah itu tumbuh liar di sekitar sana.

   Seratus meter kemudian, barulah kami sampai di belik yang kami tuju. Ternyata, belik itu mirip dengan pemandangan di jaman kerajaan yang pernah aku lihat sketsanya di buku pelajaran sekolah. Dan tampa basa-basi lagi, kami langsung mandi di sana.

   Selama mandi, kami juga bercanda ria, tanpa memperhatikan sekeliling karena begitu asyik nya. Tanpa kami sadari, ada sosok wanita muda sedang mengawasi kami dari atas salah satu pohon yang ada di dekat belik.

   Orang yang pertama kali menyadarinya adalah aku. "Teman-teman...." Guman ku. Mereka langsung melihat ke arahku. "Lihat." Aku menunjuk ke arah yang aku maksud. Saat itulah, mereka langsung berteriak histeris dan langsung berlari tunggang-langgang.

   "Kuntilanak!!!" teriak mereka bersamaan, dan bergantian di saat situasi sedang kacau itu.

   "Hihihi.... Hihihihihihi....." Wanita itu tertawa terbahak bahak dengan nada ciri khasnya, sehingga membuat suasana semakin runyam.

   Aku hanya bisa mematung dan menatap tajam ke arah kuntilanak itu. Walaupun jauh, tapi aku bisa mengenali wajahnya. Kuntilanak itu adalah wanita kusir delman yang aku lihat beberapa kali itu!!

1
Rani_28
Tumben update lebih dari satu bab?
Rani_28
Seru sih. tapi ga ada line cerita seperti di buku pertamanya. Kasih donk, biar lebih seru.
Ady Irawan: akan di usahakan supaya ada villain nya lagi. 🥲🥲🥲
total 1 replies
Emma Shania
ganti judul
Rani_28
awalan 'su' semua ya namanya? sampe mumett
Ady Irawan: 😅😅wkwkwk
total 1 replies
Hamzink
makanya apa ya?
Hamzink
/Hunger//Hunger//Hunger//Hunger//Hunger//Hunger/
Hamzink
/Speechless//Speechless//Speechless/
Hamzink
seru dan lucu. ga nyangka ada novel yang menarik dari penulis pemula. semangat Thor. 💪💪💪
Hamzink
di samperin orgil. kisah masa kecilku ini bang. /Sob//Sob//Sob/
Hamzink
memberi kodok?/Shy/
Hamzink
astaga. menyumpahi ibunya sendiri. 🥲
Hamzink
wah seru.
Hamzink
ketiak. 🙈
Green Force
sumbermanjing iku wes kecamatan. dudu wilayah seng melok kecamatan.
Ady Irawan: wes tak kek i keterangan boss. 😁
total 1 replies
NiaNii
😐😐
Emma Shania
Ceritanya lucu, ga membosankan. author nya beneran terbuka dengan semua kritikan. semangat Thor. semoga sukses dan menjadi novelis profesional.
Eko Wahyulianto
yang kemrin di hapus. pdahal bgus lho. kenapa bang?
Ady Irawan: ya bang, dapat kritikan. ceritanya terlalu membosankan. jadi aku tulis ulang. 🥲🥲🥲
total 1 replies
Green Force
Woh, arek kuontol, di kongkon moco novel e, sek tas di nikmati malah di hapus. taek koen, awas lek mbok hapus mane.
Ady Irawan: wkwwkkw. woles cak. woles..😂😂😂
total 1 replies
Rani_28
oh. jadi maling obornya Riyono di buku pertama itu si Aditiya ini tah? Aditiya ga pernah sekalipun muncul di buku pertama. apa emang sudah di siapkan dari dulu?
Ady Irawan: wwkwkwk. masih ingat alur ceritanya yak? 😁😁😁
total 1 replies
NiaNii
Duh. bisa bisanya. 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!