"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Kenapa tidak ada seorang pun di sini?" tanya Aletta karena terkejut melihat restoran itu kosong. Restoran ini selalu penuh dengan pelanggan yang lapar setiap kali dia datang ke sini. Jadi, ke mana semua orang?
"Aku sengaja menyewa seluruh restoran," jawab Delvan sembari melihat-lihat sekeliling restoran. Namun, Delvan merasa restoran itu tidak layak disebut restoran. Lemarinya lebih besar dari tempat ini. 'Aku penasaran apa yang membuat Aletta lebih suka makan di sini,' batin Delvan dalam hati.
Aletta adalah selebritas paling aneh yang pernah ditemuinya. Wanita itu tidak bertingkah seperti kebanyakan orang. Meskipun Delvan membencinya, dia harus mengakui bahwa dia menyukai sifat Aletta.
Aletta adalah orang yang sederhana dan mau menerima apa pun itu.
"Apa?!" seru Aletta kaget. Dia tidak yakin apakah dirinya bisa mendengar perkataan Delvan dengan benar.
Apakah Delvan baru saja mengatakan bahwa dia memboking seluruh restoran ini untuk mereka bertiga?
"Mengapa kamu menyewa seluruh restoran padahal hanya kita bertiga yang makan siang?" tanya Aletta bingung.
"Simpel saja, supaya aku bisa tenang dan damai menikmati makan siang," jawab Delvan.
Ia lalu menuntun Aletta ke sebuah meja, sementara Vian mengikutinya dan duduk di kursi di seberang Delvan dan Aletta.
"Apa maksudmu damai dan tenang?" tanya Vian saat mendudukkan dirinya.
"Kalau kalian belum tahu, Aletta adalah seorang selebriti dan begitu juga dirimu. Hal terakhir yang tidak ku inginkan saat ini adalah orang-orang mendatangi kalian berdua untuk meminta tanda tangan atau berfoto." Kata Delvan menjelaskan dengan perasaan kesal.
"Hei, jangan lupa, kau juga terkenal,Kak." Balas Vian, tidak mau kalah dari kakaknya.
"Ya, aku memang begitu, tapi kau lupa kalau orang-orang takut padaku, jadi mereka tidak berani mendekatiku karena takut aku menghancurkan hidup mereka." Kata Delvan membela diri dengan tenang.
"Tapi kau...." Vian hendak buka suara, tetapi ditukas oleh Aletta sebelum dia bisa menjawab kakaknya.
"Baiklah, aku tahu kau ingin memberinya jawaban yang pantas, tapi bisakah kau menyimpannya untuk nanti? Aku sangat lapar." Kata Aletta.
"Baiklah, aku tidak akan mengatakan apa pun kecuali karena kau yang memintaku." Vian setuju dengan pasrah.
"Selamat pagi, Tuan. Apa yang ingin Anda pesan?" Seorang pelayan menghampiri mereka dan terkesiap kaget ketika melihat orang-orang yang duduk di meja yang dihampirinya.
Pemilik restoran memanggilnya untuk memberi tahu bahwa seseorang yang sangat penting telah memesan seluruh restoran dan bahwa pelayan itu harus memperlakukan mereka dengan baik.
Pelayan itu telah mempersiapkan kedatangan mereka, tetapi dia tidak pernah membayangkan bahwa orang yang datang adalah Azada Delvan Emerson dan Vian Emerson.
"Tuan Emerson!" serunya, tidak percaya bahwa Delvan dan Vian yang terkenal itu duduk tepat di depannya. Aletta adalah pelanggan tetap jadi dia tidak terkejut melihatnya di sana.
"Hai," sapa Vian riang dengan senyum mematikannya, senyum yang biasa ia gunakan untuk menarik perhatian para wanita. "Apa kabar?"
"Y-yah... saya baik." Pelayan itu tak dapat menjawab dengan baik karena perasaan gembiranya dapat berbicara dengan Vian mulai menguasainya.
"Maaf, kurasa kalian tidak dibayar untuk berdiri di sini dan terlibat dalam pembicaraan yang tidak penting. Apa kalian akan mencatat pesanan kami atau tidak?!" tanya Delvan dingin.
"Maaf tuan, apa yang ingin anda pesan?" Pelayan itu meminta maaf dengan cepat karena tidak ingin menyinggung seorang Azada Delvan Emerson. Sepertinya semua hal yang dia dengar tentang Delvan itu benar. Dia memang orang yang dingin dan sombong, tidak seperti adiknya yang hangat dan ramah.
"Jadi, Delvan... apa yang akan kamu pesan untuk kami?" tanya Aletta dengan senyum lebar di wajahnya. Tidak mungkin Delvan akan tahu apa yang dimakannya di sini.
Delvan menatap Aletta lalu kearah Vian. Keduanya menatapnya penuh harap, dengan seringai lebar di wajah mereka, ingin tahu apa yang akan di pesan oleh Delvan.
Apakah Aletta benar-benar mengira Delvan membawanya ke sini tanpa rencana?
"Kami akan memesan apa pun yang Aletta pesan saat dia datang ke sini." Kata Delvan. Dia melihat seringai di wajah Aletta yang berubah menjadi cemberut.
"Baik, Tuan," kata pelayan itu lalu pergi.
"Ck! Ck!." Seru Aletta, kecewa karena Delvan berhasil lolos dari jebakannya. Dia memang seorang pengusaha yang cerdas. "Bagus sekali, Tuan Emerson," kata Aletta sembari bertepuk tangan untuk Delvan
"Tidak! Aku benar-benar berharap bisa melihatmu mengulitinya hidup-hidup." Kata Delvan dengan kecewa.
"Jangan khawatir, itu akan terjadi suatu hari nanti." Jawab Aletta
***