NovelToon NovelToon
Li Shen Sang Penghancur

Li Shen Sang Penghancur

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:506.4k
Nilai: 4.1
Nama Author: DANTE-KUN

Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chp 3

Malam mulai merayap, dan Li Shen melangkah tanpa tujuan di jalan tanah berbatu. Angin dingin malam menusuk kulitnya, tetapi rasa sakit di hatinya jauh lebih membekukan. Dunia terasa begitu luas dan kosong, dan untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa sendirian.

Di tengah keheningan malam, pikirannya melayang kembali ke masa lalu, ke kenangan yang ia simpan erat-erat di dalam hatinya.

Saat Li Shen berusia enam tahun, ia hidup bahagia bersama orang tuanya di sebuah desa kecil di lembah. Ibunya, seorang wanita lembut bernama Lin Yue, adalah sosok yang penuh kasih. Setiap pagi, ia akan memasak bubur hangat untuk Li Shen sebelum mengantar putranya bermain di sekitar desa.

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Ibunya mulai sering jatuh sakit, tubuhnya melemah dari hari ke hari. Ayah Li Shen, Li Jian, seorang pedagang sederhana, melakukan segala cara untuk mencari obat. Tetapi, penyakit Lin Yue terlalu parah untuk disembuhkan.

Li Shen mengingat malam terakhir bersama ibunya.

“Shen’er,” suara Lin Yue terdengar lemah, tetapi senyumnya masih sama seperti biasanya. Ia mengusap kepala Li Shen yang duduk di samping ranjangnya.

“Ibu akan selalu mencintaimu… Tidak peduli di mana ibu berada.”

Air mata Li Shen mengalir deras, tetapi ia terlalu kecil untuk memahami bahwa itu adalah perpisahan terakhir mereka. Ketika fajar menyingsing, Lin Yue telah pergi, meninggalkan kenangan manis yang selalu dirindukan Li Shen.

Setelah kematian ibunya, Li Jian berusaha sebaik mungkin untuk menggantikan peran Lin Yue. Meski sibuk dengan pekerjaan dagangnya, ia selalu memastikan bahwa Li Shen tidak merasa kesepian.

Pada ulang tahun Li Shen yang ke-8, Li Jian memberikan sebuah hadiah yang tidak pernah dilupakan oleh putranya.

“Ini untukmu, Shen’er,” kata Li Jian sambil menyerahkan sebuah kalung dengan liontin kecil berbentuk giok. Liontin itu berbentuk bulat dengan ukiran naga kecil di tengahnya.

Li Shen memandangnya dengan mata berbinar. “Ayah, ini cantik sekali!”

Li Jian tersenyum. “Aku membeli ini dari seorang kakek tua saat perjalanan dagang. Ia bilang, liontin ini membawa keberuntungan. Aku ingin kau selalu memilikinya, Shen’er.”

Li Shen memeluk ayahnya dengan erat. Sejak hari itu, kalung tersebut menjadi benda paling berharga baginya.

Namun, kebahagiaan kecil itu kembali direnggut ketika Li Shen berusia sepuluh tahun. Saat itu, Li Jian sedang melakukan perjalanan dagang ke kota tetangga. Li Shen menunggu kepulangan ayahnya dengan penuh antusias, berharap mendapatkan cerita baru tentang perjalanan dagangnya.

Tetapi, yang datang bukanlah ayahnya, melainkan seorang tetangga dengan wajah muram.

“Li Shen… aku harus memberitahumu sesuatu,” kata pria itu dengan nada berat. “Ayahmu… dia tidak akan kembali.”

Li Shen tidak langsung mengerti. Dengan suara gemetar, ia bertanya, “Kenapa? Apa yang terjadi pada ayahku?”

Pria itu menjelaskan bahwa kafilah dagang yang diikuti ayahnya diserang oleh sekelompok bandit di jalan pegunungan. Ayahnya mencoba melawan, tetapi kalah jumlah dan kehilangan nyawanya dalam serangan itu.

Li Shen merasa dunianya runtuh. Ia berlari ke kamar dan memegang kalung pemberian ayahnya, menangis hingga suaranya serak.

“Kenapa semua orang meninggalkanku?” ia berbisik di antara isak tangisnya.

Kembali ke Kenyataan

Li Shen tersentak dari lamunannya ketika suara burung hantu terdengar dari kejauhan. Ia meraih kalung giok di lehernya, menggenggamnya erat seolah itu adalah satu-satunya penghubungnya dengan masa lalunya yang bahagia.

“Kalung ini…” gumamnya pelan, suaranya dipenuhi emosi. “Aku tidak akan pernah melepaskannya. Ini satu-satunya hal yang aku punya… satu-satunya yang mengingatkanku pada Ayah.”

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Meski langkahnya ragu dan jalannya tidak menentu, ia tahu satu hal dengan pasti: ia tidak akan membiarkan dirinya hancur. Kenangan tentang orang tuanya menjadi satu-satunya kekuatan yang membuatnya terus berjalan, meski tanpa arah.

----------------

Langit memerah ketika fajar mulai menyingsing. Li Shen melangkah perlahan di jalan setapak yang membentang di antara bukit-bukit kecil. Angin pagi membawa embusan dingin, tetapi pikiran Li Shen melayang ke hal yang lebih besar—dunia yang luas dan penuh kekuatan yang hanya bisa ia bayangkan.

Li Shen tinggal di wilayah yang dikenal sebagai Dataran Barat, yang berada di bawah naungan Kekaisaran Tian Zhao. Meski besar dan penuh sejarah, Tian Zhao bukanlah kekaisaran terkuat di dunia. Dunia ini memiliki empat kekaisaran besar, masing-masing menguasai wilayah luas dengan keunikannya sendiri. Selain Kekaisaran Tian Zhao, ada Kekaisaran Qinghai di timur, Kekaisaran Beiwu di utara, dan Kekaisaran Nanrong di selatan.

Kekaisaran Tian Zhao dikenal sebagai tanah yang subur dan kaya energi spiritual, menjadikannya tempat yang ideal bagi sekte dan klan untuk berkembang. Namun, tidak seperti kekaisaran lain yang kekuasaannya terpusat, Tian Zhao memiliki struktur kekuasaan yang berbeda.

Wilayah kekaisaran ini dikuasai oleh berbagai sekte dan klan besar, yang mengelola wilayah mereka sendiri sebagai otoritas tertinggi. Setiap sekte atau klan memerintah dengan hukum mereka sendiri, sering kali lebih kuat daripada perintah kekaisaran. Hanya ibu kota kekaisaran, Kota Tianjing, yang berada di bawah kendali langsung Kaisar Tian Longyuan.

Kota Tianjing adalah pusat dari kekuasaan kekaisaran, tempat tinggal sang kaisar dan keluarganya, serta rumah bagi Istana Langit, simbol tertinggi otoritas Tian Zhao. Namun, pengaruh kaisar terbatas, karena ia harus berurusan dengan sekte-sekte besar yang sering kali memiliki agenda sendiri.

Sekte dan Klan Besar di Tian Zhao

Tian Zhao adalah rumah bagi banyak sekte dan klan yang tersebar di berbagai wilayah. Masing-masing memiliki keunikannya sendiri, baik dari segi kekuatan maupun tradisi:

Sekte Naga Langit: Salah satu sekte besar yang terletak di Gunung Azure, terkenal dengan penguasaan energi langit. Sekte ini pernah menjadi tempat tinggal Li Shen, meskipun kini hanya meninggalkan kenangan pahit baginya.

Klan Seribu Pedang: Sebuah klan besar di barat daya yang terkenal karena seni pedangnya yang sangat kuat dan presisi.

Sekte Awan Suci: Terletak di pegunungan utara, sekte ini menguasai elemen angin dan terkenal karena kecepatan tekniknya.

Klan Baihe: Salah satu keluarga dagang terbesar, mereka tidak hanya menguasai jalur perdagangan tetapi juga memiliki pengaruh di dalam banyak sekte.

Masing-masing sekte dan klan ini memiliki kekuatan besar, bahkan sering kali menyaingi otoritas kekaisaran. Hubungan di antara mereka sering kali dipenuhi persaingan, intrik, dan perebutan kekuasaan.

Kehidupan di Tian Zhao

Di wilayah yang penuh persaingan ini, hidup seorang kultivator tidak pernah mudah. Banyak yang bermimpi menjadi murid sekte besar, berharap dapat mencapai puncak kekuatan. Namun, hanya sedikit yang berhasil, dan sebagian besar berakhir sebagai pekerja biasa, pelayan sekte, atau pengembara tanpa tujuan.

Li Shen, yang kini menjadi pengembara, merasa asing dengan dunia ini. Ia memandang ke arah cakrawala, di mana puncak-puncak gunung berdiri menjulang, mengingatkannya pada sekte tempat ia dulu tinggal. Sekte Naga Langit, meski telah mengusirnya, tetap menjadi bagian dari ingatannya.

“Dunia ini terlalu besar… terlalu rumit untukku,” gumamnya. Tetapi, ia juga tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Meski tanpa arah, ia berjanji untuk bertahan, apapun yang terjadi.

Ia melanjutkan langkahnya, menapaki jalan panjang yang penuh ketidakpastian, sambil membawa kenangan pahit dan harapan kecil yang tersisa di dalam hatinya.

----------------

Langkah Li Shen membawanya ke tempat yang semakin asing. Setelah berhari-hari berjalan tanpa arah, ia tiba di pinggiran sebuah hutan lebat. Pohon-pohon raksasa menjulang tinggi, dengan daun-daunnya yang membentuk kanopi tebal. Cahaya matahari hanya menembus sedikit, menciptakan bayangan gelap yang bergerak pelan seiring tiupan angin.

Whoosh... whoosh...

Angin berhembus lembut, menggoyangkan dedaunan di atasnya. Udara terasa lembap, dan aroma tanah basah bercampur dedaunan busuk memenuhi indra penciumannya.

Li Shen berdiri diam, memandangi hutan di depannya.

“Haruskah aku masuk?” gumamnya. Namun, jalan kembali tidak mungkin. Jika ia tetap di jalan setapak, kemungkinan besar ia akan bertemu dengan bandit atau—lebih buruk lagi—anggota Sekte Naga Langit yang membencinya.

Crack...

Kakinya melangkah ke atas ranting kecil yang patah, memecahkan keheningan di sekitarnya. Dengan langkah hati-hati, ia masuk ke dalam hutan.

Setiap langkahnya menghasilkan suara gemerisik dari dedaunan kering di bawah kakinya. Di antara suara langkahnya, terdengar kehidupan hutan: cuit-cuit suara burung kecil, dan krrk-krrk suara serangga yang terdengar aneh di telinganya.

Namun, semakin ia melangkah, semakin sunyi hutan itu. Suara burung-burung yang tadi ramai mulai menghilang, berganti dengan keheningan yang mencekam.

“Kenapa jadi sunyi seperti ini?” pikirnya. Dadanya berdegup lebih kencang. Li Shen mempererat genggaman pada kalungnya, satu-satunya benda yang membuatnya merasa tenang.

Trrr... trrrk...

Terdengar suara dari dedaunan yang bergerak di belakangnya. Li Shen menoleh cepat, matanya menyapu ke segala arah, tetapi tidak ada apa pun di sana.

“Siapa di sana?” tanyanya dengan suara bergetar.

Whoosh...

Angin berhembus kencang, membawa dedaunan jatuh ke tanah. Suasana semakin mencekam. Ia mencoba berjalan lebih cepat, berharap bisa keluar dari hutan ini sebelum hal buruk terjadi.

Namun, langkahnya terhenti ketika suara itu datang lagi, kali ini lebih dekat.

Trrkk... crakk...

Suara ranting patah, seperti ada sesuatu yang berat melangkah di antara pepohonan.

Li Shen berhenti di sebuah celah kecil di antara dua pohon besar. Nafasnya tersengal-sengal, tetapi ia mencoba untuk tidak mengeluarkan suara.

Tuk... tuk...

Detak jantungnya terdengar keras di telinganya. Ia merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya. Lalu, ia melihatnya.

Seekor Beast Spirit muncul dari balik pepohonan. Tubuhnya besar, bulunya hitam pekat dengan garis-garis keemasan yang berkilauan. Mata merahnya menyala, menatap Li Shen seperti seorang pemburu yang menemukan mangsanya. Nafas binatang itu terdengar berat, seperti desiran angin kencang.

Hrrghhh...

Li Shen menelan ludah, mencoba mundur selangkah. Namun, ranting yang diinjaknya mematah dengan suara keras.

Crack!

Beast itu langsung menoleh tajam ke arahnya, mengeluarkan geraman rendah yang menggetarkan udara.

Grrrhhhh...

Li Shen terpaku. Kakinya terasa berat seperti ditahan oleh sesuatu. Beast itu berjalan mendekat, gerakannya tenang tapi penuh ancaman. Tubuh besar makhluk itu bergoyang dengan elegan, dan setiap langkahnya menciptakan suara lembut dari dedaunan yang terinjak.

Tuk... tuk... tuk...

Langkah Beast itu semakin mendekat. Li Shen mencoba mengatur nafasnya, tetapi dadanya terasa sesak.

Ketika Beast itu berhenti hanya beberapa meter darinya, ia membuka rahangnya, mengeluarkan raungan keras yang mengguncang seluruh hutan.

ROARRR!!!

Li Shen merasakan kakinya bergetar. Seluruh tubuhnya menegang, dan hawa dingin menjalar dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Ia tahu bahwa lari bukanlah pilihan, tetapi melawan juga tak mungkin.

“Apakah ini... akhirnya?” gumamnya, hampir tak terdengar di tengah suara gemuruh raungan Beast yang masih bergema di udara.

1
Luo Zan Thian
Ya, setelah kau kuat
Kembalilah dan bela orang² yg telah mencampakkanmu hari ini
Iwan Ridwan
Luar biasa
kang baca
ceritanya kok kayak dipaksakan sekali ya... hanya dikasih modal kekuatan tapi kok seakan akan sudah hebat ya.. padahal belum pernah berguru ilmu atau jurus.
Oppo Pontianak
Buruk
nggambleh
nahlo author nyolong2 tau2 mc punya cin2 penyimpanan
YOHANES CLIMACUSA HERU WIDYANTORO
Luar biasa
Agung Arsianto
tau tau punya jurus pedang ilahi....😓
AXYs
Gudang harta kekaisaran pastinya banyak hartanya dong.. bisa emas perak lukisan guci dll.
Ini 5000 an emas.. misquen yaak.. 😂🤣
AXYs
Yaaa jarahan hilang dong 😂🤔🤣😉
Steven Salim
ternyata Lira lebih pintar dari MC, mengambil cicin penyimpanan ( harta milik lawan yg sudah meninggal )
Jerry Koraag
autor jomblo wkqkwk/Facepalm/
Max Dillon
kata tak nak menarik perhatian orang lain, tapi tunjuk kekuatan untuk dilihat oleh orang ramai....tidak kah mc seolah mengajar budak baru lahir????? Thor..... kurangkan imaginasi bodoh mu itu..... kalau tidak mahu menarik perhatian orang lain.... lakukan tindakan diam-diam....👎👎👎👎 hilang sudah nafsu nak terus baca bila imaginasi penulis macam membodohi para pembaca.🤮🤮🤮🤮🤮
Irex Owan
Luar biasa
Joung Putra Elltam
Lumayan
Joung Putra Elltam
Luar biasa
Sapdiani Sapdiani
selipkan cerita 18+ walau hanya kissing, biar gak monoton
Edy Sulaiman
kenapa di usir,tidak bisanya berkultivasi seharusnya tugas Sekte utk membuat murid menjadi kuat.ini kebalikan, Sekte hanya merekrut murid yg kuat dan berbakat..jadi gunanya guru diSekte utk apa.
AXYs
Huuhh baunyaaaaa.. ga mandi waiib 🙈🙈🙈
OI
pendatang kultivasinya sudah bisa terbang ya wkwkwkkw ranah nya langsung tinggi org aslinya kalah
OI
perjalanan mc dlm menaikan ranah terlalu mulus hanya lewat artefak langsung bisa pindah alam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!