Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#21. SAH. Menjemput Malam Pertama•
#21
Memang aneh, unik bin ajaib, tapi daddy Andre pun terlihat tak berkutik ketika melihat Danesh menerima ancaman. Karena bagi seorang pria, jika sudah berani mengambil alih sebuah tanggung jawab. Maka bersama itu pula, ia harus siap dengan konsekuensinya jika lalai, atau ingkar pada janjinya dihadapan Tuhan.
Dan akhirnya…
“Bagaimana saksi?” tanya pak penghulu.
“SAH!”
“SAH!”
“SAH!”
Seru Daniel dan Nick yang ditunjuk Daddy Andre sebagai saksi.
Tak hanya mommy Bella dan daddy Andre yang terlihat lega, tapi semua orang yang berada di ruangan tersebut, tanpa terkecuali.
Pak penghulu pun undur diri, setelah penandatanganan berkas-berkas usai, serta menjelaskan tentang dokumen apa saja yang harus segera dilengkapi, agar pernikahan bisa segera dilegalkan secara hukum negara.
Begitu pula rombongan dari pihak keluarga Danesh. Walau belum mencair sepenuhnya, setidaknya ayah Randi sudah menunjukkan sedikit sikap yang ramahnya.
Pertemuan selanjutnya akan segera direncanakan, untuk membahas resepsi pernikahan.
Semua orang kembali menghampiri mobil masing-masing. namun Danesh justru membuntuti kedua orang tuanya. Perasaannya masih gelisah, karena belum mendengar kata maaf keluar dari mulut kedua orang tuanya.
Bahkan ia mengabaikan panggilan Daniel, seolah-olah suara pria itu hanya angin yang segera berlalu.
“Mau kemana Kamu?” tanya Daniel yang melihat Danesh menjauh dari mobilnya.
“Berhenti mengikuti Kami!”
Perintah daddy Andre, seperti rem pakem untuk kedua kaki Danesh yang otomatis berhenti. Danesh menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap, nafasnya tertahan, ketika dengan suara bergetar ia memanggil kedua orang yang paling berjasa dalam hidupnya tersebut. “Tolong katakan sesuatu, Dad … Mom … “
“Kami tak akan mengatakan apa-apa.” Seolah kompak dengan sang suami, mommy Bella pun ikut berkata, senada dengan sikap dinginnya.
“Kembalilah pada istrimu, jaga istrimu, serta calon cucu Mommy dengan baik!” Usai berkata, mommy Bella masuk ke mobil, begitu pula daddy Andre.
Danesh tak bisa mencegah kepergian mereka, ia hanya menatap kepergian mommy dan daddynya dengan perasaan hampa, tiba-tiba kekosongan melanda perasaannya.
“Ayo, Kamu harus mendapatkan perawatan dulu.” Evan menarik lengan Danesh, agar bersedia kembali ke mobil.
Danesh pun pasrah mengikuti langkah kaki Evan kembali ke mobil. “Antarkan Aku ke Airport.”
“Kamu harus ke IGD dahulu.” Nick menyarankan.
“Tak ada waktu, Aku harus kembali ke Singapura. Luka-lukaku akan sembuh dengan sendirinya.”
Danesh seolah mengabaikan kalimat Nick, Hari sudah sore, Danesh takut jika nanti tak ada lagi pesawat menuju Singapura. Sementara ia sudah berjanji pada Dhera dan anak-anaknya akan kembali cepat, setelah urusannya selesai.
“Istrimu tak akan kemana-mana, pikirkan dulu lukamu.” Namun Danesh tetap menggeleng.
“Aku tetap harus kembali.” Danesh tetap keras kepala ingin kembali, ia tahu, jika tak segera kembali, Dhera akan kesulitan makan dan tidur.
“Sudahlah, biarkan Dia kembali, Kamu seharusnya paham perasaan pengantin baru.” Evan ikut menyela tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. “Seperti tidak pernah merasakan jadi pengantin baru saja,” sindir Evan pada Kakak iparnya.
Danesh tersenyum, kemudian mengulurkan kepalan tangannya, “Van … ”
Evan menoleh kemudian menyebarkan kepalan tangannya pula.
“Baiklah, Aku akan meminta asistenku menyiapkan jet pribadi untuk mengantarmu.” Daniel pun menyerah, tapi ia tetap menyertakan tenaga medis di dalam jet tersebut, agar bisa merawat luka-luka Danesh sepanjang perjalanan kembali ke negeri singa.
“Ah, Kau memang Abang terbaik dunia dan akhirat.” Celetukan tersebut membuat Daniel menoleh dengan tatapan tajam.
“Heh, sopan yah, Aku masih hidup,” protes Daniel, seraya menekan pipi Danesh hang lebam dengan menggunakan jari telunjuknya.
“Aaaaaaa … Sakit!” Suara Danesh melengking, sekuat tenaga ia berusaha menepis lengan Daniel namun ia seperti kehilangan tenaga karena sekujur tubuhnya kini terasa remuk redam.
Membuat seisi mobil ikut tertawa karenanya, “Belagu sih, udah sakit aja masih kebanyakan gaya,” ujar Daniel enteng, tanpa rasa bersalah, sedikitpun.
Danesh kembali menyandarkan punggungnya, walau ia tak bisa menutupi kesedihan hatinya tatkala melihat sikap dingin mommy dan dadddynya. Namun disisi lain bisa tersenyum menatap kotak perhiasan yang kini sudah berpindah tangan kepadanya. Akhirnya, Dhera benar-benar menjadi istrinya.
Beberapa saat kemudian, Ponsel Daniel berdering, rupanya Darren yang menghubunginya. Daniel sengaja menggunakan mode loudspeaker,agar semua orang mendengar pembicaraan mereka. “Kalian dimana? Aku sudah di Rumah Sakit.”
Rupanya Daniel lupa mengabarkan pada Darren, bahwa mereka urung pergi ke Rumah Sakit. “Hufftt … maaf, aku lupa mengabarkan padamu.”
“Kenapa?”
“Danesh tak mau ke Rumah Sakit, si breng^sek ini sudah tak sabar menjemput malam pertamanya.”
Membuat Darren seketika merasa keki, “Anj**** … heh kenapa tak beritahu sejak tadi. Tahu begitu tadi seharusnya Aku jemput istriku saja.”
“Katakan pada si breng^sek itu, semoga pinggangnya masih bisa digunakan dengan benar malam ini,” cetus Darren yang kembali membuat seisi mobil terpingkal-pingkal.
Danesh kembali memajukan bibirnya yang sudah jontor karena hantaman ayah mertuanya, baru saja ia merasa diatas angin, tapi kemudian Darren berhasil menghempaskannya dengan keras ke bumi. “Yak!! Jangan salah yah, Aku masih bisa 5 ronde asal Kau tahu!!” balas Danesh tak mau kalah.
“Huuuuu … “ Daniel, Nick, dan Evan kompak ber huuuu seperti kelompok paduan suara. 🤣
“Yakin?? Istrimu sedang hamil, ingat itu, aku rasa maksimal, kalian hanya bisa melakukannya 2 kali. Tapi kurasa Dhera akan menendangmu keluar kamar malam ini.”
“Dia tak mungkin menendangku, karena kakinya sedang terluka,” bantahnya.
“Kita lihat saja nanti.” Darren mematikan panggilan teleponnya, tak lupa meninggalkan senyum ejekan.
“Kita?! … yak!!” teriak Danesh, sia-sia saja karena Daniel kembali menyimpan ponselnya. “Hei, berikan ponselmu, Aku belum selesai bicara.” Danesh meminta sengan paksa, kala melihat Daniel menyembunyikan ponselnya.
“Waahh … tak kusangka sekarang Kamu yang gantian melindungi adikmu. Awas Kalian, Kuadukan pada Kakakku!!!” ancam Danesh ketika gagal mendapatkan ponsel Daniel.
“Tidak takut, lakukan saja.” Daniel kembali menantang.
“Nick … bisakah, Kamu membawa lari istrinya sekali lagi? Aku akan senang sekali jika Kamu mau melakukannya.”
“Yaaaakkk!!” Daniel berteriak kesal, “benar-benar Adik durhaka, bukannya senang dikasih hati, tapi malah minta di hajar sekali lagi.”
“HEI KAMU CURAAAANGG!!” pekik Danesh ketika Daniel mulai menyudutkan wajahnya hingga terhimpit ke kaca jendela mobil. Padahal ia belum ambil ancang-ancang untuk melakukan perlawanan. 🤣
Tak pernah ada istilah rukun warga, rukun tetangga, rukun saudara diantara mereka. Selalu ada saja saling ejek, saling sindir, bahkan tak jarang adu fisik jika sedang berkumpul. Mungkin jika mereka bertetangga, Pak RT setempat akan mengundurkan diri dalam waktu kurang dari 24 jam ia menjabat sebagai ketua RT.
Paling mulutnya yang rame macam petasan
Kamu msh cinta Dhesi kan...? Ayo benjuang lagi....
Cemungutz Qomar....😂😂😂😂😂
Alhamdulillah,,akhirnya Bu Rita sadar juga...
Eh....siapa gerangan yg diruangan dokter Gadisha...?
Tenang saja Qomar atawa Marco Bu Rita kan gak tahu kalau kamu polisi yg hebat , anak buahnya kapten Danesh??🤔😇😇