Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 9 - THE LIFE PARTNER
Meirilyn pun hanya mengangguk saja setelah mendengar hal tersebut lalu ia melambaikan tangannya kepada mereka berdua dengan tersenyum sebelum akhirnya berjalan keluar dari kafe tersebut.
Veirena pun melambaikan tangannya kembali sambil berkata kepadanya, “Bye-bye, hati-hati ya”
Setelah Meirilyn pergi untuk mengurus sesuatu di luar, masih di dalam kafe itu juga terlihat Veirena dengan perlahan mengeluarkan laptopnya dari taman tasnya itu dan sebuah headset untuk melakukan pekerjaan sampingannya. Ia pun langsung menyalakan laptopnya itu dan membuka sebuah aplikasi meeting lalu mengundang semua anak murid lesnya di sebuah grup les untuk ikut bergabung.
Lalu si Emmerio yang tidak sengaja melihatnya bekerja dengan laptopnya itu langsung menyadari jika Veirena saat itu sedang melakukan sebuah panggilan meeting lewat laptopnya itu, ia pun langsung menanyakannya sesuatu karena penasaran, “Kamu lagi ngapain? Pekerjaan sampingan kah?”
“Iya, ini aku juga kerja sampingan jadi guru les” jawab Veirena sambil melepaskan headset telinga kirinya itu tadi untuk mendengar pertanyaannya dengan jelas.
Emmerio yang tadinya menatap layar laptopnya sebentar lalu melihat ke arahnya kembali dan bertanya kepadanya karena masih merasa penasaran, “Owalah oke, ngajar apa?”
“Ngajar matematika” jawab Veirena singkat sambil memasang kembali headset kirinya di telinga kirinya itu dan fokus kembali menatap layar laptopnya yang saat ini tengah membuka aplikasi meeting online dengan jumlah murid yang saat ini sudah hadir yaitu lima orang dari 20 anak murid lesnya tersebut.
Emmerio langsung tersenyum senang dan menyemangatinya, “Oh bagus deh kalo gitu, semangat ya”
Veirena pun langsung tersenyum lebar karena merasa senang dan hanya bisa mengangguknya saja, lalu ia pun mengucapkan berterima kasih kepadanya dan menyemangatinya kembali sambil melihat ke arah wajahnya yang terlihat sedang tertekan itu, “Kamu juga ya, yang semangat”
“Makasih banyak ya” jawab Emmerio dengan tersenyum tipis sambil melihat ke arah Veirena.
Veirena pun meresponsnya dengan mengangguk saja sambil tersenyum lalu kembali fokus ke meeting online nya tersebut dan setelah itu mereka berdua kembali fokus mengerjakan pekerjaan masing-masing di sana.
Saat berada di taman magis tersebut, jam tangan Meirilyn sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia pun langsung berjalan menghampiri adik laki-lakinya itu. Di saat itu, cuaca terasa sangat sejuk. Angin yang bersepoi-sepoi dengan awan-awan putih yang menghiasi langit biru tersebut serta beberapa burung gereja yang sedang bernyanyi dan berterbangan ke sana kemari.
Keadaan di taman itu yang terlihat ramai dan dipenuhi oleh anak-anak SD sampai SMA itu pun membuat suasana di sana terasa hangat dan menyenangkan, selain itu pemandangan anak-anak yang asik bermain tersebut seperti sedang membangkitkan perasaan nostalgia yang ada.
Meirilyn pun berjalan menuju taman tersebut dengan melewati jalanan bertapak yang dikelilingi oleh rerumputan dan beberapa tanaman bunga liar. Lalu akhirnya ia melihat adik laki-lakinya itu yang sedang berada di bawah pohon cemara yang besar dan terletak di tengah taman tersebut, tepatnya berada di belakangnya sebuah air mancur kecil.
Ia pun akhirnya berjalan mendekati adik laki-lakinya itu, lalu ketika sudah berada tepat di depan adik laki-lakinya itu, ia pun bertanya sesuatu.
“Benar ya, daunnya berguguran” Kata Meirilyn sambil mengulurkan tangan kanannya untuk mengambil daun yang berjatuhan itu.
Ketika ia berhasil menangkap sebuah daun hijau yang jatuh ke arah telapak tangan kanannya itu, ia pun lalu kembali bertanya-tanya tentang gugurnya daun dari pohon cemara ini yang bahkan dari beberapa puluh tahun sebelumnya tidak pernah gugur sama sekali, “Istri dari pohon ini siapa ya, seingatku istrinya itu adalah seorang iblis dan memiliki simbol pohon cemara di telapak tangan kanannya”
“Kurang tahu sih, kan selama ini bayangannya berkeliaran” jawab Therion dengan tampang wajah yang percaya diri itu sambil menoleh ke arah kakak perempuannya itu.
Meirilyn dengan wajahnya yang tampak kebingungan dan tidak percaya itu pun akhirnya bertanya kepada adik laki-lakinya yang sudah terlalu percaya diri itu sambil menoleh ke arahnya, “Maksudnya? Tahu dari mana kamu?”
“Serius, tiga bulan lalu aku melihat bayangannya berada di sekitar taman ini seperti sedang mencari cara bagaimana caranya masuk kembali ke dalam pohon ini” jawab Therion dengan muka yang terlihat serius sambil menatap wajah kakak perempuannya itu kembali.
Meirilyn pun tertegun setelah mendengarkan penjelasan dari adik laki-akinya itu, ia pun berkata kembali kepadanya dengan nada suara yang meyakinkan, “Itu berarti benar saja jika ia sudah menemukan pasangannya, kalau begitu kita harus membunuh iblis itu”
Lalu adik laki-lakinya yang bernama Therion itu pun mengangguk mengiyakan apa yang baru saja diucapkan oleh kakak perempuannya lalu bertanya kembali kepadanya untuk memastikan suatu isi pikirannya yang dari tadi ia pikirkan itu, “Benar, apalagi iblis itu jahat kan?”
“Selain itu, iblis itu akan membuat semua orang yang pernah ke taman ini kehilangan sesuatu dari mereka selamanya sebagai balasan dari semua dosa orang-orang yang pernah ke taman ini” Kata kakak perempuannya itu dengan menoleh ke arahnya sambil mengangguk dan memberitahunya informasi tambahan yang tidak ia ketahui itu.
“Owalah, tapi kita aja belum tahu siapa istrinya ce” jawab adik laki-lakinya itu sambil melihat ke arah kakak perempuannya.
Meirilyn pun langsung menjawabnya dengan nada yang santai sambil dengan perlahan berjalan keluar dari taman itu dan mengajaknya pulang juga karena langit yang sudah gelap, “Yang itu nanti kita cari tahu lagi nanti, sekarang ayo kita pulang terlebih dulu. Langit sudah mulai gelap nih”
“Oke ya sudah kalau begitu” jawabnya sambil berjalan mengikuti Meirilyn dari belakangnya.
Di keesokan harinya yaitu di hari Jumat tanggal 11 Mei 20xx, saat di dalam ruangan tempatku berada di rumah sakit. Di saat itu, di jam 9.30 pagi. Aku sedang duduk di atas kasurku itu sambil menatap layar ponselku itu lalu aku melihat notifikasi pesan masuk dari kakak perempuanku. Aku pun langsung membukanya dan membacanya, ternyata ia menanyakan tentang kabarku di sini dan juga permintaan maaf karena belum bisa datang menjengukku. Untuk ini aku mengerti sih, pasti dia sangat sibuk apalagi bekerja di sebuah apotek dan juga dia kerja sampingan pula jadi guru les matematika.
Aku pun langsung membalas pesannya itu, “Iya kak, aku udah baikan kok di sini. Kabar kakak gimana?”
Sembari menunggu balasan pesan chat itu dari kakakku, tiba-tiba aku melihat seorang pria dengan perlahan sedang memasuki kamarku itu dengan menggunakan kursi roda sendirian. Ia pun melihat ke arahku sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangannya kepadaku.
Aku yang kebingungan melihatnya pun langsung saja melambaikan tanganku kembali kepadanya lalu aku dapat melihatnya mendekatiku dan berhenti di samping kiri kasurku itu, setelah itu bertanya kepadaku sambil tersenyum penasaran, “Kamu ingat aku kan?”
Aku yang tiba-tiba teringat dengan mimpiku kemarin itu akhirnya juga mengingat orang ini dan ia sangat mirip dengan bayangan malaikan yang kulihat saat itu. Aku pun langsung menjawabnya sambil tersenyum bahagia, “Iya aku ingat, kamu bayangan itu kan?”
“Iya benar, kamu pintar sekali” jawab orang itu sambil tersenyum dan juga menepuk tangannya dengan pelan.
Lalu aku pun bertanya kembali kepadanya sambil mengelus wajanya itu, “Kamu kenapa bisa tahu jika aku ada di sini?”
“Kan kamu sudah menjadi pasanganku, aku tentu tahu di mana kamu berada” jawab orang itu yang juga adalah bayangan malaikat itu.
Aku pun tertawa kecil mendengar itu, lalu bertanya kembali tentang namanya karena sebelumnya kami belum pernah berkenalan, “Oh iya, aku Nairiya dan nama kamu siapa?”
“Salam kenal, nama aku Leonardo” kata orang itu sambil mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan kepadaku dengan tersenyum manis.
Aku pun berjabat tangan dengannya sambil tersenyum lebar melihat ke arahnya.