Li Yuanting, seorang jenderal perang bengis dan tak kenal takut dari zaman kuno, bereinkarnasi ke tubuh Ethan Zhao berusia 27 tahun, seorang pria tampan yang culun dan sering dihina, dijadikan anjing pesuruh oleh keluarga besar Zhao serta istrinya sendiri.
Li Yuanting yang menempati tubuh Ethan, akhirnya membalas mereka, dengan kemampuan strategi miliknya dan juga gabungan bakat yang dimiliki Ethan. Bagaimana perjalanan sang jenderal?
Yuk! Mampir baca!
Yang gak suka silahkan skip! Tidak perlu memberikan rating buruk👊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu-malu
Evelyn yang baru saja melangkah masuk ke mansion keluarganya terkejut melihat ayah dan ibunya menyambut dengan senyum lebar. Biasanya suasana rumah terasa kaku dan penuh formalitas, tapi kali ini berbeda.
"Ayo sayang istrahat dulu!" ajak nyonya Tang lembut.
"Evelyn, kenapa tidak pernah bilang kalau kamu kekasih Ethan Long?" tanya Tuan Tang dengan nada ceria yang tidak biasa.
Evelyn yang sedang meminum air seketika tersedak dan batuk-batuk kecil. "Maaf? Kekasih siapa?" tanyanya terbata-bata dengan wajah memerah.
Nyonya Tang mendekatinya dengan senyum lebar. "Ayahmu baru saja bertemu dengan Ethan. Dia datang ke perusahaan untuk memastikan tidak ada lagi perjodohan yang dipaksakan padamu. Tentu saja, kami sangat senang mendengar hubungan spesial kalian."
Evelyn membeku di tempat. Otaknya berputar cepat mencoba memproses situasi ini. Dia bisa membayangkan dengan jelas kepercayaan diri Ethan yang mungkin membuat pernyataan sepihak itu tanpa sepengetahuannya.
"Apa dia benar-benar bilang begitu?" gumam Evelyn hampir tidak terdengar.
Tuan Tang tertawa kecil. "Dia bahkan bilang dia adalah yang terbaik untuk masa depanmu. Sejujurnya, kami terkesan."
Wajah Evelyn semakin merah padam. "Ayah, itu tidak seperti yang kalian pikirkan!"
Evelyn mencoba menjelaskan lebih lanjut, namun kedua orang tuanya sudah terlanjur merasa senang.
Namun Tuan dan Nyonya Tang sudah terlanjur yakin. "Tenang saja, Nak. Kami tidak akan memaksakan apa pun lagi. Jika Ethan adalah pilihanmu, kami mendukung sepenuhnya.".
Evelyn hanya bisa menghela napas panjang, dalam hati bertekad akan "menghadiahi" Ethan dengan pembicaraan serius nanti.
Di kamarnya yang mewah dan elegan, Evelyn duduk di tepi ranjang sambil memegang segelas teh hangat. Wajah cantiknya tampak dipenuhi dengan kenangan yang membuatnya tersenyum tanpa sadar.
Evelyn mengingat momen saat pertama kali bertemu Ethan — pria dingin dan penuh kharisma itu dalam keadaan terluka parah di dasar jurang. Evelyn yang biasanya tidak peduli pada siapa pun, tanpa berpikir panjang menolongnya.
Namun yang paling menggelikan adalah tingkah Ethan kala itu, seperti orang kehilangan akal sehat. "Aku seorang jenderal ... dari masa lalu," katanya dengan wajah serius meski tubuhnya lemah. Evelyn yang saat itu mengira Ethan terkena gangguan akibat trauma, hanya bisa tertawa dalam hati.
Gadis cantik itu juga mengingat di mana Ethan melepas sepatunya, dan meninggalkannya di jalan raya rumah sakit.
Pria tampan dan dingin itu terlihat seperti bayi polos yang baru lahir, namun sangat cepat belajar dalam menghadapi situasi.
"Aneh sekali, tapi ... dia tetap mempesona dan juga lucu," gumam Evelyn pelan, senyum kecil tetap menghiasi wajahnya.
Evelyn menyadari bahwa Ethan telah menjadi sosok yang sulit diabaikan, meski sifat dingin dan sikap keras kepalanya terkadang membuatnya frustrasi. Namun kenangan akan sisi lucu dan rapuh Ethan saat itu membuat hatinya hangat tanpa sadar.
***
Pagi yang cerah di halaman mansion mewah milik Ethan, terlihat pria tampan itu dengan tenang berlatih pedang, gerakannya tajam dan presisi. Suara angin yang terbelah oleh setiap ayunan pedangnya terdengar jelas.
Namun tiba-tiba, tanpa aba-aba, sebuah pedang lain datang menyambar ke arahnya dengan cepat. Ethan dengan refleks menangkis serangan tersebut, matanya menyipit memandang penyerang misterius itu.
"Evelyn?" Ethan terkejut saat melihat sosok cantik dengan wajah serius berdiri di depannya.
Evelyn mengayunkan pedangnya, tapi Ethan dengan mudah menangkisnya.
"Kenapa kau mengaku-ngaku sebagai kekasihku di depan ayahku?" serunya dengan nada protes, sambil terus melancarkan serangan pedang yang tak kalah lihai.
Ethan hanya tersenyum tipis, menangkis serangan Evelyn dengan mudah. "Kalau aku tidak bilang begitu, kau pasti dijodohkan lagi. Aku hanya menyelamatkanmu."
"Tidak perlu mengaku-ngaku juga sebagai kekasihku!" geram Evelyn sambil mengayunkan pedang lebih keras, meskipun napasnya mulai terengah.
Ethan dengan cekatan mengunci pedangnya dan mendekatkan wajahnya ke arah Evelyn yang terperangkap dalam cengkeramannya. "Jadi, apa kau ingin aku menarik perkataan itu?" bisiknya tenang namun memancing emosi.
Evelyn terdiam sejenak, pipinya memerah karena jarak mereka yang begitu dekat. "T—tidak! Tapi jangan seenaknya mengambil keputusan sepihak!"
Ethan terkekeh dan melepaskannya. "Baiklah, Nona Evelyn. Kalau begitu kita buat perjanjian—aku tidak akan mengambil keputusan sepihak lagi ... selama kau tetap di sisiku."
Evelyn mendengus kesal sambil menyarungkan pedangnya. "Kita lihat saja nanti!" katanya sebelum berjalan menjauh, meski jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ethan tersenyum tipis melihat gadis cantik itu pergi dengan wajah memerah. Ethan tahu jika Evelyn pergi karena merasa malu.
Ethan memegangi dadanya yang berdetak kencang. "Ada apa denganku? Kenapa jantungku berdegup kencang? Apa aku terkena serangan jantung?" gumam Ethan yang memang tidak pernah jatuh cinta di kehidupan pertamanya dulu.
Hari-hari yang dilalui oleh Ethan dulu hanya strategi dan perang yang menjadi makanan sehari-harinya.
Di dalam mobil yang melaju pelan, Evelyn menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah. Pikirannya terus berputar pada momen tadi di arena latihan ketika wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Ethan.
"Kenapa bisa sedekat itu? Dan kenapa aku malah diam saja?" gumam Evelyn dengan kesal pada dirinya sendiri.
Dia memukul setir ringan, mencoba mengalihkan perasaan yang membuat jantungnya terus berdebar. "Dasar Ethan, selalu saja membuatku kehilangan akal," lanjutnya sambil menghela napas panjang.
Namun, bayangan tatapan tajam sekaligus hangat Ethan tadi tetap menghantui pikirannya. Evelyn menghela napas dalam lagi. "Tidak mungkin aku benar-benar jatuh cinta pada pria itu ... kan?" dia bergumam pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri meski hatinya mulai goyah.
****
Di mansion sederhana yang kini ditempati Hector, Damian, dan Rosa, suasana dipenuhi dengan hawa muram dan penuh rasa dendam. Mereka yang dulunya hidup bergelimang kemewahan kini jatuh miskin akibat kekalahan besar yang diberikan Ethan. Namun, meski kehilangan segalanya, dendam mereka tidak pernah padam.
Hector mengepalkan tangannya keras. "Ethan terlalu kuat. Semua langkah kita selalu terbaca olehnya."
Damian mengangguk, wajahnya penuh amarah. "Tapi kita tidak perlu langsung menyerangnya. Ada cara lain."
Rosa menyeringai licik. "Mei Long, ibu kandungnya. Dia kelemahan terbesar Ethan. Jika kita tidak bisa menghancurkan Ethan, kita habisi saja ibunya."
Ketiganya tertawa sinis dengan rencana keji yang mulai terlintas di kepala mereka. Mereka tahu Ethan memiliki cinta dan penghormatan yang tinggi kepada Mei Long. Jika sesuatu terjadi pada ibunya, itu pasti akan membuat Ethan goyah.
Namun tanpa mereka sadari, salah satu pengawal bayangan Ethan telah mendengar percakapan tersebut dari kejauhan. Informasi ini langsung diteruskan kepada Victor dan tim keamanan pribadi Ethan.
"Ethan harus tahu ini secepatnya," gumam Victor dengan wajah tegas. "Kita tidak akan membiarkan ancaman sekecil apa pun mendekati Nyonya Mei Long."
case to casenya detail.
mantap lah pokoknya