NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 22

Setelah menemukan tempat yang aman Al pun segera mengangkat teleponnya. Dia memilih sebuah taman yang ada di samping restoran yang dia datang bersama Alin untuk sarapan. Tempat itu terlihat sepi sehingga membuatnya leluasa mengangkat panggilan dari seseorang.

"Halo, siapa ini?" tanya Al dengan suara mendesis.

[Saya tau siapa kamu sebenarnya]

"Lalu?"

[Saya punya pekerjaan untukmu]

"Apa?"

Beberapa saat orang tersebut mengirim sebuh gambar seseorang pada Al melalui pesan chat.

[Saya mau, kamu selesaikan dia malam ini. Alamatnya sudah saya kirim. Ingat, selesaikan pekerjaan ini malam ini juga, karena saya tidak mau menerima kegagalan]

"Siapa orang ini, dan kenapa Anda ingin saya menyelesaikan dia?"

[Jangan banyak tanya. Kamu hanya perlu menyelsaikannya saja. Soal bayaran, kamu tidak perlu khawatir. Saya akan bayar kamu berapapun yang kamu mau]

"Baiklah. Kirim saja uangnya, pekerjaannya akan selesai malam ini."

Setelah sambungan telepon Al berjalan untuk masuk kembali ke dalam restoran menemui Leo dan Alin.

"Maaf, saya lama angkat teleponnnya," ucap Al, membuat Alin menghentikan ucapannya. Gadis itu bernapas lega karena terhindar dari pertanyaan Leo yang sulit ia jawab.

"Tidak apa-apa Pak Al," ucap Leo, dengan tatapan yang masih tajam pada Alin, menuntut jawaban dari pertanyaan yang belum terjawab.

"Kalian tadi habis ngomongin apa? Kok, serius sekali? Sampai dia nangis gitu?" tanya Al heran saat melihat Alin mengusap air matanya, rasanya sangat mencurigakan.

"Bukan apa-apa, Pak. Tadi kami habis mendengar lagu sedih, makanya dia jadi menangis," jawab Leo beralasan.

"Lagu sedih? Di mana? Kok, gue nggak dengar lagunya di sini, ya?" tanya Al dalam hati.

"Kalau gitu, saya duluan, ya, Pak. Soalnya ada meeting di kantor pagi ini," pamit Leo kemudian pergi dari sana. Sebelum itu ia menatap Alin, tapi Alin langsung mengalihkan pandangannya.

Al merasa aneh dengan mereka berdua, akan tetapi ia memilih diam dan tak bertanya karena dirinya yakin Alin tak akan menjawab dan hanya akan menyangkalnya.

"Kamu sudah selesai makannya? Kalau sudah, ayo kita pulang," ujar Al yang hanya di balas anggukkan oleh Alin.

Setelah membayar makanan mereka, Al dan Alin pun pulang ke rumah. Selama di perjalanan hanya ada keheningan yang melanda. Al terus saja melirik Alin yang sejak tadi hanya diam dengan pandangan lurus ke depan.

"Ada apa dengan dia? Kok, dia dari tadi diam mulu, nggak kayak biasanya," batinnya bertanya-tanya.

Mobil Al pun akhirnya sampai di rumahnya. Al turun begitu juga dengan Alin yang segera berlari ke dalam rumah meninggalkan Al yang berjalan di belakangnya.

Saat Alin baru sampai di ruang tengah, langkahnya terhenti saat merasakan sakit di bagian bawah perutnya.

"Akh!" ringis Ara kesakitan. Membuat Al mempercepat langkahnya mendekati Alin.

"Kamu kenapa?" tanya Al panik.

"Itu saya sakit, Pak," jawab Alin dengan muka memerah antara menahan sakit dan malu mengatakan penyebab ia meringis.

"Sakit banget? Kalau gitu kita ke rumah sakit sekarang?" Al sedikit khawatir karena Alin terus saja mengeluh sakit pada area kewanitaannya.

"Nggak usah, Pak, saya nggak papa kok. Mungkin sakit ini karena kejadian semalam."

Al terdiam, mengingat kembali kejadian semalam ketika ia dengan ganasnya menerkam Alin tanpa ampun.

"Maaf, saya nggak bermaksud lakuin itu sama kamu. Sekali lagi saya minta maaf," cicit Al yang merasa bersalah.

"Nggak papa, Pak. Walaupun kejadian itu terjadi tanpa sadar dan nggak sengaja, tapi saya nggak papa kok. Toh, Bapak melakukannya tanpa sadar dan kita juga sudah menikah. Ya, walaupun saya nggak di anggap sebagai istri," tukas Alin seraya tersenyum getir, sedangkan Al tertegun mendengarnya.

"Ayo, saya bantu kamu ke kamar kamu."

"Saya bisa sendiri, kok, Pak," tolak Alin yang lagi-lagi meringis saat dia mencoba melangkah.

"Udah, jangan nolak. Anggap aja, saya bertanggung jawab atas kejadian semalam," kata Al lalu segera menggendong Alin.

Alin terkejut saat Al langsung menggendong dirinya. Ia tak bisa berkata-kata karena matanya sudah dibuat terpana oleh ketampanan Al yang kini sangat dekat dengan wajahnya.

"Kalau di lihat dari deket gini Pak Al ganteng juga. Tapi sayang, punya orang," batin Alin yang terus memperhatikan Al. Tanpa dia sadari, Al sudah mendudukkannya di tempat tidur.

Melihat Alin yang masih terus menatapnya, tiba-tiba sebuah ide jahil muncul di otaknya.

"Saya ganteng banget, ya? Sampai kamu lihatnya kayak gitu?" goda Al yang sudah mendekatkan wajahnya pada Alin.

"Iya," jawab Alin yang masih tak menyadari keberadaan Al di depannya saat ini.

Namun, kemudian Alin tersadar akan ucapannya sendiri dan pipinya pun langsung merona bak kepiting rebus.

"Hah, maksud saya bukan gitu, Pak." Alin gugup sekaligus terkejut melihat wajah Al yang kini tinggal beberapa centi dari wajahnya.

Karena saking malunya, dia memalingkan wajah ke arah lain lalu mendorong dada Al untuk menjauh.

"Bukan? Tapi, kok, pipinya jadi merah gitu?" Al semakin menggoda Alin yang membuat pipinya makin merona.

"Ya sudah, kalau gitu saya mau pergi, saya mau ketemu Bella. Mungkin nanti saya pulang malam. Jadi, jangan menunggu saya malam ini. Kamu jangan pergi kemana-mana dulu, biar sakitnya berukurang," cap Al kemudian lalu keluar dari kamar Alin.

"Dasar gadis yang aneh." Al membalikkan badannya memandang Alin yang masih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Kemudian dia pun kembali berjalan menuju kamarnya. Tiba di kamar ponselnya berdering, ia segera mengangkat telepon dari Raja.

"Halo?"

[Halo, Al, lo di mana, sih? Tadi gue nyuruh Charles ke rumah lo, tapi katanya lo nggak ada. Lo dari mana, sih?] cerocos Raja saat Al baru menjawab teleponnya.

"Gue habis sarapan di luar. Emang ada apaan, sih?" tanya Al sedikit kesal karena Raja terus saja mengoceh.

[Cepat lo datang ke kantor sekarang. Ada masalah penting yang terjadi di kantor. Cepat datang] Raja langsung memutuskan panggilannya.

"Masalah penting? Emang masalah apaan? Gue harus ke kantor sekarang juga."

Setelah mengganti bajunya dengan pakaian kantor, Al segera bergegas ke kantornya dengan mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Dalam benaknya bertanya-tanya apa masalah penting yang di maksud Raja.

PT Graham COMPANY.

Dengan langkah cepatnya, Al berjalan menuju ruangannya di mana Raja dan Charles juga ada di sana.

"Nah, ini dia orangnya baru datang," ujar Raja saat Al baru saja masuk ke ruangannya.

"Langsung aja. Apa masalah penting yang lo maksud di telepon tadi?" tanya Al tanpa basa-basi, penasaran dengan kabar yang dimaksud Raja lewat sambungan telepon.

"Biar asisten lo yang kasih tau. Kasih tau dia, Char," suruhnya pada Charles.

"Silahkan Bos lihat ini." Charles menyodorkan beberapa berkas pada Al.

"22 M? Apaan ini? Siapa yang sudah melakukannya?" tanya Al dengan marah.

"Sepertinya, ada seseorang di kantor ini yang tidak kita ketahui sudah memanipulasi keuangan kita, Bos. Dia juga sudah mencuri saham kita dan menjualnya dengan harga 22 M."

"Argh! Kurang ajar. Gue bersumpah, akan cari orang itu sampai dapat. Gue nggak akan biarin dia hidup dengan tenang!" teriak Al penuh amarah.

Tanpa mereka sadari, seseorang tengah tersenyum puas, karena rencananya berjalan dengan lancar.

"Ini baru permulaan Alexander Graham. Setelah ini, seluruh milik lo bakal jadi milik gue," batin orang tersebut.

"Cepat bawa rekaman CCTV di ruang keuangan sekarang juga!" tittah Al.

"Percuma, Al. Orang itu sangat cerdik. Dia memutus semua cctv di kantor ini," terang Raja.

"Arghhh! Sial!" umpat Al yang begitu sangat emosi.

22M bukanlah uang yang banyak, kerugian sebesar itu bisa membuat perusahaannya bangkrut secara mendadak.

"Lalu bagaimana sekarang, Bos, kita bisa rugi karena saham itu, punya beberapa investor kita," ucap Charles yang semakin menambah kekalutan Al.

Al terdiam, dia teringat pada seseorang yang meneleponnya di restoran tadi.

"Gue punya solusinya," ujar Al yang akan beranjak pergi.

"Mau kemana lo?" tanya Raja.

"Kasih tau Bella, kalau dia nyariin gue, bilang gue lagi di luar kota," tukasnya lalu melanjutkan langkahnya.

"Bos lo aneh, Charles," gumam Raja pelan.

"Dia, kan, bosnya Bapak juga," sahut Charles lalu mereka berdua tertawa bersama.

***

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Al menghubungi seseorang.

"Halo. Cepat kirim bayaran saya, saya akan melakukannya malam ini."

[.....]

"22 M."

[.....]

"Tenang saja, semuanya akan selesai." Al menutup teleponnya kemudian melajukan mobilnya ke suatu tempat.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!