"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Pagi ini Vartan pergi ke kampus dengan lesu. Dia benar-benar tidak bersemangat dalam melakukan apa pun, tetapi tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Terpaksa dirinya tetap harus pergi ke kampus.
Vartan pun pergi ke perpustakaan, ada buku yang harus dia cari. Sejak kemarin dirinya sudah mencari beberapa tempat, tetapi tidak ada. Kemarin ada teman yang memberitahu jika di sini ada.
Saat sedang sibuk mencari buku, tanpa sengaja dia berpapasan dengan Ayara. Gadis itu mencoba untuk tidak peduli dengan keberadaan Vartan dan melanjutkan pencariannya. Tidak dipungkiri ada rasa rindu yang begitu besar pada pria itu, tetapi sebisa mungkin dia menahannya.
Ayara tidak ingin terlihat murahan di depan Vartan. Apalagi sekarang mereka juga ada di perpus, tidak enak rasanya jika menimbulkan ketidaknyamanan jadi, lebih baik berpura-pura tidak mengenal saja.
Vartan yang melihat tiga Ayara cuek pun merasa sedih. Namun, setelah dipikirkan mungkin itu adalah cara yang terbaik agar keduanya bisa melupakan perasaan yang tumbuh secara perlahan. Andai saja dia tahu ada cara agar bisa bersatu dengan Ayara, pasti apa pun akan dirinya lakukan.
"Apa aku benar-benar begitu menakutkan, hingga kamu merasa enggan untuk berada di dekatku," ucap Vartan yang sudah berada di samping Ayara.
Dia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menyapa Ayara, hingga terpaksa mendekati wanita itu. Lihat saja sekarang, Ayara begitu sinis terhadapnya.
"Pikirkan saja sendiri. Aku tidak ada waktu untuk menjelaskannya." Ayar a berlalu dari sana dan duduk di sebuah kursi yang kosong.
Vartan juga tidak mau menyerah. Dia mengikuti Ayara dan duduk di samping gadis itu. Pemuda itu berjanji akan memperbaiki hubungan mereka, lebih tepatnya persahabatan mereka. Vartan ingin mereka seperti dulu lagi dan tidak akan melibatkan perasaan lagi.
"Apakah kita tidak bisa berteman seperti dulu lagi? Kenapa kamu terus saja menghindariku?"
"Bukankah itu lebih baik untuk kita berdua? Aku tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman antara kamu dan kekasihmu. Aku juga ingin melupakan semua yang terjadi diantara kita jadi, lebih baik kita tidak dekat."
"Kita masih bisa berteman. Kenapa kamu menolak?"
"Kamu kenapa sih, Vartan? Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Bukannya kamu senang bisa jauh dariku dan bisa bersama dengan tunanganmu itu! Kenapa masih saja mengusik kehidupanku?"
"Aku hanya ingin kita berteman, Ay. Apa begitu sulit untukmu?"
Ayara memejamkan matanya sejenak. Dia berusaha untuk menetralkan hatinya dan berkata, "Aku tidak bisa berteman denganmu lagi, kecuali kalau kamu membalas perasaanku dan meninggalkan tunanganmu itu."
Vartan terkejut dan berkata, "Ay, kamu tentu tahu kalau aku ...."
Vartan tidak melanjutkan kata-katanya. Dia tiba-tiba merasa kepalanya begitu sakit, juga telinganya. Pria itu ingat jika ini adalah pertanda ada panggilan dari Raja Serigala, tetapi untuk apa pagi-pagi begini dirinya dipanggil. Kepalanya juga terasa sakit, entah pertanda apa.
"Ada apa, Vartan? Kamu kenapa?" tanya Ayara yang begitu khawatir saat melihat Vartan begitu kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Tidak apa-apa."
Vartan pun berusaha untuk menahannya. Namun, justru rasa sakitnya semakin menjadi, hingga dia pun tidak sanggup lagi dan pergi dari sana tanpa mengucapkan apa pun pada Ayara. Gadis itu pun berusaha untuk mengejar Vartan. Dia khawatir terjadi sesuatu karena tiba-tiba pria itu kepalanya kesakitan.
Ayara terus mengejar Vartan sampai di depan gedung. Namun, dia terlambat karena pemuda itu sudah menaiki motornya terlebih dahulu dan pergi dengan kecepatan tinggi. Ayara jadi takut jika terjadi sesuatu padanya. Vartan tidak pernah seperti ini. Ayara juga tidak tahu apakah pria itu punya riwayat sakit kepala.
"Apa kepalanya begitu sakit sampai dia pergi begitu saja," gumam Ayara sambil melihat ke arah di mana Vartan pergi tadi.
Dulu pemuda itu pernah sakit, tapi tidak pernah sedikit pun mengeluh. Vartan akan berusaha untuk menutupi rasa sakitnya sebesar apa pun itu agar Ayara tidak khawatir, tapi kenapa tadi merintih dan memegangi kepala.
***
Vartan pergi ke istana raja serigala. Namun, belum sampai di istana dia bertemu dengan salah seorang manusia serigala. Beberapa kali dirinya bertemu jadi sudah mengenalnya.
"Kamu mau ke mana, Vartan? Raja Serigala memanggil kita ke arah sana."
"Ada apa di sana?" tanya Vartan sambil menatap ke arah yang ditunjuk lawan bicaranya.
"Pasukan serigala merah menyerang perbatasan jadi kita harus segera ke sana. Ayo cepat pergi ke sana untuk menyelamatkan saudara kita."
Vartan mengangguk saja dan pergi mengikuti pria itu. Dia sendiri tidak mengerti kenapa terjadi peperangan. Meskipun sebelumnya Mahesa pernah cerita akan terjadi seperti ini, tetap saja dirinya merasa asing dengan semua ini.
Begitu keduanya sampai di perbatasan, benar saja antara serigala murni dan serigala merah terjadi peperangan. Ada beberapa diantara mereka yang sudah tumbang dan bersimbah darah. Ada yang sudah mati dan ada pula yang masih sanggup bertahan dan pergi menyelamatkan diri.
Hal itu semakin membuat darah dalam diri Vartan memuncak. Ada rasa tidak terima saat melihat saudaranya yang tidak berdaya seperti itu.
"Kurang ajar!" seru Vartan yang kemudian ikut menyerang lawan.
Beberapa kali dia hampir terkena pukulan, untungnya masih bisa menghindar. Tampak Mahesa juga ikut menyerang lawan dengan tubuh yang sudah terluka di bagian lengan. Vartan juga melihat Alexa, tetapi anehnya gadis itu justru ada di belakang pasukan serigala merah.
Dalam hati dia bertanya-tanya, apakah Alexa sedang mendukung lawan. Memang benar jika gadis itu mencintai salah satu manusia serigala merah, tetapi bukan berarti di saat seperti ini juga membela mereka. Vartan tidak habis pikir bagaimana leluhur mereka saat ini. Pastinya merasa sedih karena cucunya telah bersama dengan musuhnya.
"Oh, jadi kamu yang namanya Vartan, pria yang akan dijodohkan dengan Alexa?"
Vartan mengerutkan keningnya karena merasa tidak mengenali siapa yang ada di depannya. Bertemu juga baru kali ini.
"Tidak perlu merasa heran. Aku sering mendengar namamu. Alexa yang selalu menceritakannya padaku."
Vartan berdecih sinis karena tahu siapa pria itu. "Jadi kamu kekasih Alexa."
"Jawabanmu benar. Namaku Abir, kekasih Alexa yang merupakan bangsa serigala merah. Aku peringatkan padamu supaya kamu menyerah saja. Kami tidak akan menyakitimu dan kamu juga bisa hidup dengan bebas," ujarnya dengan nada sombong.
Vartan terkekeh sinis dan berkata, "Aku lebih baik menjadi korban di sini daripada harus bergabung dengan kalian."
"Lalu apa hebatnya bergabung dengan mereka? Kamu tidak akan jadi apa-apa. Apa kamu tidak sadar jika gara-gara merekalah kamu harus bergabung dengan bangsa mereka. Seharusnya saat ini kamu bisa hidup tenang dengan tetap menjadi manusia sesungguhnya," ujar Abir yang berusaha untuk mempengaruhi Vartan.