Menjadi pengantin pengganti adiknya, dia terpaksa menikahi gadis yang tidak dia kenal sama sekali.
Edgar Keizo Bagara, usia 35 tahun. Seorang CEO perusahaan ternama EKB Corp. Suatu hari dia mengalami kecelakaan hingga mengakibat kan kakinya lumpuh secara total. Setelah kejadian itu sang kekasih pergi meninggalkannya, dia juga di asingkan oleh keluarga nya karena malu memiliki putra yang lumpuh. Hal itu menjadikan Edgar pria yang dingin tak tersentuh. Dia hidup terasingkan disebuah villa yang jauh dari kota.
Eidra, atau biasa dipanggil Ei. Usianya 20 tahun. Dia baru saja menyelesaikan pendidikan kedokteran disalah satu universitas ternama. Namun sayang impiannya menjadi dokter harus kandas kala dia dipaksa menikah dengan seorang lumpuh demi melunasi hutang keluarga. Yang membuat Ei merasa tak berharga, ketika tahu bahwa dia menikahi pria itu adalah untuk merawatnya. Gadis polos yang belum mengenal cinta.
Bagaimana kisah perjalanan rumah tangga mereka?
Bagaimana kah E
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan berdiri di sampingmu.
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Sebuah mobil mewah terparkir didepan sebuah villa megah dengan lantai sampai sepuluh. Di tempat yang jauh dari kota itu, memang sengaja dibangun villa megah yang nilai pembangunan nya mencapai triliunan rupiah.
Tiga pria turun dari mobil. Satu diantara nya supir pribadi. Satu pria paruh baya dan satu lagi pria muda berusia sekitar 30 tahun.
Kedua pria diantara berjalan masuk saat beberapa para pengawal menyambut mereka dengan memberikan hormat sambil menyapa ramah.
"Selamat datang Tuan Besar dan Tuan Muda". Sapa Julio.
"Dimana dia Julio?". Tanya pria paruh baya yang dipanggil Tuan Besar itu tanpa menjawab sapaan Julio. Sementara Tuan Muda yang disampingnya menelisik isi villa.
"Ada dikamarnya Tuan Besar. Mari saya antar". Ucap Julio hormat sambil mengulurkan tangannya dan mempersilahkan pria itu masuk kedalam villa.
Kedua pria berbeda usia itu masuk kedalam sambil mengikuti Julio yang berjalan didepan mereka.
.
.
.
Dikamarnya, Eidra mengurut kaki suaminya yang terasa keras.
"Awwww. Bisa kah kau pelan sedikit". Pekik Edgar kesakitan
"Diam Tuan. Kau terus saja berisik. Menganggu ku saja". Gerutu Eidra sambil memijat kaki suaminya.
Edgar mendelik mendengar ucapan sang istri. Istrinya ini adalah orang pertama yang berani menyela dan memprotes diri nya. Sebelumnya belum pernah ada orang yang berani menjawab ucapannya seperti Eidra
Tok tok tok tok tok
"Aku buka pintu dulu Tuan". Edgar mengangguk.
Eidra membuka pintu. Saat pintu terbuka dia melihat Julio bersama dua pria yang pernah Ei lihat sekali.
"Maaf Nona. Tuan Besar ingin bertemu dengan Tuan Edgar". Ucap Julio.
Ei mengangguk "Silahkan masuk Tuan". Senyum Eidra ramah. Namun tak dibalas oleh dua orang yang berwajah dingin itu.
Mereka masuk kedalam kamar Edgar. Kamar besar dengan fasilitas bak hotel bintang lima. Dikamar itu dilengkapi dengan segala fasilitas termasuk ruang kerja Edgar.
"Edgar".
Mendengar namanya dipanggil, Edgar mengarahkan pandangan. Seketika senyumnya memudar ketika melihat siapa yang datang. Sementara Julio sudah keluar dari kamar karena tidak mau menggangu privasi Tuan-nya.
"Ada apa kau datang kesini?". Tanya Edgar dingin. Eidra membantu Edgar duduk dikursi rodanya. Dan itu tak lepas dari tatapan kedua orang itu.
"Cih, sudah lumpuh saja kau masih berlagak sombong". Cibir pria paruh baya itu "Bagaimana gadis kecil apa kau bahagia memiliki suami lumpuh sepertinya?". Pria paruh baya itu menatap Eidra
Ei mengangguk dengan senyum "Aku sangat bahagia Tuan". Ucap Eidra sambil mengelus lengan suaminya. Saat ini mereka sedang duduk disofa.
Hati Edgar menghangat ketika mendengar jawaban istri kecilnya, entah itu tulus dari hati yang paling dalam atau hanya sebuah pembelaan. Edgar tetap merasa senang.
"Yahhh tidak salah aku memilih mu untuk menikahi putraku. Ternyata kau memang cocok jadi pengasuh aku hampir lupa jika kau dokter. Tapi memang kau lebih cocok menjadi pengasuh". Sindir sang pria paruh baya pada Eidra
Tangan Edgar terkepal rahangnya mengeras. Jika saja dia bisa berdiri atau berjalan sudah pasti dia akan menghajar Ayah nya dan membunuh pria tua itu.
Berbeda dengan Eidra, dia malah tersenyum "Kau benar Tuan. Seperti nya aku perlu mengucapkan banyak terima kasih padamu, karena sudah melamarku untuk putra tampanmu ini". Seru Eidra tanpa ada rasa takut diwajahnya. Dia terlihat tenang
Edgar dan pria muda yang satunya menatap Eidra yang tersenyum tulus ketika mengatakan hal itu.
"Cih, ini semua karena hutang keluarga mu sudah habis kan dan perusahaan Ayah mu kembali berjaya?". Singgung pria paruh baya itu. Dia tidak terima Eidra membela Edgar.
Eidra menggeleng "Aku tidak ada hubungannya dengan hutang. Aku hanya sebagai penebus hutang. Tapi aku perlu mengucapkan terima kasih banyak padamu, karena menjadikan ku pelunas hutang karena dengan itu aku bisa bertemu suami tampan ku". Tungkas Eidra lagi sambil tersenyum.
Lagi dan lagi hati Edgar menghangat. Baru kali ini ada orang yang membela nya dengan tulus. Setelah sekian lama hidup diperasingan dan tidak ada yang peduli padanya, saat ini ada yang membela dan memperdulikannya. Edgar merasa sangat bangga pada istri kecilnya.
"Haha. Apa yang kau harapkan darinya? Bahkan dia tidak akan bisa melindungi mu". Pria muda yang sedari tadi diam ikut menyambung. Lagi rahang Edgar mengeras, tadi Ayahnya sekarang adiknya yang menghina dirinya.
"Aku yang akan melindunginya. Bukankah aku penolong yang dikirim Tuhan untuknya. Jika dia tidak bisa melindungi ku. Maka aku lah yang akan melindunginya". Jawab Eidra dengan santai. Tangannya mengenggam tangan sang suami. Dia tahu jika suaminya ini tengah menahan emosi
Pria itu tak menyangka jika gadis kecil ini menjawab dengan santai. Bahkan tanpa beban. Namun dia harus berusaha membuat gadis ini meninggalkan kakak nya, agar penderitaa Edgar semakin bertambah.
"Kau pikir aku percaya dengan ucapanmu? Aku tahu kau hanya membela suami lumpuh mu itu kan demi menguasai hartanya?". Tuduhnya "Sebaiknya pergi dan tinggalkan dia. Dia tidak akan bisa membuatmu bahagia. Atau lebih baik kau menikah saja denganku. Aku pria normal yang bisa memberikanmu segalanya". Ucap pria itu tersenyum smirk. Dia yakin gadis ini pasti akan tergiur dengan ucapannya.
Namun Eidra malah tersenyum sinis "Aku tidak menyuruhmu percaya padaku". Sahut Eidra "Aku juga tidak membela suamiku, untuk apa aku membela nya?". Edgar menatap sang istri "Aku mengatakan yang sebenarnya. Masalah tawaran mu, maaf adik ipar aku tidak tertarik sama sekali. Suami ku memang tidak bisa memberikan aku segalanya, tapi dia akan menjadi segala nya untukku. Sebaik nya dirimu yang harus introspeksi diri, kau yang normal kenapa malah merendahkan orang yang lumpuh. Bukankah itu artinya pikiran mu juga lumpuh?". Tangan pria itu terkepal mendengar jawaban Eidra
"Brengsekkkk". Pria itu berdiri hendak menyerang Eidra
"Ck, kau payah sekali adik ipar. Kau mau menyerangku? Sebelum kau menyerang aku menyerah duluan karena aku tidak bisa membalas". Sontak saja pria itu menarik tangannya kembali. Sementara pria paruh baya itu menatap tak percaya mendengar ucapan menantunya. Baru kali ini ada yang berani menjawab ucapan outra keduanya itu.
"Sebaiknya Tuan Mertua dan Adik Ipar pergi dari sini. Aku sedang ingin menghabiskan waktu bersama suamiku". Usir Eidra
"Kau mengusir kami?". Pria paruh baya itu juga mengepalkan tangannya.
"Tidak. Aku hanya menyuruh kalian pergi". Jawab Ei santai.
Karena tidak mau berdebat dengan Eidra lagi. Kedua pria itu keluar dengan wajah kesal dan merah padam. Mereka dikalahkan oleh gadis kecil yang menjadi istri dari anak dan Kakaknya. Bahkan pria muda itu mengumpat dengan kasar, ingin rasanya dia menembak gadis kecil itu.
Edgar menatap istrinya tak percaya. Dia tak berkedip melihat wajah istri kecilnya.
"Jangan menatapku seperti itu Tuan. Nanti jatuh cinta malah repot. Jatuh cinta sendirian itu sakit". Sindir Eidra
Edgar malah menatap Eidra dingin "Benar kata mereka sebaiknya kau tinggalkan saja aku. Aku akan memberikan hartaku untukmu, aku tidak mau kau dihina seperti tadi". Ucap Edgar menatap Eidra
Eidra memutar bola matanya malas "Jika aku pergi siapa yang akan merawatmu Tuan? Kau bahkan tidak mau makan jika bukan aku yang memasak dan menyuapi mu. Apa kau akan tetap hidup jika aku pergi?". Eidra memincingkan matanya kesal "Anggap saja ucapan mereka hanya kentut yang keluar lalu bau nya hilang saat angin menyerangnya". Celetuk Eidra "Aku akan berdiri disamping mu, sampai kau sembuh. Jadi jangan menyuruhku pergi apalagi membawa hartamu, aku tidak butuh hartamu". Ucap Eidra. Dia kembali memijit kaki suaminya.
Hati Edgar terenyuh. Baru kali ini dia mendengar orang yang membuat hatinya merasa memiliki. Edgar berjanji demi langit dan bumi, dia tidak akan pernah melepaskan istri kecilnya. Edgar berjanji akan sembuh agar bisa melindungi Eidra dari orang-orang yang jahat padanya.
**Bersambung....
Ed & Ei**
jauh² dari kota kevilla itu ber jam², apa nggak melar tuh seblak 🤔
kok jdi gini jlan nya hati Raina..kan udah di bilang SMA eidra..klo cinta di perjuangkan kalo tak sanggup ya tinggalkan..