NovelToon NovelToon
Between Two Alpha’S

Between Two Alpha’S

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Manusia Serigala / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Two Alpha's And Mate

Elowen dan Valerie memasuki pusat toko pakaian bersama. Valerie tampak bersemangat, matanya berbinar saat mengamati koleksi pakaian terbaru yang dipajang dengan elegan. Sementara itu, Elowen, meski akrab dengan kemewahan karena sering menemani Valerie, memilih lebih tenang. Ia lebih suka mencari sesuatu yang sederhana dan sesuai dengan gayanya.

"El, aku mau lihat koleksi eksklusif dulu," kata Valerie sambil tersenyum. "Kalau mau cari bajumu sendiri, nggak apa-apa, ya?"

Elowen mengangguk dengan santai. "Oke, aku lihat-lihat ke bagian lain dulu, Val."

Valerie tersenyum lebar, dan langkahnya menuju ke arah yang lebih privat segera diikuti oleh Loreon, yang sejak awal tidak lepas dari sisinya. Dengan gaya khasnya yang dingin, Loreon tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi tatapannya sesekali menyapu ruangan, memastikan tidak ada gangguan yang mendekati Valerie.

Elowen menatap mereka sejenak sebelum memutuskan untuk menjauh. Ia tahu Valerie pasti akan sibuk memilih pakaian mahal, sementara ia sendiri merasa lebih nyaman mencari sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya. Meski tidak sering, Elowen kadang pergi ke acara malam seperti party atau bar bersama teman-temannya. Maka, kali ini ia berniat mencari pakaian yang sedikit lebih seksi dan terbuka—sesuatu yang khas untuk acara-acara santai namun tetap stylish.

Dengan langkah ringan, ia berjalan menuju rak pakaian yang memajang dress-dress mini dan crop top berpotongan berani. Tangannya menyentuh sebuah dress hitam yang pas badan dengan belahan samping tinggi. "Ini cukup menarik," gumamnya sambil memeriksa ukuran dan harga. Ia tersenyum kecil, membayangkan pakaian itu akan sempurna untuk dikenakan di acara party temannya akhir pekan nanti.

Valerie melangkah menuju area koleksi eksklusif, langkahnya ringan namun penuh percaya diri. Loreon mengikutinya dari belakang dengan ekspresi datar, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Suasana di sekitar mereka penuh dengan pelanggan yang sibuk memilih pakaian, tetapi perhatian Loreon hanya tertuju pada Valerie dan perbincangan singkat mereka.

"Kenapa temanmu tidak ikut mencari bersamamu?" tanya Loreon tiba-tiba, suaranya tenang namun tajam.

Valerie menoleh sedikit, tersenyum kecil. "Kau tidak akan mengerti bagaimana kehidupan Elowen," jawabnya sambil memeriksa sebuah gaun elegan yang tergantung di dekatnya. "Dia merasa semua gaun di sini terlalu mahal untuknya, padahal aku yang membelikan untuknya."

Loreon menaikkan alisnya, sedikit tidak percaya. Ia melirik salah satu label harga yang tergantung di pakaian di depannya. "Mahal?" katanya sambil membaca angkanya. "Tidak juga, standar saja." Ia menunjuk angka pada tag harga itu, memperlihatkan enam nol di belakang angka utama.

Valerie terkekeh pelan. "Menurutmu, iya. Tapi bagi Elowen, itu berbeda."

Loreon hanya mendengus kecil sambil melirik gaun lain. "Acara apa yang akan kau datangi malam ini?" tanyanya, mengubah topik.

"Acara reunian kuliahan," jawab Valerie santai sambil mengangkat bahu. "Semua alumni dari kampusku diundang."

Loreon menyipitkan matanya, setengah tersenyum. "Semacam pesta rakyat, ya?" sindirnya dengan nada setengah bercanda.

Valerie menoleh ke arahnya, tersenyum geli. "Semacam itu, mungkin. Tapi jangan remehkan, Loreon. Acara seperti ini bisa jadi lebih mewah daripada yang kau bayangkan."

Loreon mengangguk kecil, matanya tetap memperhatikan Valerie. "Kita lihat saja nanti," gumamnya sambil melangkah mengikuti Valerie yang sudah kembali sibuk memilih gaun.alerie melangkah menuju area koleksi eksklusif, langkahnya ringan namun penuh percaya diri. Loreon mengikutinya dari belakang dengan ekspresi datar, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Suasana di sekitar mereka penuh dengan pelanggan yang sibuk memilih pakaian, tetapi perhatian Loreon hanya tertuju pada Valerie dan perbincangan singkat mereka.

"Kenapa temanmu tidak ikut mencari bersamamu?" tanya Loreon tiba-tiba, suaranya tenang namun tajam.

Valerie menoleh sedikit, tersenyum kecil. "Kau tidak akan mengerti bagaimana kehidupan Elowen," jawabnya sambil memeriksa sebuah gaun elegan yang tergantung di dekatnya. "Dia merasa semua gaun di sini terlalu mahal untuknya, padahal aku yang membelikan untuknya."

Loreon menaikkan alisnya, sedikit tidak percaya. Ia melirik salah satu label harga yang tergantung di pakaian di depannya. "Mahal?" katanya sambil membaca angkanya. "Tidak juga, standar saja." Ia menunjuk angka pada tag harga itu, memperlihatkan enam nol di belakang angka utama.

Valerie terkekeh pelan. "Menurutmu, iya. Tapi bagi Elowen, itu berbeda."

Loreon hanya mendengus kecil sambil melirik gaun lain. "Acara apa yang akan kau datangi malam ini?" tanyanya, mengubah topik.

"Acara reunian kuliahan," jawab Valerie santai sambil mengangkat bahu. "Semua alumni dari kampusku diundang."

Loreon menyipitkan matanya, setengah tersenyum. "Semacam pesta rakyat, ya?" sindirnya dengan nada setengah bercanda.

Valerie menoleh ke arahnya, tersenyum geli. "Semacam itu, mungkin. Tapi jangan remehkan, Loreon. Acara seperti ini bisa jadi lebih mewah daripada yang kau bayangkan."

Loreon terus mengikuti Valerie yang sibuk melihat-lihat gaun. Sesekali, pria itu melirik dengan tatapan tajam, seperti sedang menilai setiap hal yang dilakukan Valerie. Ketika Valerie berhenti di salah satu rak yang memajang koleksi gaun malam, Loreon memecah kesunyian.

"Berapa banyak pria yang akan ada di sana?" tanyanya dengan nada datar, tapi jelas ada maksud terselubung dalam pertanyaannya.

Valerie menoleh sambil tersenyum kecil. "Tergantung, Loreon. Tidak terhitung, namanya juga dunia manusia," jawabnya santai sambil kembali memeriksa sebuah gaun.

Loreon tidak langsung merespons. Sebaliknya, ia mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik cepat. Valerie memperhatikan dari sudut matanya, sedikit penasaran tapi tidak terlalu memikirkannya. Begitu Loreon selesai mengetik, ia langsung mengirimkan pesan ke seseorang di seberang sana. Siapa pun yang menerima pesannya, jelas ini bukan hal sepele.

Tak lama, Valerie mengambil sebuah gaun berwarna merah marun. Modelnya elegan, dengan punggung yang cukup terbuka, meski tidak terlalu vulgar—hanya memperlihatkan area dari leher hingga pundaknya. Ia membentangkan gaun itu di depannya, membayangkan bagaimana ia akan terlihat saat memakainya.

Loreon, yang sejak tadi mengawasi, menatap Valerie tajam. "Kau tidak dibolehkan memakai pakaian terbuka oleh Alpha," katanya dengan suara tegas, jelas bukan saran melainkan sebuah peringatan.

Valerie mendesah, menurunkan gaun itu sedikit untuk menatap Loreon. "Kau tenang saja, ini sudah paling tertutup kok," balasnya dengan nada santai, seolah tidak peduli dengan teguran itu.

Namun Loreon tidak terlihat puas. Ia hanya menatap gaun itu, lalu Valerie, dengan pandangan penuh arti. Valerie tersenyum kecil, menggantungkan gaun itu di lengannya, lalu melangkah lagi. Meski ia tahu Loreon selalu serius, ia tidak akan membiarkan pria itu mengatur terlalu banyak hal tentang pilihannya.

Valerie berhenti sejenak di dekat cermin besar, memeriksa gaun yang baru saja ia pilih. Ia melirik Loreon melalui pantulan cermin, melihat pria itu masih berdiri di belakangnya dengan wajah datar. Ada rasa penasaran yang mendesak di pikirannya, dan akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.

"Omong-omong, Loreon," Valerie memulai dengan nada santai, tapi penuh arti. "Kau tidak ingin memberitahuku sesuatu selama kau bersama kami?"

Loreon, yang sedang menggulir ponselnya, mengangkat alis dan menatap Valerie sekilas. "Aku tidak punya hal istimewa yang perlu ku beritahu padamu, Luna," jawabnya dingin, sambil kembali fokus ke ponselnya.

"Kau yakin? Tidak ada sama sekali?" Valerie mendesak, nadanya tetap ringan tapi ada kesan menggoda.

Loreon mendesah pelan, memasukkan ponselnya ke saku. "Tidak ada sama sekali."

Valerie tersenyum kecil, tapi kali ini tatapannya lebih tajam. "Seperti Elowen, misalkan?"

Mendengar nama itu, Loreon langsung menatap Valerie dengan alis sedikit mengernyit. "Tentu saja tidak ada. Aku saja baru mengenal temanmu," katanya, suaranya mulai menunjukkan tanda-tanda kesal. "Kenapa kau bertanya padaku seperti itu?"

Valerie mengangkat bahu dengan ekspresi polos. "Tidak ada sih," katanya, nada suaranya ceria. "Aku cuma mau memberitahumu saja kalau aku sudah mendapatkan gaunnya. Kau bisa menemui Elowen sekarang, kan?"

Loreon mengerutkan dahi. "Kenapa aku harus menemuinya? Kau saja, dia kan temanmu," balasnya dengan nada dingin.

Valerie terkekeh kecil, tapi kemudian ia memutar tubuhnya untuk langsung menatap Loreon. "Kau tahu dia pasti akan memilih gaun yang sangat terbuka dan seksi, kan?" katanya serius. "Setiap kali aku mencoba memberitahunya, dia selalu menolak dengan keras."

Loreon tidak menjawab, hanya menatap Valerie dengan pandangan bertanya-tanya, tapi Valerie melanjutkan, seolah sengaja memancing reaksinya.

"Kau tahu kan bagaimana kebiasaan Elowen? Suka memilih pakaian dengan area renda rendah yang menampilkan bagian depan dan punggung belakangnya yang seksi. Dan bagaimana semua lelaki di sekitarnya pasti akan langsung tertuju padanya?"

Loreon menghela napas panjang, rahangnya sedikit mengencang. Valerie tahu ia telah berhasil mengusik pria itu. "Aku ingin kau memberitahunya untuk tidak memakai pakaian seperti itu," lanjut Valerie, matanya masih menatap Loreon penuh arti.

Loreon menggeleng pelan, tapi ada sesuatu di balik tatapan matanya yang sulit ditebak. "Dia bisa memilih sendiri pakaiannya, Luna. Aku tidak tertarik mencampuri," katanya, meski nada suaranya terdengar lebih tegang dari sebelumnya.

Namun, Valerie hanya tersenyum kecil, seperti mendapat kepastian yang ia cari dari reaksi Loreon. "Kalau kau bilang begitu," gumamnya pelan, lalu kembali fokus pada gaunnya.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!