SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.
Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.
Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.
Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.
Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehampaan
Adjie pulang kerumah. Ia membuka pintu dengan kunci cadangan. Kemudian memasuk8 kamar dan menemukan Wati sudah tertidur lelap.
Ia menaiki ranjang dengan sangat hati-hati dan berbaring untuk tidur karena kelelahan telah melayani Rina semalaman.
Sementara itu, Toni mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Ia berniat untuk melihat kondisi Darmi yang baginya saat ini sangat memprihatinkan. Rasa cintanya pada wanita itu tak pernah luntur. Ia mengira jika Darmi sedang frustasi karena suatu hal yang ia pendam sendiri.
Sesaat ia tercengang ketika melihat rumah dalam keadaan lengang, tak ada siapapun disana.
"Darmi, Darmi, kamu dimana?" panggilnya dengan nada panik. Sungguh ia sangat khawatir, karena sang istri sudah tidak lagi dirumah.
Pria itu mencari kesegala arah, akan tetapi tak menemukannya, dan sendal Darmi masih berada didepan teras.
Ia mencari ke sekeliling rumah. Tak perduli hujan yang terus mengguyur dan tak ada wanita itu dimanapun.
Toni semakin khawatir, ia sangat panik dan berlari ke rumah ibunya, lalu memberikan kabar tentang menghilangnya Darmi sang menantu kesayangan.
"Bu, Darmi menghilang," pekik Toni.
Wanita sepuh itu tersentak kaget. Rasa kantuk yang tadi menggantung diujung matanya, kini menghilang begitu saja.
"Ya Allah, kemana kamu, Dar.....," ratapnya dengan hati yang nelangsa.
"Coba kamu cari, Ton. Takutnya dia nekad gantung diri atau berbuat yang aneh," saran wanita yang rambutnya sudah memutih karena uban.
"Iya, Bu." pria itu bergegas pergi dan menuju sepeda motornya untuk mencari keberadaan sang istri ditengah malam buta.
Motornya melaju dengan sangat lambat. Sebab hujan membuat jalanan menjadi licin dan pandangannya terhalang oleh guyuran hujan.
Ia mencoba memanggil nama Darmi, meskipun ia tahu suaranya akan tenggelam bersama guyuran hujan yang semakin deras.
Setelah mencari cukup jauh, ia tak juga menemukan sang istri, dan akhirnya memutuskan untuk kembali dan akan melakukan pencarian besok.
****
Mentari bersinar cukup terang. Cahayanya memberikan kehangatan pada setiap makhluk dimuka bumi.
Sofyan mengendarai motornya untuk pergi ke kebun. Ia bersiul dengan riang, sebab akan memanen cabai yang mana harganya cukup melambung tinggi.
Sesaat matanya tertuju pada sesuatu yang tertelungkup diatas reruntuhan bangunan yang sudah menjadi arang karena materialnya yang terbuat dari kayu.
Hatinya mendadak takut. Dadanya bergemuruh, tetapi ia begitu sangat penasaran. " A-apa itu? Apakah mayat?" gumamnya dengan tubuh yang gemetar.
Ia turun dari sepeda motornya. Lalu berjalan dengan perasaan yang sangat kacau. Lalu melihat satu sosok tubuh wanita yang sedang mendekap sebatang kayu yang telah menghangus.
Hatinya semakin takut. Ia ingin melihat siapa pemilik wajah yang saat ini sedang bertelungkup.
Sesaat ia melihat punggung wanita itu bergerak naik turun. Itu tandanya jika ia masih hidup. "Hah, ternyata dia masih hidup! Syukurlah." Sofyan memegang dadanya sendiri.
Ia berjalan menuju ke arah wajah yang menyamping menghadap ke barat. "Hah!" Ia tersentak kaget saat melihat siapa wanita tersebut.
"Darmi! Apa yang dilakukannya disini?" gumamnya dengan perasaan bingung.
Tubuhnya basah kuyup dan bibirnya membiru karena kedinginan. Bahkan pakaiannya kotor terciprat tanah yang disebabkan oleh guyuran hujan.
Gemuruh didadanya semakin memburu. Tangannya gemetar meraih ponsel disaku celananya dan ia menekan nomor Toni untuk memberikan kabar tentang penemuannya itu.
"Hah! Beneran, Yan?" tanya Toni tak percaya.
"Iya. buruan kemari!"
"Iya, iya! Aku kesana!" Toni menutup panggilannya.
Sementara itu Sofyan tidak berani menyentuh Darmi karena takut dituduh yang bukan-bukan, apalagi jika sampai meninggalkan sidik jari.
Tak berselang lama, Toni datang dengan sepeda motornya.
Ia bergegas menghampiri penemuan Sofyan. Tentu saja ia mengenali pakaian sang istri.
"Darmi! Ya Allah Darmi!" pekik Toni, lalu membalikkan tubuh sang istri dan mendekapnya.
"Yan, bantu aku membawanya ke puskesmas," pinta Toni dengan penuh harap.
"Tapi motorku gimana?" tanya Sofyan bingung.
Saat bersamaan, Joni dan juga Rama melintas. Melihat hal tersebut. Keduanya menghentikan sepeda motornya dan bertanya tentang apa yang terjadi.
"Ada apa, Kang?" tanya Rama dengan rasa penasaran.
"Ini, bantu dulu akang membawa buk dhe ke Puskesmas," pintanya.
"Jon, bantu Kang Toni!" titah Rama pada rekannya.
"Yoi," pemuda itu bergegas menghampiri dan membantu Toni untuk memegangi Darmi dari arah belakang.
Setibanya di Puskesmas. Darmi mendapatkan pertolongan dan andai saja terlambat, mungkin Darmi tidak dapat terselamatkan, sebab mengalami hipotermia.
"Kang, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa buk dhe Darmi bisa sampai ditempat itu?" cecar Rama.
Toni menghela nafasnya dengan berat. "Akang juga gak tau. Tapi malam tadi dia tiba-tiba berubah dan meminta cerai tanpa sebab," jawab Toni dengan wajah sedih.
Sofyan mendengarkan penuturan Toni dengan seksama. Seketika otaknya menemukan ke sinkronan dari peristiwa tersebut.
"Coba ingat. Apakah kang Toni pernah menyinggung perasaan Adjie? Misalnya membullynya dengan 'bujang lapuk, atau apa gitu?" Sofyan menyela.
Seketika Toni teringat akan peristiwa saat dipernikahan Rama. Ya, ia ada membully pria itu sebelumnya.
"Ya, aku pernah membullynya, bahkan sering," jawab Toni.
Sofyan menatap pria itu dengan prihatin. "Sepertinya istrimu sedang terkena ajian jaran goyang yang dimiliki oleh Adjie. Ia ingin membalas dendam padamu karena kerap kali membullynya,"
Rama menganggukkan kepalanya. "Ya, aku juga kena. Aku akui jika membullynya,"
"Jangan pernah bertanya atau membully seseorang tentang kapan ia menikah. Sebab kita tidak tahu tingkat kesabaran seseorang," Sofyan mencoba mengingatkan.
Keduanya menganggukkan kepalanya.."Tetapi sungguh tepat jika Adjie diusir dari desa ini, sebab sangat membahayakan!" sahut Rama.
Sofyan menyadari jika sahabatnya itu sudah salah arah dan tersesat jauh. "Kalau begitu, panggil Mbah Kasim untuk memberikan penawarnya,"
Rama membenarkan saran Sofyan. "Ya, aku akan menjemputnya," ia menyanggupi tugas tersebut, lalu bergegas pergi untuk membawa sang tetuah desa untuk memberikan penawar bagi Darmi.
Toni menyadari jika semua yang terjadi karena ada sebab dan akibatnya, dan mungkin saja Adjie sudah menaruh dendam padanya.
"Tetapi bagaimanapun, perbuatan Adjie tidak dapat dibenarkan. Ia harus bertaubat," Sofyan menatap nanar. Ia tidak mengerti mengapa sahabatnya itu sampai berbuat terlalu jauh.
Tak berselang lama, Mbah Kasim datang dengan diantar oleh Rama. Ia diminta untuk memberi penawar pada Darmi dari pengaruh ajian Jaran Goyang yang sangat mengerikan.
"Mbah, tolong istri saya," pinta Toni saat melihat pria sepuh itu datang dan bersedia untuk memberikan penawarnya.
"Sungguh keji pelaku yang sudah melakukan hal tersebut. Suatu saat ia akan menuai karmanya dengan apa yang diperbuatnya," ucap pria sepuh itu saat memandang Darmi yang terlihat memucat dan masih tak sadarkan diri. Pergelangan tangannya sedang terpasang jarum infus untuk memberikan pertolongan hidupnya.
Visual Adjie. Semoga reader bisa membayangkannya. Boleh imajinasi sendiri.
baru x ni si Adjie garap sawah tp mlh dia yg ambruk sndri 🤣🤣
slma ini kn si Adjie sllu diam dan Nerima JK sllu di bully ,,,
tp skrg pas punya ilmu , akhirnya di pakai tuk Balas Dendam
g aji pangestu ataupun aji masaid kan? 🤭🏃♂️
🎤🎤🎤🎤
kursi pelaminan biru
dimalam pengantin
jadi saksi menghias diruang tamu
tapi bencanaaaaaaaas.... 🎼🕺🕺🕺🕺