Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Tidak bisa membencinya
Maxime tampak menegang saat seorang wanita berpakaian sexi memeluk tubuhnya. Pria itu segara mendorong wanita itu dengan cukup kasar."Apa-apaan ini?," ujar Maxime dengan intonasi cukup keras dan tatapan yang begitu tajam pada wanita itu yang hampir saja terjatuh akibat dorongan dari Maxime.
Kejadian itu mengundang perhatian para pengunjung tempat gym itu. Namun Maxime masih menatap wanita itu dengan tatapan tajam. Ia benar-benar kesal karena tiba-tiba saja wanita ini memeluknya.
"Max...kau mendorongku?. Apakah kau tidak mengingatku?," tanya wanita itu masih berusaha untuk mendekati Maxime.
Maxime diam saja karena ia memang tidak mengenal wanita ini. Tapi bagaimana dia mengenalinya.
"Max... hampir setiap hari aku datang kesini mencarimu. Kau tidak ingat dengan malam panas yang kita habiskan bersama sembilan bulan yang lalu di ruanganmu, ditempat ini?," ujar wanita itu mengedipkan sebelah matanya berusaha untuk menggoda Maxime.
Maxime menggeleng pelan. Ia tidak mengenali wanita itu karena begitu banyak wanita yang sudah bermain dengannya. Tapi ia hanya memakai wanita itu satu kali saja dan ia juga tidak pernah memperhatikan wanita yang ia tiduri. Karena ia hanya berniat bersenang-senang bukan bermain hati.
"Max...kau benar-benar jahat. Aku--
"Max kau datang?," ujar Damian yang baru saja datang dari luar menghampiri sahabatnya itu namun Maxime diam saja tidak menyahuti ucapan sahabatnya itu.
"Ada apa ini?," tanya Damian menatap satu persatu orang yang ada dihadapannya. Pria itu mengerutkan keningnya saat melihat seorang wanita berada tepat dihadapan Maxime. Wanita yang merupakan pengunjung tetap tempat ini.
"Kau urus wanita ini Dam!," jawab Maxime segara berlaru meninggalkan wanita itu yang terus meneriaki namanya dan juga Damian berserta Manager tempat usahanya ini.
"Hai...ada apa? apa yang terjadi Marco?," tanya Damian pada sang manager.
"Tuan, Nona ini tadi tiba-tiba saja memeluk Tuan Max. Dan itu membuat Tuan Max murka," jawab pria yang bernama Marco itu.
"Kau... sebaiknya kau jangan lagi mendekati mantan cassanova itu. Dia tidak akan tergoda dengan penampilanmu ini. Jadi lupakan keinginanmu untuk bisa naik ke atas ranjangnya," ujar Damian pada wanita itu yang terlihat kesal karena Maxime mengabaikannya padahal ia sudah menunggu sejak lama hari ini tiba. Tapi Maxime malah menolaknya bahkan tidak mengenalinya. Sejak malam panasnya bersama Maxime saat itu ia begitu ingin memiliki pria itu seutuhnya. Tapi sejak malam itu ia tidak lagi menemukan keberadaan Maxime.
Sementara itu di ruangannya Maxime menghempaskan tubuh diatas sofa yang ada di ruangannya ini. Ia memijit kepalanya, begitu banyak wanita yang sudah ia tiduri bahkan ia tidak pernah mengingatnya sudah berapa banyak yang naik keatas ranjangnya. Jika Amelia tahu masa lalunya apakah gadis itu mau menerimanya. Dia memang bukan pria baik dan ia mengakui itu. Tapi sekarang ini ingin menjadi orang yang lebih baik dan menutup kisah kelam hidupnya dimasa lalu. Dan ia ingin menata hidup yang lebih baik bersama gadis yang ia cintai, gadis yang berhasil mengubah pandangan hidupnya tentang sebuah komitmen rumah tangga.
"Max...siapa wanita itu?," tanya Damian memasuki ruangan Maxime setelah berhasil mengusir wanita itu.
"Kau sudah mengusirnya?," jawab Maxime kembali bertanya.
"Ya...," angguk Damian. Pria itu duduk disebelah Maxime menatap sahabatnya itu dengan tajam.
"Dia siapa Max?. Jangan bilang kau kembali--
"Aku tidak mengenalinya," jawab Maxime dengan jujur. Ia memang tidak mengenali sama sekali siapa wanita tadi.
"Kau yakin Max?. Lalu kenapa dia mengenalimu?," tanya Damian menyipitkan matanya menatap Maxime yang terlihat cuek saja.
"Entahlah," jawab Maxime.
"Oh ya apakah Kakek masih mencari keberadaan Amora?," tanya Maxime mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku juga tidak pernah lagi datang ke markas setelah penyerangan kalian malam itu. Jika kau tidak ada disana aku juga malas untuk sekadar datang kesana. Aku bergabung dengan Kakek Armand itu karena ajakan kau Max," jawab Damian.
"Oh ya aku juga heran, kemana perginya gadis itu?," gumam Damian yang tampak berpikir keras. Ia merasa aneh dengan menghilangnya Amora yang tidak bisa ia dan Maxime selidiki.
Maxime tampak diam saja tidak begitu menanggapi ucapan sahabatnya meski ia mendengarnya.
"Dan kau Max, kenapa kau tidak panik Amora menghilang. Kamu kan sudah tahu jika Amora itu adalah Amelia, gadis yang kau cintai. Aku yakin kau pasti tahu dimana Amora. Ayo mengaku!," tuduh Damian.
Maxime menggeleng pelan."Aku tidak tahu," jawab Maxime.
"Ck...kau ini masih saja berbohong," ucap Damian berdecak kesal.
"Oh ya besok temani aku ke Hamburg," ucap Maxime tiba-tiba.
"Nenek tua itu masih hidup?," tanya Damian. Maxime memang mengirim saudari kembar Grandmanya ke salah satu kota di Hamburg sembilan bulan yang lalu.
"Dia sekarat. Aku tidak ingin dia menghadapi kematiannya secepat ini. Dia harus jauh menderita, apa yang dia lakukan pada Grandma jauh lebih kejam," jawab Maxime.
"Grandmamu tahu ini Max?," tanya Damian.
"Hanya kau dan aku yang tahu, Dam. Grandma tahunya saudari kembarnya sudah meninggal dan memberikan satu ginjalnya padanya," jawab Maxime.
"Kau jauh lebih kejam daripada Kakek Armand, Max. Pantas kau menjadi cucu kesayangannya," ujar Damian.
"Kau mau menemaniku?," tanya Maxime tanpa menanggapi ucapan Damian.
Damian berdiri dari duduknya lalu mendudukkan bokongnya di kursi meja kerjanya."Aku ikut, tapi-- malam ini kita ke club dan bersenang-senang," jawab Damian. Senang-senang dalam artiannya adalah minum minuman keras. Damian meski mengelola Club milik Maxime, pria itu tidak lagi bermain wanita setelah menikah dan punya anak.
Maxime menggeleng pelan." Aku tidak mood untuk datang kesana," jawab Maxime. Dari pada ia datang ke club lebih baik ia ke pulau menemui Amelia. Tapi ia tidak akan melakukan, ia ingin memberikan ruang untuk gadis itu berpikir.
"Baiklah, aku ikut kau besok Max," ucap Damian. Ia tidak punya alasan untuk menolak permintaan sahabatnya ini.
"Oh ya kau mau cek langsung berkas ini atau--
"Aku ingin mengecek tempat ini Dam," jawab Maxime.
"Ayo kalau begitu aku temani," ucap Damian berdiri dari duduknya.
***
Amelia duduk sendiri di balkon kamarnya, sudah dua hari Maxime tidak datang kesini. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat akan pria itu.
"Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya?," gumam Amelia lalu menyesap jus mangga miliknya perlahan.
Amelia menghela nafas beratnya lalu berdiri dari duduknya memegangi pagar pembatas. Ia membiarkan angin menyapu wajah dan rambut panjangnya. Jujur ia merindukan Maxime tapi rasa kecewanya pada pria itu jauh lebih besar dari rasa rindunya.
"Max... kenapa aku tidak bisa membencimu," batin Amelia.
...****************...
Dua bab ya, author lagu baik hati.
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman