“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka lebam
Mengetahui kedatangan oma dan opanya, Alaska segera turun dari tempat tidur papinya dengan wajah bantal karena baru bangun tidur.
Dia berlari dengan cepat ke kamar oma dan opanya membuat Araska harus menegur putranya.
“Laskaaa jangan lari, nanti jatuh !”
“Ehhh?!! Laska mandi dulu !!”
“Hais, anak itu !” Araska segera mengenakan pakaiannya sebelum dirinya menemui kedua orang tuanya.
Sesampainya di kamar oma dan opanya, Alaska langsung menggedor-gedor kamar omanya dengan kuat.
“Omaaaaa, Laskaaa lindu ! Buka pintu naaaaaa !!”
Duk ! Duk ! Duk !
“Omaaa, Opaaaa !!”
Ceklek ! Pintu dibuka dari dalam menampilkan sosok mama Rara yang seperti baru selesai mandi. Alaska langsung memeluk erat kaki omanya.
“Laska lindu oma,”
“Oma juga, ayo masuk dulu. Oma mau ganti pakaian,”
Alaska mengangguk patuh, dia masuk ke kamar omanya bertepatan dengan Opanya yang keluar dari kamar mandi.
“Opa ngapain kelual dali kamal mandi ?”
Mendengar pertanyaan cucunya, Papa Regan menatap Alaska dengan heran.
“Opa kan mandi, kamu nggak liat opa masih pake handuk ?”
“Opa mandi baleng oma ? Emang na boleh ?” tanya Alaska polos.
“Ya, bolehlah !” sahut Papa Regan dan berjalan ke arah lemari pakaian mereka.
“Papa ?!” tegur Mama Rara kepada suaminya.
“Belalti kalau Laska mandi baleng Ica boleh kan opa ?” tanya Alaska yang mana membuat Papa Regan kaget.
“Eh ?! Nggak, gitu juga konsepnya cil !” ucap Papa Regan cepat.
“Telus, kenapa opa bica cama oma cedangkan Laska nda bica baleng Ica ?” tuntut Alaska meminta jawaban.
“Tuh, jawab tu ! Pertanyaan cucumu ! Ica, Ica mana lagi itu !” kata Mama Rara kesal.
“Ica temanna Laska, codala na Laci “ jelas Alaska yang kini merebahkan dirinya di kasur berukuran king size.
“Ica, b4bon yang di sosmed itu ?” tanya Papa Regan bingung.
Plak ! Mama Rara mengeplak lengan suaminya. “ kamu nggak dengar Ica temannya. Kamu kita cucu kita temanan sama b4bon ?! Haaa !! Mulutmu ini, pa. Minta di sentil dulu !”
“Lah, terus laci itu siapa ? Laci lemari apa laci meja ?” tanya Papa Regan yang bingung dengan panggilan cucunya.
“Alaci nama lengkapna, tapi Alas manggilna Laci.. Cucah kali nyebut LLLLLLL !”
“Ooo namanya Araci ya, temen kamu cewek semua dong ya ?” tanya Papa Regan.
Alaska menggelengkan kepalanya,” Ndaaa. Laci cowok,”
“Ah, sudahlah. Ayo, kita keluar !” ajak Mama Rara.
Ketiganya pun segera keluar dari kamar berpapasan dengan Araska yang hendak menemui kedua orang tuanya.
“ Kita bicara di ruang kerja !” kata Papa Regan tegas seolah tahu apa yang ingin disampaikan oleh putranya.
Mama Rara mengikuti langkah suami dan putranya. Alaska juga ikut, dia menggandeng tangan oma nya dengan erat.
Disinilah mereka duduk di sofa yang berada di ruang kerja. Tak lupa Araska mengunci pintu dan mengaktifkan peredam suara agar suara yang di dalam tidak terdengar sampai keluar.
“Jadi, apa yang ingin kamu sampaikan nak ?”
Araska tidak menjawab, dia memanggil putranya untuk menghampirinya. Alaska dengan wajah cemberut berjalan mendekati papinya.
Setelah Alaska berdiri dihadapannya, Araska langsung membuka kaos putranya. Mama Rara yang melihat itu menegur putranya.
“As ?! Apa yang kamu lakukan !!” tegur Mama Rara kaget saat melihat cucunya berteriak hendak menangis.
“Alas nda mau mandi, Alas nda mau mandi !!”
“As, jangan seperti itu !” tegur Papa Regan kaget.
Setelah kaos yang dikenakan Alaska lepas, Araska membalikan tubuh Alaska menghadap dirinya sehingga terpampanglah luka lebam yang berada di punggung Alaska. Hal itu mampu membuat Mama Rara dan Papa Regan terkejut.
“Astaga cucuku !!” Mama Rara menghampiri putra dan cucunya.
Papa Regan pun sama dia meminta penjelasan putranya.
“ Cucu oma, kenapa punggungmu seperti ini hiks. Siapa yang main tangan, hiks siapa !! Bilang sama oma, biar oma pukul balik hiks,” Mama Rara mengelus luka lebam yang sudah mengering dan membiru.
Alaska menundukkan kepalanya. Tak berani menatap papinya yang kini menatapnya dengan tatapan datar.
“Katakan sama papi, siapa yang memukul Alas saat papi tidak ada ?”
Papa Regan mengangguk, “ benar, katakan pada opa. Siapa yang menyakiti Alas ?”
“Jangan diam ! Katakan pada papi !!”
“Meleka, meleka hiks meleka pukul Alas hiks,”
“Mereka siapa ?” tanya Papa Regan bingung.
“As tahu siapa !” Araska membiarkan putranya di peluk oleh mamanya, sementara dirinya bergegas keluar kamar diikuti Papa Regan yang bingung dengan sikap putranya.
Sepeninggalan anak dan suaminya, Mama Rara menatap cucu satu-satunya.
“Kita mandi dulu ya, oma mandikan. Alas jangan nangis, papi sama opa akan hukum orang yang sudah menyakiti Alas,”
“Sekarang kita mandi dulu ya,” kata Mama Rara membawa cucunya mandi.
*
*
*
*
*
Sepasang kaki kecil berjalan pelan dari arah dapur paviliun yang terletak di belakang rumah. Dia membawa sebuah toples plastik di dalam pelukannya.
Melewati kebun anggur milik mendiang buyutnya, mata bocah itu melirik kanan dan kiri. Merasa cukup aman, dengan tubuh gempalnya dia melompat masuk ke dalam kebun anggur.
Senyumnya terbit saat menemukan tempat persembunyian. “ duduk di cini aja lah, hehe lumayan nemu halta kalun..”
Toples diletakkannya di antara kedua kakinya dan dijepit seolah takut toples itu lari. Dengan kedua tangan gempalnya dia mulai membuka tutup toples dengan susah payah.
Krekk !
Tutup toples berhasil dibukannya. Senyumnya semakin mereka dan mulai meraih keripik singkong tersebut.
Krukk ! Bunyi keripik digigit.
“Enak naaa, dali kemalin coba Laci ketemu toples ini,. Pasti Laci langsung melasakan ada se kelipik se enak ini hiiii… Laci cuka, Laci cuka !” ucapnya.
Sementara itu, salah satu pelayan tengah sibuk mencari satu toples keripiknya yang akan dikirimkan kepada pembeli. Selain bekerja menjadi pelayan, gadis itu juga berjualan keripik secara online.
Jam kerjanya yang tidak padat membuat gadis itu berniat untuk berjualan online. Maka dari itu, dia meminta ijin kepada majikannya untuk kerja sampingan dengan berjualan keripik online.
Tentu saja Mommy Audrey dan Oma Cellia mengizinkan, asal tidak membuat pekerjaan gadis itu terbengkalai. Bisnis jualan onlinenya sudah tiga tahun berjalan dan tapi tetap saja gadis itu memilih untuk tetap bekerja bersama majikannya.
“Aduh, dimana toplesnya aku simpan. Masa hilang sih, kan biasanya nggak hilang di taro disini..” ucapnya bingung.
“Shireen, apa sudah siap ?” tanya seorang wanita paruh baya menatap Shireen yang terlihat sibuk mencari sesuatu.
“Makkk, toples Shireen hilang satu. Bagaimana Shireen ngirimnya ?” ujar Shireen pasrah.
“Loh, kok bisa ? Kamu taro dimana ?”
“ dibawah ini, biasanya Shireen taro di bawah nggak hilang kok. Tapi ini bisa nggak ada,”
“Apa tikus yang bawa, mak ?” tanya Shireen lagi kepada Mak Oda.
“Heee Shireen ngawur kamu ini. Tikus nggak mau makan keripik. Coba cari lagi nanti, sekarang kita kerja dulu, kamu gantiin shift Mbak Jena kan ?”
“Iya mak, “ ucap Shireen lesu.
Dengan wajah murung, Shireen mengikuti langkah Mak Odah. Keduanya melewati kebun anggur milik mendiang nyonya Dara. Saat Shireen menundukkan kepalanya, dia melihat sebuah toples kecil familiar dimatanya.
“Mak, bentar mak !” pekik Shireen.
“Ada apa lagi, Shireen ?” tanya Mak Odah heran.
Shireen menunduk mengambil toples yang dia yakini milik dirinya. Hingga saat toples itu di pegang olehnya betapa terkejutnya Shireen saat tahu jika itu toples yang dia cari.
“Maaaakk, ini, ini toplesnya. Tapi kok kosong ya ? Apa benar tikusnya mau kripik ini ?”
“Aduh, Shireen… tikus nggak mau makan kripikmu itu ! Jangan aneh-aneh, ayo kerja !” ajak Mak Odah membuat Shireen mengerucut bibirnya.
“ Rugi satu toples hiks..”