S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02. MB 2
...~•Happy Reading•~...
Setelah menyerahkan Bu Dinna dan kedua anaknya kepada petugas yang sedang berjaga, polisi yang membawa Bu Dinna dan kedua anaknya dari rumah Pak Johan langsung menuju ruang pimpinan untuk melapor.
Penyidik Bram yang sedang meneliti kasus di ruang kerjanya, mempersilahkan masuk saat ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya.
"Lapor, Pak. Tugas sudah selesai kami kerjakan." Petugas penangkapan melapor dengan sikap tegap dan hormat, saat berhadapan dengan pimpinannya yang sedang melihat dia dengan serius.
"Baik. Bagaimana proses pembacaan surat wasiat, tidak menimbulkan masalah keluarga?" Tanya penyidik Bram yang menerima surat permintaan dari pengacara Darma untuk membantu proses pembacaan surat wasiat Pak Johan. Sehingga penyidik Bram menugaskan beberapa anggotanya untuk mengamankan.
"Penuh drama, Pak. Istri dan anak tiri Alm tidak terima, sebab mereka tidak kebagian warisan harta sedikit pun." Lapor petugas pengamanan lebih lanjut.
"Persoalan klaksik dalam pembagian warisan. Biarkan saja. Kita tidak usah ikut campur masalah keluarga. Kalau bikin masalah, atau bikin keributan, baru kita turun tangan." Penyidik Bram merasa lega, anggotanya sudah kembali dari tugas dengan baik.
"Justru saya mau melapor, Pak. Ada masalah dalam pembacaan surat wasiat tersebut. Bukan saja ada warisan harta, tapi juga warisan kasus kriminal. Jadi sekarang mereka ditahan...." Petugas pengamanan menjelaskan apa yang terjadi di rumah Pak Johan, agar pimpinannya bisa turun tangan.
Sontak penyidik Bram melihat anggotanya dengan serius. "Maksudmu, istri dan anak tiri Alm Pak Johan ditahan berdasarkan surat wasiat itu?" Penyidik Bram terkejut mendengar laporan anggotanya.
"Iya, Pak. Ini dokumen yang diberikan pengacara Darma kepada Pak Bram dan mohon ditindak lanjuti." Petugas pengamanan menyerahkan surat tuntutan dan bukti yang diberikan pengacara Darma kepada penyidik Bram.
"Nanti saya baca. Sekarang kau berikan garis besar kejadian yang membuat kalian langsung menahan mereka." Perintah Bram yang tidak mau membuang waktu dengan membaca dokumen tebal yang diserahkan oleh pengacara Darma.
"Begini, Pak. Istri Alm Pak Johan dan kedua anaknya..." Petugas menjelaskan tentang tuduhan yang dilayakan Pak Johan dan bagaimana proses mereka menggeledah kamar tersangka.
"Apa alat bukti cukup?" Tanya penyidik Bram serius, setelah mendengar penjelasan anggotanya.
"Siap, Pak. Lebih dari dua alat bukti. Selain cctv dan laporan medis, barang curian ada dipakai oleh tersangka." Lapor petugas penangkapan, bagaimana mereka menemukan perhiasan istri pertama sedang dikenakan oleh tersangka.
"Jadi warisan kasus diperuntukan buat istri dan anak tirinya. Warisan harta kepada anak kandungnya. Apakah anak kandung Pak Johan ada saat surat wasiat ini dibacakan?" Penyidik Bram membayangkan ketegangan dalam keluarga saat mendengar warisan dibacakan.
"Anak Pak Johan hanya satu, perempuan. Dia ada saat pembacaan harta warisan. Tapi saat pembacaan warisan kasus, dia sudah diungsikan dari ruangan, sebab masih shock, Pak." Petugas pengamanan menjelaskan lagi.
Suatu kondisi umum terjadi. Namun ada warisan kasus kriminal menarik perhatian penyidik Bram. "Baik. Saya yang akan tangani kasusnya." Penyidik Bram penasaran dengan kasus kriminal yang melibatkan keluarga inti dan dampak dari pernikahan kedua.
"Siap, Pak." Petugas penangkapan jadi bersemangat, mengetahui pimpinannya sendiri yang akan menangani kasus penuh drama tersebut.
"Kau tahan mereka di sel yang terpisah?" Penyidik Bram menindaklanjuti, sebab mulai mengerti kasus yang akan ditanganinya.
"Siap, Pak. Itu yang saya perintahkan kepada petugas jaga." Petugas penangkapan melaporkan dengan sikap sigap.
"Kalau begitu, mari kita lihat mereka sebelum diperiksa. Saya ingin memastikan kondisi mereka." Penyidik Bram memasukan dokumen yang diberikan pengacara Darma ke dalam laci meja kerja, lalu berdiri dan berjalan keluar ruangan.
Setelah di luar, mereka terkejut melihat Bu Dinna sedang menautkan pipi bergantian dengan kedua anaknya. Sikapnya menarik perhatian dan mencurigakan bagi penyidik Bram. Sontak penyidik Bram melihat petugas jaga.
"Mengapa kau berikan kesempatan untuk mereka bersama? Cepat bawa mereka ke tahanan." Petugas penangkapan memarahi anggotanya yang ceroboh, membiarkan tahanan bebas berinteraksi dan belum membawa tersangka ke sel tahanan.
^^^Petugas jaga yang ditegur terkejut dan merasa bersalah. Apa lagi melihat penyidik Bram, pimpinannya, ada bersama dan melihatnya dengan tatapan tajam, menegur tanpa suara.^^^
"Siap. Maaf, Pak." Petugas jaga meminta maaf dengan sikap tegap dan hormat.
"Pak, saya hanya minta waktu sebentar untuk pamit kepada anak-anak saya." Bu Dinna jadi emosi melihat sikap petugas penangkapan yang memarahi petugas jaga yang sudah memberikan kelonggaran padanya dan anak-anak.
"Ibu mau kemana, hingga pamit kepada anak-anak?" Tanya penyidik Bram tenang, tapi petugas jaga yang sudah mengerti, tahu penyidik Bram sedang marah atas keteledorannya dan menegur tersangka.
"Bapak tidak lihat tangan kami ini? Mau kemana lagi? Katanya polisi." Bu Dinna menggerutu dengan emosi sambil menggerakan tangannya yang terikat, tanpa menyadari sedang berbicara dengan penyidik kasusnya.
^^^Dia kesal, sebab kedua anaknya belum memberikan jawaban atau isyarat, bahwa mereka mengerti maksud ucapannya. Oleh sebab itu, rasa kesalnya ditumpahkan kepada petugas penangkapan dan penyidik Bram.^^^
"Saya kira Ibu mau naik kapal, jadi kangen-kangenan sama anak-anak." Jawab penyidik Bram tenang dan santai. Namun jawaban penyidik Bram membuat Bu Dinna mendelik ke arahnya, marah.
"Segera bawa mereka dan tempatkan di sel yang berbeda. Setelah itu, ke ruangan saya." Penyidik Bram berkata tegas kepada petugas jaga, membuat Bu Dinna dan kedua anaknya terdiam.
^^^Dalam kondisi demikian, penyidik Bram sudah melihat gerak-gerik Bu Dinna dan kedua anaknya. Sehingga sudah mengerti, arti dari sentuhan gerakan mata atau gerakan tubuh lainnya sebagai kode di antara mereka.^^^
"Raka, mari kita kembali ke ruangan saya." Perintah penyidik Bram kepada petugas penangkapan untuk mengikutinya. Penyidik Bram langsung berjalan cepat menuju ruang kerjanya.
^^^Petugas jaga langsung membawa Bu Dinna dan kedua anaknya ke sel tahanan sesuai perintah, tanpa mempedulikan Bu Dina dan kedua anaknya yang merengek dan meronta.^^^
Setelah duduk di ruang kerjanya, penyidik Bram melihat petugas Raka yang masih berdiri di depannya, menunggu perintah. "Coba jelaskan kronologis penangkapan mereka bertiga. Apa mereka tahu akan ada penangkapan malam ini, atau hanya pembagian warisan?" Penyidik Bram ingin tahu kronologis penangkapan, agar tidak ada kejadian yang tercecer dari peristiwa tersebut.
"Siap, Pak. Kalau lihat reaksi mereka di rumah, mereka hanya fokus pada pembagian warisan. Ibunya sangat emosi dan marah, sampai mengeluarkan kata-kata kasar kepada Alm karena...." Petugas Raka menceritakan proses mereka menangkap Bu Dinna dan kedua anaknya.
"Jadi sejak dari saat itu, mereka belum berkomunikasi satu dengan yang lain?" Penyidik Bram bertanya lagi, menyelidiki.
"Belum, Pak. Karna mereka bertiga terus menangis setelah ditetapkan sebagai tersangka...." Petugas Raka menceritakan tangisan dan rengean Bu Dinna dan kedua anaknya, dan menyatakan tidak bersalah.
"Jadi tadi itu, interaksi di antara mereka sejak dari rumah?" Penyidik Bram memastikan, sebab curiga dengan sikap Bu Dinna dan kedua anaknya.
...●~Kisah tentang kinerja Penyidik Bram dapat diikuti pada Novel berjudul: "Menghapus Jejak"~●...
...~°°°~...
...~●○♡○●~...