Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Di balik musibah.
Kkrrsskkk..
Niken dan Dara menoleh pada sumber suara tapi kemudian mereka kembali fokus pada layar laptop.
Kkrrsskkk..
Sekali lagi Niken dan Dara menoleh namun kali ini rasa takut mulai membayang. Niken dan Dara saling pandang. Hingga terdengar suara seperti auman.
"Itu suara apa?" Tanya Dara.
Niken menelan ludah dengan susah payah kemudian mengambil gagang sapu dan sedikit membuka jalinan pandan sebagai dinding gubug.
Namun saat jalinan pandan terbuka, seekor macan dahan melompat menerkam Niken.
"Aaaaaaa..." Teriakan Niken begitu kuat.
Dara yang panik ikut berteriak sembari mengambil sapu dan ikut menghantam binatang buas tersebut. Pergulatan pun terjadi. Niken sampai terpelanting jatuh ke tanah.
buugghhh..
dooooorrr..
Suara tembakan terdengar keras. Bang Ribas menembak hewan buas tersebut dengan pistol lalu menebasnya dengan badik.
Tak cukup dengan itu, Bang Arre pun mengimbuhi macan dahan tersebut dengan satu tembakan lagi.
dooooorrr..
Bang Ribas segera menarik Niken ke dalam pelukannya. Tangis Bang Ribas pecah, suami Niken itu histeris. Pikirannya serasa kosong melompong.
Bang Arre tersentak dan segera mengangkat Dara. "Ayo bawa istri kita masuk dulu..!!!"
Di antara sisa kesadarannya, Bang Ribas pun mengangkat Niken.
...
"Abang sudah bilang untuk kamu tinggal di rumah. Sekarang kamu lihat, apa jadinya kalau melawan suami..!!!!" Bang Arre sungguh menyesalkan apa yang terjadi.
Bang Ribas sudah lemas sambil menggenggam erat jemari Niken. "Kurang bagaimana lagi Mas menjagamu, dek??? Kalau begini caranya, mas mu ini bisa mati berdiri."
Prada Irshal segera mengambilkan air minum untuk Dantonnya yang kini sama sekali sungguh 'tak bertenaga'. Sejak tadi Letnan Ribas terus berlinang air mata. Hal langka dari seorang Letnan yang kaku dan dingin.
Sejak mendapatkan perawatan dokter tadi, Niken belum juga sadar. Tangis kecemasan Bang Ribas sampai mempengaruhi satu Batalyon.
"Sabar, Baas..!! Sebentar lagi istrimu pasti sadar." Bujuk senior Bang Ribas.
"Akan ku ledakan hutan belakang batalyon..!!!" Ucap Bang Ribas penuh dengan amarah yang memuncak.
"Ojo to, Leee..!!! Masa mau tarung sama hewan." Danyon sampai ikut turun tangan menenangkan Bang Ribas.
"Saya nggak tahan lihat istri sampai seperti ini, Bang."
"Iya.. iyaa.. tenang dulu ya..!!" Danyon menepuk pundak Bang Ribas hingga kemudian Niken tersadar dari pingsannya.
"Aaawwhh.. periih..!! Maaaasss..!!" Rintih Niken saat baru terbangun dari pingsannya.
Tubuh Niken demam, banyak luka di tubuhnya. Sayatan, jahitan, cakaran, lebam.. semua ada pada tubuh Niken.
Bang Ribas sigap beralih posisi dan meniup luka pada tubuh Niken. Marah jelas ada di dalam hatinya tapi rasa sayangnya jauh lebih besar dari rasa marahnya.
"Mas disini, sayang..!!" Hati-hati sekali Bang Ribas mengusap tubuh Niken. Istri Letnan Ribas itu gemetar tak karuan.
"Niken takut."
"Sudah nggak apa-apa. Niken aman sama Mas..!!" Ujar Bang Ribas tak sampai hati. Namun Niken kembali memejamkan matanya.
Bang Arre memercing ngeri sampai kemudian ikut terduduk lemas. "Baru kali ini lawan kita hewan buas. Abang tidak sanggup membayangkan kalau sampai macan dahan itu mencabik tubuh Niken dan Dara."
Kengerian itu sampai pada hati Bang Ribas. Sesak di dada semakin terasa. Bang Ribas bagai terkena serangan jantung. Ia meremas kuat dadanya hingga kemudian segala yang ada di hadapannya hilang tenggelam.
"Lhoo.. heeeehh, Ribaasss..!!!!" Bang Arre terkejut untuk kedua kalinya melihat adiknya pingsan.
...
Kabar musibah yang di alami Niken dan Dara sudah sampai pada telinga Bang Ringgo. Malam itu juga Bang Ringgo datang menjenguk Niken dan Dara di rumah Letnan Ribas.
"Letnan Ribas sudah sadar?? Bagaimana keadaan Niken dan Dara?" Tanya Bang Ringgo yang menghandle segalanya malam itu.
"Letnan Ribas sudah mulai sadar, hanya masih lemas. Ibu Niken dan Ibu Dara juga sudah sadar. Keadaan beliau berdua sudah jauh lebih baik meskipun masih ada rasa trauma." Jawab Dokter yang kembali menangani para korban.
Bang Ringgo mengangguk paham kemudian mengantar dokter keluar dari rumah Letnan Ribas.
:
"Tutup seluruh area Batalyon dengan dinding beton setinggi empat meter. Jangan ada lagi pembatas dengan jalinan ranting kayu, apalagi hanya setinggi dua meter. Hewan buas masih bisa melompat." Perintah Bang Ringgo yang baru saja tiba di lokasi Batalyon.
"Ringgo, bahan dan dana untuk membuat dinding sangat sulit di dapatkan. Beberapa kali Letnan Ribas juga meminta hal demikian tapi Batalyon kita berada di daerah ujung dan akses apapun sangat sulit menuju tempat ini. Sampai ganti Danyon pun, permintaan tersebut tidak pernah di loloskan." Jawab senior Bang Ringgo.
"Kali ini harus lolos..!!! Istri saya hampir mati sia-sia karena hewan buas. Saya tidak mau hal ini terjadi lagi. Apalagi istri saya sedang hamil muda, Bang. Pokoknya, besok sebagian hutan di sisi Batalyon akan saya ratakan..!!!" Ucap geram Bang Ribas yang sudah sadar dan ikut bergabung dengan para anggota di ruang tamunya yang kini begitu ramai.
"Kamu jangan ngawur, Bas. Masih ada aturan yang kental disini. Hutan ini punya nyawa, mereka kehidupan bagi penduduk pribumi." Kata senior Bang Ribas yang lain.
"Niken juga nafas dan nyawa saya, Bang. Kalau bukan saya yang melindungi, lantas siapa lagi??????" Bentak Bang Ribas masih penuh dengan emosi. Dadanya sampai kembali terasa nyeri.
"Saya paham kamu marah dan syok atas kejadian ini. Jangan egois begitu. Kamu hancurkan hutan, bukan satu atau dua masalah yang akan timbul. Redakan dulu amarahmu, tenangkan dirimu..!!"
Amarah Bang Ribas sungguh mengundang reaksi para petinggi. Mendengar situasi belum juga stabil, Niken pun beranjak dari tidurnya di bantu beberapa orang ibu anggota pengurus cabang.
Perlahan Niken berjalan kemudian memeluk Bang Ribas. Ia mengarahkan tangan suaminya itu agar mengusap perutnya. "Maafin Niken ya Mas..!! Niken salah, Niken yang nggak nurut. Sekarang Niken baik-baik saja sama adek di perut."
Bagai terbius, Bang Ribas membalas pelukan Niken. Dirinya seakan lemah dan tak sanggup menolak. Di usapnya perut Niken dengan lembut.
"Jangan marah lagi ya Pa, jangan membunuh hewan. Ingat adek kecil di perut."
"Saya hanya tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi. Saya sayang kalian berdua." Jawab Bang Ribas masih kaku tanpa toleransi.
"Paaa.. Mama punya usul."
"Iya, sayang. Ada apa?" Tanya Bang Ribas mulai melunak.
"Papa berundinglah pada pihak pemerintah. Bisakah kita kerjasama dan membuat suaka margasatwa kecil. Mereka bisa ikut memelihara dan melindungi alam. Hutan tidak akan rusak, hewan pun terjaga..!!" Ide Niken pada Bang Ribas meskipun dirinya tau tidak semudah ucapnya membuat sebuah 'karya besar', setidaknya Bang Ribas bisa tenang.. itu sudah lebih dari cukup.
"Akan Papa pertimbangkan, Ma. Daripada kamu bahas b*a yang akhirnya buat celaka, lebih baik Papa wujudkan impianmu menjadi dokter hewan." Ujar Bang Ribas karena tau selama ini sebenarnya Niken masih terpending dalam mata kuliahnya tersebut.
"Sementara ini, Mama akan jadi dokternya Papa Ribas dulu..!!" Jawab Niken.
"Oke.." Bang Ribas pun tersenyum tipis.
Para anggota baru bisa bernafas lega. Sungguh mereka sempat panik berdebat dengan Letnan Ribas. Dalam hati mereka baru mengakui kepintaran Ibu Danton satu dalam membujuk Pak Danton yang luar biasa menguras emosi dan perasaan saat sedang marah.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂