NovelToon NovelToon
Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Anime / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:735
Nilai: 5
Nama Author: Rodiat_Df

Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.

Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!

dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kantin yang penuh drama

Di kantin, suasana ramai oleh bisikan para siswa yang membicarakan Nijar. Berita tentang dirinya yang tidak memiliki bakat sihir telah menyebar ke seluruh akademi. Namun, Nijar tetap santai, menikmati makan siangnya di sebelah Jay, seolah tidak peduli dengan semua gosip yang beredar.

Di saat kantin di penuhi keramaian dan bisikan, tiba-tiba terdengar suara bentakan tajam yang langsung menarik perhatian banyak siswa.

"Dasar ceroboh! Kau pikir bisa lolos begitu saja setelah menumpahkan sup ke rokku?"

Seorang gadis berambut pirang panjang berdiri dengan angkuh, tangannya mengepal di pinggangnya. Wajahnya dipenuhi kemarahan saat ia menatap seorang gadis lain yang kini terduduk di lantai dengan ekspresi ketakutan. Sup panas masih menetes dari mangkuk yang terjatuh, membasahi bagian bawah roknya.

Nijar mengenali wanita itu—gadis yang ia temui di toko penjahit.

Jay, yang memperhatikan situasi itu, berbisik kepada Nijar, "Itu Frey Erling, Anak dari Adipati Bruno Erling. Dia memang terkenal sombong dan pemarah."

Gadis yang terjatuh itu menundukkan kepalanya, berusaha menahan air mata. "A-aku tidak sengaja, Lady Frey... maaf..." suaranya bergetar.

Frey mendengus dengan nada menghina. "Tidak sengaja? Apa aku terlihat peduli? Rokku jadi kotor gara-gara tangan cerobohmu! Dasar orang rendahan!"

Beberapa siswa di sekitar mereka hanya berani menonton tanpa berniat campur tangan. Semua tahu Frey Erling, anak adipati Bruno Erling, terkenal dengan sifat angkuhnya.

Frey lalu melipat tangannya dan menatap gadis itu dengan senyum sinis. "Kalau kau tak bisa mengganti rok ini dengan yang baru, setidaknya kau harus diberi pelajaran."

Ia mengangkat tangannya, bersiap menampar gadis malang itu. Namun sebelum tamparan itu melayang, sebuah tangan lain mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat.

"Cukup."

Seorang pemuda bertubuh tinggi dengan ekspresi malas namun berbahaya.

Frey menoleh dengan mata melotot. "Lepaskan tanganku, dasar anak berandal!"

Pemuda itu hanya menatapnya sebentar sebelum akhirnya melepaskan genggamannya dengan ekspresi bosan. "Sebaiknya kau cari cara lain buat melampiaskan amarahmu. Menyakiti orang lemah tidak akan bikin harga dirimu naik."

Frey mendengus kesal dan menarik tangannya dengan kasar. "Aku tak perlu nasihat dari seseorang yang bahkan tidak bisa naik kelas." katanya sinis sebelum berbalik dan pergi begitu saja.

Nijar, yang menyaksikan semuanya, menoleh ke Jay. "Siapa dia?"

Jay melirik pemuda tadi, lalu berkata pelan, "Itu Reiner Erling. Kakaknya Frey. Tapi mereka berdua tidak akrab. Reiner itu... berandal sejati. Kalau dia bukan anak adipati, dia pasti sudah dikeluarkan dari akademi."

"Memangnya dia buat masalah apa?" Nijar bertanya, masih memperhatikan Reiner yang kini berjalan santai keluar dari kantin.

Jay mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, seolah membisikkan sesuatu yang rahasia. "Dia pernah membakar dojo sekolah."

Mata Nijar sedikit melebar. "Itu sih parah."

Jay tertawa kecil. "Makanya dia dihukum tidak naik kelas dan akhirnya ditempatkan di kelas D bersama kita."

Saat Frey berjalan melewati Nijar, ia tiba-tiba berhenti dan menatapnya dengan tatapan meremehkan.

"Apa liat-liat, anak pembawa sial?" katanya dingin sebelum kembali melangkah pergi.

Nijar hanya mengerutkan kening. "Ada apa dengannya?" gumamnya.

Jay terkikik dan menjawab santai, "Tentu saja dia membencimu. Kalau bukan karena kamu, dia yang akan jadi anak nomor satu."

---

Nijar menghabiskan suapan terakhir rotinya sebelum menoleh ke Jay dengan ekspresi santai. "Ngomong-ngomong, aku lupa… siapa dua siswa terbaik lainnya selain aku dan Frey?" tanyanya penasaran.

Mendengar itu, Jay langsung bersemangat. "Oh! Itu pertanyaan yang bagus! Nih, lihat ke tengah kantin, ada seorang cowok berambut hitam yang duduk sendirian? Itu si nomor tiga, Sebastian Lucas."

Nijar mengikuti arah pandangan Jay dan melihat seorang pemuda bertubuh ramping dengan rambut hitam berkilau duduk sendirian di meja yang cukup luas. Tidak ada yang berani duduk bersamanya. Tatapannya tajam, menusuk siapa saja yang berani menatapnya terlalu lama.

Jay merendahkan suaranya, seolah takut Sebastian bisa mendengar. "Dia anak seorang saudagar kaya dari kota Geiran. Kau harus hati-hati dengannya, Nijar."

"Kenapa?" Nijar menaikkan alis.

Jay menelan ludah. "Dengar-dengar, dia sering membayar orang untuk ‘menyingkirkan’ siapa pun yang mengganggunya."

Nijar memiringkan kepalanya. "‘Menyingkirkan’ dalam arti…?"

"Yah, kau tahu maksudku," Jay mengangkat bahunya. "Orang-orang yang pernah membuatnya marah biasanya… menghilang dari akademi tanpa jejak."

Nijar menatap Sebastian sekali lagi. Pemuda itu memang terlihat tidak ramah, tapi Nijar tidak merasa ada aura mematikan darinya. Dia hanya terlihat… seperti seseorang yang menjaga jarak dari orang lain.

"Huh… sepertinya menarik," gumam Nijar santai.

Jay menatap Nijar dengan wajah tak percaya. "Menarik?! Nijar, dia mungkin saja membayarmu untuk dipukuli oleh preman kalau kau menyinggungnya!"

Nijar tertawa kecil. "Aku rasa kalau soal dipukuli, aku lebih berpengalaman daripada orang-orang bayarannya."

Jay menggelengkan kepala frustasi sebelum melanjutkan, "Baiklah, kalau begitu, lihat ke sana. Lihat gadis cantik berambut merah di pojok itu?"

Nijar mengarahkan pandangannya dan melihat seorang gadis dengan rambut merah menyala duduk anggun sambil menikmati makan siangnya. Dia terlihat ramah, sesekali berbicara dengan teman-temannya dengan senyum lembut.

"Itu Erika Aegir," kata Jay. "Putri dari Count Roman Aegir. Sifatnya berbanding terbalik dengan Frey. Dia sangat baik dan sopan."

Nijar mengamati Erika lebih lama. Dari cara duduknya, sikapnya, dan ekspresi wajahnya, dia memang terlihat berbeda dari kebanyakan bangsawan di sini. Tidak ada kesan sombong atau meremehkan orang lain darinya.

Jay melanjutkan, "Sebenarnya, dia bisa saja menjadi nomor dua atau tiga di akademi. Tapi katanya, saat hari ujian, keretanya mengalami kecelakaan—rodanya patah di jalan."

Nijar mengangkat alis. "Jadi dia terlambat?"

"Iya," Jay mengangguk. "Dia kehabisan waktu mengisi soal. Padahal, kalau dia mau, dia bisa saja meminta waktu tambahan, mengingat dia anak Count."

Nijar menyilangkan tangannya. "Tapi dia tidak melakukannya?"

Jay tersenyum. "Betul. Dia sangat taat aturan. Dia juga tidak mau menyakiti non-bangsawan dengan menerima perlakuan spesial hanya karena statusnya."

Nijar menyandarkan punggungnya ke kursi, berpikir. "Hmm… jadi ada bangsawan yang seperti itu juga, ya?"

Jay mengangguk. "Ya, dia benar-benar berbeda dari Frey. Kalau kau berteman dengannya, aku jamin hidupmu akan lebih damai."

Saat Nijar dan Jay terus menatap Erika, mereka tidak bisa menyangkal bahwa gadis itu memang memiliki aura yang berbeda. Rambut merahnya yang berkilau terkena cahaya matahari, ekspresi tenang dengan senyum tipis, dan cara duduknya yang anggun benar-benar menunjukkan bahwa dia berasal dari keluarga bangsawan.

"Dia memang cantik, ya," gumam Jay tanpa sadar.

"Hmmm..." Nijar hanya mengangguk setuju, masih memperhatikan Erika.

Namun, tiba-tiba Erika mengalihkan pandangannya dan langsung menatap ke arah mereka berdua.

"Eh—!" Nijar dan Jay sontak terkejut, mata mereka membelalak sesaat.

Tanpa berpikir panjang, mereka langsung memalingkan wajah dengan kompak, berpura-pura sibuk dengan makanan masing-masing.

Jay berdeham canggung. "Kita... ketahuan, ya?"

"Jelas ketahuan," balas Nijar dengan suara datar, meskipun dalam hatinya merasa sedikit malu.

Jay melirik Nijar, lalu menahan tawa. "Hahaha, aku yakin sekarang dia berpikir kita ini aneh."

Nijar hanya bisa menghela napas. "Yah, semoga dia tidak salah paham..."

1
Rosita Rose
seru nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!