Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Mengusahakan yang terbaik.
Adzan subuh membangunkan Bang Ribas dari tidurnya. Hingga pagi, Bang Ribas memilih tidur di sofa. Ia tidak ingin sikap dan pikirannya membuat Niken tersakiti lagi.
Bang Ribas mengusap wajahnya mengingat hal yang telah terjadi kemarin.
Tepat saat itu Niken keluar dari kamar dengan langkah perlahan. Ia menunduk dan tidak berani bertanya pada Bang Ribas.
"Dek, badannya sudah baikan?" Sapa Bang Ribas lebih dulu.
Niken hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Saya minta maaf ya, saya salah." Kata Bang Ribas.
Niken kembali mengangguk tanpa berucap apapun.
Bang Ribas menjadi salah tingkah di buatnya, entah saat ini Niken marah padanya atau tidak. Yang jelas Niken berjalan perlahan dan menjauhinya.
...
Siang ini Bang Ribas masih terngiang ucap Papa Rama. Ia pun memberanikan diri menuju rumah sakit tentara. Langkahnya berat apalagi dirinya langsung menuju poli kesehatan jiwa.
Dengan menarik nafas panjang, Bang Ribas melangkah masuk.
"Selamat siang..!!" Bang Ribas menyapa dokter senior tersebut.
Bang Ribas terkejut melihat Bang Ringgo keluar dari sekitar poli kejiwaan saat dirinya datang.
Bang Ringgo hanya tersenyum sekilas kemudian menepuk bahu adiknya.
"Letnan Ribas, silakan masuk..!!" Sapa dokter membuyarkan lamunan Bang Ribas.
...
Langkah Bang Ribas terasa berat, ia mengusap wajahnya yang memerah dengan gusar. Seluruh rasa berkecamuk di dalam hatinya, menusuk relung batin.
Tak sengaja ekor matanya melihat Bang Ringgo tengah bersandar pada sisi kanan kantin yang sepi. Ia pun segera menghampiri dan duduk di sampingnya.
Bang Ringgo menengok dan menebar senyum tipis. "Sudah selesai??" Tanyanya.
"Sudah." Jawab Bang Ribas nampak santai kemudian merokok meskipun hal itu sama sekali tidak bisa menutupi kegundahan batinnya. Tanpa sadar air matanya menitik, dengan cepat Bang Ribas segera menghapusnya.
"Apa masalahmu lebih berat dari masalahku??" Tanya Bang Ringgo.
"Sopankah tanya begitu???" Jawab Bang Ribas dengan tatapan bengis.
"Kalau hadirnya Abang terlalu mengganggumu, sebaiknya Abang pergi saja..!!" Bang Ringgo beranjak dari duduknya dan berjalan menjauh.
"Sama sepertimu, Bang. Hanya saja.........."
...
"Lebih baik kau belajar menahan diri saja..!! Bukan tidak boleh, hanya menahan diri. Mungkin kita sama-sama buruk, tapi Abang paling buruk." Ucapnya tanpa sanggup mengatakan bahwa di hatinya masih ada nama wanita lain.
"Itu bukan berarti Abang mand*l. Abang hanya tertimpa musibah. Bukankah saya sudah mengingat untuk Abang sali terapi, kenapa tidak Abang lakukan??" Tanya Bang Ribas.
"Abang malu, nggak bisa punya anak sudah mencoreng wajah Abang." Ujar Bang Ringgo.
"Kita manusia hanya bisa mengusahakan dan selebihnya kehendak Allah. Abang bukan tidak bisa punya anak, hanya belum di beri kesempatan menimangnya. Kalau Abang bisa sedikit berbesar hati, anak Laras pun adalah anak Abang juga. Lantas apa bedanya???? Lain dengan saya, saya lah yang hina dan lebih memalukan." Jawab Bang Ribas.
Kini Bang Ringgo balik menatap wajah adiknya. Sungguh saat ini terlihat jelas wajah gundah seorang Ribas.
"Ada apa??"
Bang Ribas tak langsung menjawab. Suami Niken itu hanya menghisap rokoknya dalam-dalam.
"Yang benar kau, Bas..!!!!! Apa Niken dan Dara terlibat masalah lagi?????" Bentak Bang Ringgo tanpa sadar.
Senyum Bang Ribas nampak begitu sinis dengan seringainya. "Kau masih ada rasa dengan istriku, Bang??"
Pertanyaan Bang Ribas seolah membuka tabir perasaan Bang Ringgo selama ini. Mendengar pertanyaan tersebut, Bang Ringgo terdiam dan terfokus dengan rokoknya.
"B*****t, buang jauh pikiran kotormu itu..!!!"
Bang Ribas bangkit lalu meninggalkan Bang Ringgo. Entah kenapa selalu itu yang terjadi saat dirinya ingin berusaha untuk akur dengan 'Abangnya'.
"Baaass..!!" Bang Ringgo berusaha menghentikannya tapi Bang Ribas yang sedang marah tidak mau mendengarnha lagi.
Tak sengaja pandangan Bang Ringgo tertuju pada sebuah kertas yang terjatuh tak jauh dari kakinya berpijak. Bang Ringgo pun mengambilnya lalu segera membacanya.
Matanya terbelalak membaca hasil laporan dokter tersebut.
"Ini punya Ribas, sakit apa dia??" Gumamnya tak paham.
~
Bang Ribas menata perasaannya yang terasa semakin berantakan. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobilnya.
"Apa yang harus aku lakukan. Aku takut bertemu Niken, takut menyakitinya lagi.." Gumam Bang Ribas merasakan cemasnya.
.
.
.
.
eehh kenapa tuh si Mona marah² masih ga terima Niken nikah ma Ribas?? dlu Mona mau dijodohkan ma siapa y Ribas apa Ringgo