— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 10 :
Menggunakan teleportasi membuat perjalanan yang jauh terasa begitu singkat, dalam hitungan detik sampailah mereka di sebuah tempat pemakaman. Lanna masih tidak mengerti, kebingungan tersirat jelas di wajahnya namun Lanna masih belum berkomentar apapun. Dia hanya terus mengikuti langkah guru Han dan Xavier yang entah membawanya kemana, sudah semakin dalam serta jauh dari pintu masuk pemakaman tadi bahkan ini sudah jauh dari batu-batu nisan yang di lihatnya tadi. Mata Lanna berkeliling, kepalanya celingak-celinguk melihat banyaknya hamparan batu nisan. Lanna tahu pemakaman itu di khususkan untuk siapa, yakni para penyihir di negeri ini yang tewas berguguran.
itu terlihat pada gapura tembok saat di pintu masuk tadi. Pemakaman ini juga letaknya di luar kawasan sekolah mereka. Lalu Xavier menginjak snomster berukuran kecil di tanah berumput itu, Lanna merasa agak jijik melihatnya.
"Itu tidak apa-apa kau injak?" Tanya Lanna, dia agak panik sesekali melihat ke arah belakang melihat snomster kecil yang sudah rata dengan tanah berumput.
"Itu hanya snomster rendahan, dia tidak dapat menyerang. Biasanya dia juga jadi makanan untuk snomster lain yang tingkatannya lebih tinggi," jawab Xavier terus terang.
"Oh," Lanna mengangguk paham bahwa hal makhluk semacam itu juga memiliki tingkatannya juga.
Guru Han berhenti di hadapan salah satu makam di ikuti Xavier yang juga ikut berhenti kemudian Lanna. Makam itu terlihat hanya sendirian di bawah sebuah pohon rindang, semacam di sembunyikan. Meski tubuh Serena di pakai Lanna dan isi dari tanah makam itu kosong, tentu saja guru Han tetap membuatkan tempat peristirahatan terakhir untuk Serena sebagaimana mestinya dan selayaknya seperti itu. Bagaimana pun memang Serena Lyra sudah meninggal hanya jasadnya saja yang utuh dan di pakai oleh jiwa lain. Dan di sebutkan Serena mati secara terhormat.
"Yo, kami datang!" sapa guru Han. "Aku datang bersama Xavier dan Lanna Xevellyn,"
Lanna menajamkan penglihatannya. Membaca nama di atas batu nisan tersebut dan tertera di sana, Serena Lyra beserta tanggal juga tahun lahirnya. Kini dirinya mengerti alasan kenapa guru Han serta Xavier membawanya kemari. Untuk mengunjungi makam gadis itu selain itu Lanna juga yakin mereka berdua segera mengajaknya ke pemakaman karena bertepatan setelah mimpinya semalam.
"kenapa tidak bilang jika ingin kemari? kalau tahu begini aku akan membawakan bunga untuknya," komentar Lanna, gadis itu meraba-raba sakunya seperti mencari sesuatu.
"Begitu, ya? Hahaha!" Sahut guru Han di iringi tawanya yang pecah.
Bahkan di tempat seperti ini beliau masih bisa tertawa? Pikir Lanna.
Xavier seperti sudah hafal dengan karakter gurunya jadi dia hanya bersikap cuek saja menatap datar guru Han.
"Ya, lain kali kita akan datang lagi membawakan beberapa buket bunga untuknya," kata guru Han.
Tiba-tiba ponsel guru Han bergetar, segera pria berumur 35 tahun itu meninggalkan tempat untuk mengangkat panggilan teleponnya. Tidak lupa suara tawanya yang menjadi sambutan di awal percakapannya melalui telepon.
"Maaf, ya. Aku cuma membawa ini," kata Lanna.
Dia setengah berjongkok di hadapan makam Serena, di taruhnya origami berbentuk serigala di dekat batu nisan.
Xavier memperhatikan Lanna dalam diam termasuk origami berbentuk burung yang Lanna buat tadi di kelas.
"Aku akan berbalik terlebih dahulu," kata Xavier, dia berusaha membuat Lanna leluasa mengobrol dengan makam Serena tanpa merasa risih padanya. "Akan aku tunggu sampai kau selesai bicara," namun arah pandangnya tidak lupa dalam kewaspadaan, bisa saja ada snosmter yang akan menyerang mereka entah darimana.
Lanna pun melanjutkan percakapannya dengan makam Serena.
"Hai Serena Lyra, ini aku Lanna Xevellyn. Aku Jiwa baru yang mendiami tubuhmu. Aku tidak bermaksud untuk tidak sopan, semalam aku membuka laci nakasmu dan aku menemukan banyak sekali lipatan origami berbentuk serigala yang gagal. Ku pikir kau sedang berusaha membuatnya tetapi tidak bisa, kebetulan aku bisa dan aku sudah menyelesaikannya satu untukmu. Ku harap kau akan suka,"
Hening sesaat bersamaan dengan itu angin yang sejuk pun menerpa rambut mereka berdua.
"Kau semalam datang padaku, ya? Aku minta maaf dengan tulus jika sudah membuatmu marah. Aku yakin Xavier dan guru Han sudah membicarakannya padamu alasan kenapa aku mendiami tubuhmu,"
Xavier Walters, lelaki itu diam-diam mendengarkan percakapan Lanna penuh seksama. Sementara guru Han, pria itu juga diam-diam memperhatikan Lanna dari atas pohon, berdiri di atas dahan pohon lainnya. Merasa kagum dengan sifat Lanna sekaligus merasa paham kenapa Xavier memilihnya.
"Hari ini aku ingin berbicara padamu. Aku, Lanna Xevellyn meminta izinmu. Izinkan aku untuk memakai tubuhmu, aku berjanji akan menjaga serta merawatnya dengan baik seperti kau semasa hidup. Kau tidak perlu khawatir tentang orang tuamu, mereka terlihat sangat sehat, mereka juga terlihat bahagia dan selalu menyayangimu. Aku tidak bermaksud mencoba merebut hidup serta kebahagiaanmu. Tetapi jika memang boleh, sekali lagi. Dengan segenap hati yang tulus, izinkan aku menggunakan tubuhmu untuk melanjutkan kehidupanmu dengan jiwaku," tutup Lanna, dia lalu memejamkan matanya.
Tepat setelah Lanna mengucapkan kalimat terakhirnya. Tiba-tiba saja cahaya biru yang begitu menyilaukan mata yang entah datang darimana, menyinari area makam tersebut dan membuat ledakan kecil di atasnya. Xavier yang melihat itu segera menghampiri Lanna dan merangkul bahu gadis itu bermaksud untuk melindunginya, takut jika itu sebuah tanda bahaya tetapi ternyata berbeda dari perkiraan Xavier. Lanna merasa takjub dengan cahaya-cahaya biru yang turun seperti salju dengan indahnya secara perlahan mengenai dirinya dan Xavier juga ke atas makam Serena.
Guru Han menyunggingkan senyuman masih memperhatikan Lanna kemudian melakukan teleportasi menghilang dari tempat.
Ponsel Xavier bergetar dari dalam sakunya, dia kemudian menjauhi Lanna sebentar.
"Iya, halo?" Jawab Xavier sudah mengangkat panggilan teleponnya.
"Aku hari ini memiliki jadwal lain, jadi sepertinya asisten Rosie yang akan menemani kalian. Dia sedang menuju ke sana," jelas guru Han dari seberang sana.
Xavier melirik Lanna yang masih terkagum-kagum dengan cahaya-cahaya biru yang turun perlahan bak salju, gadis itu juga menadahkan tangannya ke atas.
"Baiklah," sahut Xavier lalu mematikan panggilannya.
"Guru Han ada jadwal lain jadi untuk sementara waktu kita akan di temani oleh asisten Rosie," ucap Xavier masih menatap ponselnya lalu memasukkannya ke dalam saku celana.
Xavier menatap punggung gadis di hadapannya itu. Pikirannya sedikit berkecamuk. mungkinkah ledakan cahaya biru itu juga tanda bahwa jiwa Serena mengizinkan Lanna untuk melanjutkan kehidupannya dengan tulus? Memperbolehkan menggunakan tubuhnya? Xavier tidak tahu. Tetapi jika memang iya, Xavier merasa bersyukur.
"Xavier, origami yang ku buat menghilang!"
Xavier yang sedang terhanyut dalam pikirannya sendiri akhirnya berjalan mendekat ke arah Lanna kembali dan benar saja, kertas origami yang Lanna buat itu sudah menghilang dari tempatnya begitu saja. Lelaki itu memiringkan kepalanya menatap ke arah batu nisan, wajahnya begitu serius nampak berpikir keras. Ada sesuatu hal aneh yang terjadi.
Apakah mungkin cahaya biru tadi itu adalah origami? Tapi mustahil, pikirnya.
"Kau yakin? Bukan karena adanya sebuah angin yang berhembus?" Kata Xavier memastikan.
Bisa saja memang ada angin yang menerpa benda itu, tapi pikiran Xavier juga tidak sekaku itu. Dia juga paham dengan kebingungan yang Lanna rasakan dan jika Lanna berceloteh tentang apa yang terjadi, Xavier tidak akan menolaknya.
Sepertinya memang benar di sebabkan oleh cahaya biru tadi, pikirnya lagi.
"Aku datang untuk menjemput kalian,"
Itu asisten Rosie, dia sudah datang untuk menjemput mereka berdua tidak lupa dengan senyuman serta suaranya yang lembut.
"Xavier?" Panggil Lanna dalam bisik.
Xavier menoleh ke arah Lanna sekilas. "Hm?"
Mereka berdua mengikuti langkah asisten Rosie dari belakang untuk keluar dari area pemakaman.
"Apa asisten Rosie seperti kita juga?" Tanya Lanna.
"Indigo tetapi tidak memiliki inti sihir. Sebut saja penyihir cacat. Penyeimbang sihirnya ialah kecepatan dan seorang ahli beladiri. Dia wanita yang tangguh dan pantang menyerah,"
Kemudian Lanna cuma mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Ya, apapun sebenarnya Lanna bukan ingin berbasa-basi tentang penyeimbang sihir atau kemampuan yang di miliki asisten Rosie. Wanita itu terlihat seperti wanita yang biasa saja bagi Lanna, dia juga tidak penasaran dengan itu.
Tapi satu hal.
"Dia cantik, ya," puji Lanna kagum pada asisten Rosie.
Itu yang di maksud Lanna. Sejak bertemu untuk pertama kalinya dengan asisten Rosie, wanita itu begitu cantik baginya. Terbesit dalam pikirannya, apakah guru Han tidak jatuh cinta terhadap asisten Rosie? Kalau dirinya sudah pasti, iya.
"Padahal yang bicara juga begitu," celetuk Xavier.
Lelaki itu melangkah lebih cepat mendahului Lanna meninggalkan gadis itu dalam kebingungan.
"Maksudnya siapa? Aku?" Ucap Lanna tidak mengerti.
...****************...