Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 22" Biasa
Gilang berlari kencang menghampiri ke arah ku , aku sedang sibuk membersihkan kamar Vip yg ingin di gunakan oleh pasien. Rasa sakit di kepala ku masih belum hilang dan kaki ini masih bengkak. Tapi aku berusaha kuat untuk bekerja .
" Huff....ini rujak" Ucap nya sambil menghela nafas lalu menyodorkan satu plastik rujak itu pada ku.
"Kok kayak habis di kejer setan aja sih, kenapa?" aku menerima dengan santai, lalu Gilang duduk di kursi yg tadi aku pakai untuk naik membersihkan debu di sela - sela jendela.
" Tadi ada hal nggak seru, gua di ajak ribut tuh ama kakak tiri elu" Gilang masih mengatur nafas nya sambil melirik ke arah ku.
" Ribut? soal?" Aku membuka plastik rujak itu lalu memakan nya dengan pelan, rujak buah kesukaan ku.
" Soal elu deket ama Ellena" Gilang duduk di sampingku. Bibir nya tersenyum tipis .nafas nya memburu karna dia berlari kencang.
Aku hanya diam sambil memakan rujak itu, aķu tau kalau kak Adi memang tak pernah sudi jika aku dekat dengan Ellena.
Singkat, waktu nya pulang telah tiba, Aku bergegas meraih tas ku dan melangkah pelan menelusuri lorong rumah sakit lalu sampai di luar, Aku mengambil sepeda ku di parkiran , lalu setelah itu aku mulai mengayuhnya sampai datang di depan pelataran rumah.
Baru juga aku turun dari sepeda kak Adi sudah menarik tangan ku dengan kasar.
" Ada apa kak? Sakit kak jangan keras - keras" aku meringis sambil menarik tangan ku yg di tarik dengan kasar oleh kak Adi.
" Elu di kasih jam tangan berlian ini kan? ama Ellena!!" pekik kak Adi sambil menunjuk ke arah jam tangan yg aku pakai .
" Iya , ini dari Ellena, tapi aku nggak ngerebut dia dari kakak" Aku menatap kedua netra nya yg terlihat penuh amarah membara.
" Kalo elu sampe boong akan tau akibat nya!!" Kak Adi menunjuk ke arah ku lalu meninggalkan aku sendirian.
Tiba - tiba hujan turun dengan deras , aku masih berdiri di tempat yg sama.ku membiarkan tubuhku basah kuyup oleh deras nya hujan, rasa dingin mulai menguasai tubuh kurusku, tubuh ku mulai luruh ke lantai, aku menundukkan kepala , air mata ku mulai jatuh dan deras seperti hujan hari ini.
Lagi - lagi aku harus menerima semua ini, aku tidak peduli akan rasa sakit yg mulai melanda tubuhku. Aku tidak peduli akan semua itu, aku hanya duduk lemas di bawah guyuran hujan , lelah , sedih, sakit sudah biasa aku rasakan dan dapatkan.
Hujan semakin deras lagi, baju dan celana yg aku kenakan sudah basah kuyup hingga nembus ke dalam tubuh lelah ini, dingin nya jauh dari dingin nya air hujan ini, karna aku tak pernah di anggap ada, nyata nya aku di jadikan sebatas bayangan yg tak nyata akan kehadiran ku ini.
" Ngapain di sini? Ayo masuk!" papah membawa payung dan mengangkat tubuh ku yg sudah dingin dan terlihat pucat.
Aku hanya diam sambil menunduk, sakit kepala, perutku yg mulai mulas dan mual itu menyatu tapi aku tak mau terlihat lemah. aku memandangi wajah panik papah .
Sampai lah di dalam kamar, papah membawa ku ke kamar mandi, papah dengan cepat membuka semua yg aku pakai, lalu membasuh tubuh kurus ku dengan air hangat yg sudah ada di ember ukuran besar.
Singkat , aku sudah salin, lalu papah melangkah ke dapur untuk membuatkan ku bubur sup ayam , walau tidak terlalu mahir papah bisa masak .
Aku menyandar di ranjang, sambil memakai piyama biru laut , aku memandangi foto keluarga dengan harapan aku bisa merasakan kasih sayang mamah dan kakak.dua butiran hangat jatuh membasahi pipi.
Hari sudah beranjak petang mentari mulai bersembunyi di batas peraduan mempersembahkan keindahan langit senja mengisyaratkan mereka untuk segera pulang dari segala kesibukan nya.
Suara langkah kaki papah mulai terdengar beliau masuk membawa semangkuk bubur sup , segelas air putih dan obat agar aku tidak demam lagi.
" Sayang ini makan dulu ya" Papah mendekati ku sambil tersenyum , lalu duduk di samping ku untuk memberikan ku bubur itu.
" Makasih pah, aku makan ya" Aku menerima nya dengan pelan dan mulai memakan nya, aku melihat wajah papah yg masih di penuhi rasa khawatir .
" Ma sama , makan yg banyak ya biar cepet sehat , nanti minum juga obat nya biar sakit nya berkurang" Papah membuka plastik obat itu lalu mengeluarkan nya .
" Pah, aku boleh pergi dari rumah ini? Aku melirik dengan penuh harapan, diriku tak ingin pergi dari rumah ini tapi aku juga sudah tidak sanggup lagi menerima semua nya walau aku tau rumah ini adalah rumah ku juga tapi rasa nya aku seperti orang asing.
" Nggak , sampai kapan pun nggak boleh, kalo mau pergi papah juga ikut"Papah membelai rambut ku yg akhir - akhir rontok. Mungkin kurang nya vitamin rambut karna aku sibuk dengan kerjaan ku terus.
" Aku capek pah, aku ingin bahagia, aku bisa hidup sendiri di luar sana, karna aku di rumah ini tidak di anggap ada oleh mamah dan kakak, aku pengen bahagia pah" Aku menghabiskan cepat bubur itu karna kepala ku mulai pening.
" Sabar, papah tau semua ini nggak mudah, tapi percaya lah akan menemui kebahagiaan" Papah memberikan obat itu plus air minum nya.
Aku hanya diam sambil minum , bibir ku kering , rasa pahit kini mulai menguasai mulut ku.
Sementara di Mall, Ellena sedang sibuk belanja bersama Irwan dan Hilda sahabat satu SMA nya.
" Kenapa toh ngelamun aja? " Hilda meraih 2 susu bubuk untuk nya dan keluarga . Tatapan nya sangat di penuhi rasa penasaran.
" Aku pengen mas Ebby yg nemenin ku ke sini, tapi dia sibuk, aku pengen jalan tiap hari bersama nya, tapi semua itu rasa nya sulit" Ellena menuju kasir untuk membayar.
" Sabar ya, ini ujian cinta buat kalian, aku tau rasanya , apalagi Ebby selalu menderita dengan semua yg terjadi ulah Adi itu" Hilda menaruh semua belanjaan nya di meja kasir lalu mengeluarkan uang tunai.
" Iya sih, Ayo kita pulang aja udah sore!" Ellena membawa belanjaan nya sambil memengangi tangan Irwan.
Mereka berjalan pelan ke arah mobil , hujan masih deras hingga mereka mempercepat langkah nya sambil membawa payung masing - masing.
Di dalam mobil, Irwan memecahkan keheningan.
" Tante mau langsung pulang? Irwan melirik Hilda yg fokus menyetir mobil Ellena.
" Nggak sayang, mau makan dulu di rumah Irwan, boleh ya"Hilda mengusap pipi halus nya lalu mempercepat perjalanan nya.
" Asik, boleh dong" Irwan mengeluarkan es krim nya sambil tersenyum lalu memakannya dengan pelan.
Ellena hanya diam sambil mengacak rambut Irwan bibir nya tersenyum simpul .
Aku sudah terlelap karna sakit kepala ku sukses membuat ku tidak bisa berlama - lama mengobrol .
Papah menutup pintu kamar ku lalu keluar , melangkah menuju ruang tengah di sana ada mamah sedang sibuk dengan masker wajah nya.
"Mau sampe kapan kamu kek gini terus ke Ebby?" Papah memecah keheningan di sana.
"Aku nggak akan pernah sudi memberikan kasih sayang ku untuk anak itu, karna suara dan wajah nya terus mengingatkan ku pada mas Zahran." Mamah sambil fokus dengan masker wajah nya papah hanya menghela nafas saja sambil duduk di samping nya.