NovelToon NovelToon
Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintamanis / Murid Genius / Angst
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: yellowchipsz

Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.

Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.

Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Terkalahkan!

...٩꒰。•‿•。꒱۶...

...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...

...© Yellowchipsz...

...—Sebilah penghujam melindungi tuannya.—...

...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...

"Diktaaa!" panggil Saila sebagai tanda menangisi keadaan Lingga yang mengerikan, juga keadaan Puri yang gemetaran hebat memangku tubuh Lingga.

Arjuna kaget ketika baru menyadari kehadiran Dikta yang datang kemari. Padahal, niatnya Arjuna ingin mengajak semuanya pergi sebelum Dikta datang gara-gara telepon dari Saila. Namun, kalau Dikta sudah datang segesit ini, berarti Dikta memang masih berada di sekitar lingkungan sekolah.

Mendengar Saila meneriaki nama seorang Dikta, Puri meluapkan semua emosi buruknya yang tertahan sejak tadi, sampai menangis panjang memeluk Lingga yang sekarat.

Dikta bertanya pada Arjuna dengan nada gemetar, "Jelaskan, ini apa?"

Parahnya, beberapa berandal masih lanjut menendangi badan Lingga sampai Puri dan Saila menjerit histeris.

"BRUNOOO!!!" amuk Dikta tak menerima kegilaan di depan matanya.

Bos dari geng Skull itu terperanjat. Dia sudah terlalu asyik dengan kegilaannya sampai tidak menyadari kehadiran Dikta. Aksi pukul dan tendang pun berhenti.

"Hello, Bro Dikta. Sejak kapan melihat permainan kami?" sapa Bruno mencoba tenang walau bibirnya berubah gemetar. "Udah minat gabung geng Skull?" tawarnya tanpa dosa.

Dikta masih dalam diam mencekam diiringi hawa yang makin kencang.

Bruno mengeluarkan sebatang r*kok dan menghidupkan apinya. "Gue cuma ngejalanin perintah Arjuna. Kalau pun harus bertanggung jawab, itu Arjuna, bukan gue," elaknya mengembuskan asapnya kasar.

"Arjuna yang nyuruh lo?" tanya Dikta seraya hati tersayat sembilu.

"Iya. Kenapa? Lucu, kan?" kekeh Bruno, "Dunia bisa berputar dengan mudah jika ada uangnya, Dikta."

Air mata Dikta masih tertahan pada lensa netranya. "Lucu dan bodoh," balas Dikta dengan amatan menempur pada Bruno, lalu lanjut menatap sesak ke arah Arjuna yang sedang membuang muka.

"ARJUNA!!!" bentak Dikta tidak kuasa, "LO PURA-PURA LUPA SAMA KELAKUAN BRUNO YANG BULLY LO DULU?! APA LO NGGAK BENCI SAMA DIA?! LO SUDI NGASIH UANG LO BUAT HAL HINA BEGINI?!"

Arjuna yang semula berwajah cemas, kini malah tersenyum sebagai ungkapan bangga sudah melemahkan hati Dikta. Seketika rasa takutnya sirna ditelan alam, karena seharusnya Arjuna juga memang tidak perlu takut atas derajat tinggi yang dia miliki di kehidupannya.

"Orang yang paling gue benci di sini adalah elo, Radikta Manik!" ungkap Arjuna yang merangkul paksa badan Saila sampai menghimpit padanya.

"Kenapa?" tanya Dikta muak atas sikap Arjuna, "Kenapa lo nyakitin Lingga, bukan nyakitin gue langsung?!"

"Lingga terlalu mudah dibodohi," jawab Arjuna tertawa membenci. "Dengan gue cuma nyebut nama lo dikit ... DIK-TA, mereka kayak terhipnotis dan langsung nurutin ajakan gue. Wow! Lo amat berharga di mata Puri dan Lingga. Juga karena mereka sahabat lo, berarti mereka penting 'kan buat lo. Lagian, Lingga pantes nerima ini."

Rinai hujan mulai berdatangan, jatuh membasahi atap bidang.

Dikta menunduk dengan pikiran mengharu-biru, menyalahkan dirinya sendiri atas hal yang terjadi pada Lingga dan Puri. Namun, dari kejadian ini, Dikta jadi tahu jika Arjuna benar-benar sudah rusak.

"Hujan nggak ragu jatuh ke bumi berkali-kali demi denyut yang berarti. Lo, jatuh satu kali malah hilang hati!" tekan Dikta sakit atas kelakuan Arjuna.

Arjuna balas membentak, "Gue jatuh satu kali, tapi hidup gue hampir berakhir waktu itu, dan lo nggak bisa ngerasain jadi gue!!! Sekarang lo nggak akan bisa nemuin gue yang dulu di versi gue yang sekarang!"

"Oh," kata Dikta ingin menebak. "Apa karena kata CUPU yang dilontarkan Lingga?" tanya Dikta dengan mata berair. Dikta makin tidak akan menerima semua ini jika itu yang menjadi pemicu.

Arjuna hanya diam dengan ekspresi membenarkan.

Membatin sakit hati Dikta, Bang Dirham..., maafin adek lo yang nakal ini. Gue akan mukul orang lagi demi mereka yang harus dilindungi.

Dikta menggepuk-gepuk dada kirinya yang sesak. Dia membanting tasnya, lalu melempar bogeman mentah ke arah Arjuna sehingga Saila terbebas. Dikta tidak bisa memaafkan perbuatan mereka. Dia membuang badan Arjuna ke arah Bruno sampai ambruk bersamaan.

Suara beberapa papan kayu yang roboh memekakkan telinga dan menambah ketegangan atmosfer sekitar.

Saila berlari dan segera menyadarkan Puri yang masih tertekan akibat ulah para berandal itu. "Puri!" cemas Saila menggoyangkan badan Puri yang lemas bereaksi, "Kita bawa Lingga ke rumah sakit!"

Gerimis menderas berjatuhan mengguyuri semua nyawa di atas atap.

Sudah begitu kelaparan jiwa Dikta ingin melepaskan kemarahannya untuk sekelompok manusia tak punya adab itu. Dia mengamuk di sana menunjukkan kuasanya yang tidak bisa dilawan oleh berandal gila sekali pun. Tak terkalahkan!

Pukulan dari Dikta mendominasi melebihi amukan hujan membuat berandal lainnya kabur berjempalitan dari lokasi, menyisakan Arjuna dan Bruno yang jatuh tiarap di dekat kaki Dikta.

Arjuna berhasil menendang kaki kanan Dikta, tapi langsung dibalas Dikta dengan serangan tak ada ampun. Dikta menghantamkan muka Arjuna ke lantai atap yang kasar sampai mengucur darah dari hidung Arjuna. Tak lupa ia memelintir lengan kanan Arjuna dengan amarah yang melimpah.

"Aaaakh! Ber-henti, Dikta!" mohon Arjuna terbatuk kesakitan. Arjuna hanya bisa mengharapkan Bruno yang akan menyerang Dikta dari belakang.

Bruno segera menancapkan sebuah kayu dengan ujung runcing ke bagian punggung Dikta.

..

Dikta terdiam bermandikan hujan yang mulai membasahinya.

Semula Bruno tertawa atas keberhasilannya menyerang Dikta. Namun, beberapa detik berikutnya, Bruno ketakutan histeris saat melihat bagian ujung kayu yang runcing malah menancap pada daging telapak tangan kanannya sendiri.

"AAAA!!!" teriak Bruno kesakitan dan mencabut paksa kayu itu dari tangannya, darahnya merembes deras. Dia terjatuh gemetaran menyaksikan punggung Dikta terlindungi oleh sebilah pedang mengilap di genggaman Dikta, yang entah sejak kapan munculnya.

Dikta berdiri menguasai Arjuna dan Bruno yang menggila dengan permohonan maaf. "Kalian harus mati," murka Dikta dengan tatapan memangsa dan ingin menginjak kepala keduanya.

Langit mengamuk dengan gemuruhnya hingga basah seluruh badan akibat tangisan kapas-kapas kelabu.

"Aaaaa!!!" Arjuna dan Bruno berdengking histeris melihat wujud di atas mereka seperti bukan penampilan Dikta biasanya, melainkan sosok gagah dengan mahkota berwarna gold yang menodongkan sebuah pedang pengancam jiwa. Entah itu hanya pandangan mereka yang terlalu takut, atau ilusi dari hujan.

"Diktaaa!!!" Teriakan Puri makin merana saat melihat Lingga sesak kesakitan.

Dikta kembali mengontrol diri, lalu air matanya berjatuhan banyak sekali. Yang utama bagi Dikta sekarang adalah Lingga, maka Dikta meninggalkan Arjuna dan Bruno yang kejerian pergi dari atap.

Arjuna merasakan sakit yang amat menyiksa di dekat lehernya sampai kesulitan bernapas. Dia sudah tak kuat bergerak hingga dibantu oleh Bruno yang tangannya terluka parah.

"Lingga!" sesak Dikta menghampiri tubuh Lingga yang ingin menggapainya.

"Sa-kit ...," adu Lingga tentang rasa di tubuhnya yang mengalami keretakan masal. Jemari Lingga masih sempat menghapus air mata Dikta yang membanjir.

Tangisan Puri diiringi tangisan Saila yang berlomba dengan hujan.

Dikta menangisi gips yang sudah tak terpasang rapi lagi di lengan kiri Lingga. "Maafin gue. Maafin gue, Ga!" sesal Dikta, lalu membawa tubuh Lingga ke punggungnya dibantu oleh Saila dan Puri.

Bersambung ... 👑

1
Pompon
buku kematian /CoolGuy/
💫0m@~ga0eL🔱
kok jadi gitu siihh/Sleep//Scowl/
💫0m@~ga0eL🔱
puri jorok aahhh /Sleep/
💫0m@~ga0eL🔱
knp gurunya kayak Oma kenal y. Lee dong Wook bukaann 🤦
💫0m@~ga0eL🔱
yg lucu authornya /Joyful/
💫0m@~ga0eL🔱
kasiaann /Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱
tata/Doubt/ masa cowok dipanggil tata /Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱
guru dan murid jadi kontroversi niih /Joyful/
ChaManda
heh aku jugaa mauuu gabung donggg /Sob/
.......
semangat terus kak chip 😊😊😊
youryaya 🦕
menunggu kelanjutannya cintahku🥰🥰🥰🥰🥰🥰🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️
youryaya 🦕
AKU NGAKAK TP TAKUT 🤣🤣🤣🤣🤣😭😭😭😭😭🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️
youryaya 🦕
Astagpirullah😭😭😭😭siapaaa inihh pelakunya
youryaya 🦕
BENERAN SEBIJI LAGI PANGSITNYA 😭😭😭😭😭😭
youryaya 🦕
Nek, liat Tata nek 😃😃😃😃😭😭😭
youryaya 🦕
YANG BENER AJA 😰😰😰
youryaya 🦕
takutnya nanti kamu bakar buku itu Ta 😭😭😭😭
youryaya 🦕
kenapasiii harus dilarang bang😭😭💔💔💔 gpp dikta tau
youryaya 🦕
dikta pasti hampa banget skrg gabisa cerita cerita lagi ke bang dirham😭😭😭😭💔💔
youryaya 🦕
ternyata dikta pernah suka sama Puri 😭😭😭😭 kirain cuma puri aja yg suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!