Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seseorang
Malam semakin larut. Seseorang mengendap dalam kegelapan menuju sebuah rumah yang telah lama ia tinggalkan.
Seorang wanita paruh baya menggeliatkan tubuhnya dengan sangat kuat. Ia terlihat bagitu banyak masalah untuk akhir-akhir ini, apalagi keuangannya sangat semakin menipis.
Tafasya yang ia jadikan sandaran menghilang entah kemana. Sedangkan Bondan yang ia percaya sebagai menantu kaya, kini berubah menjadi miskin dan juga menghilang entah kemana.
Ia merasakan sesak ingin buang air. Lalu beranjak dari ranjangnya untuk pergi ke kamar mandi yang terpisah dari kamarnya, sebab saat ini ia sedang menjaga Tony puteranya yang selalu merengek kesakitan karena tulang hidungnya yang patah.
Ia menghdupkan saklar untuk menerangi ruang tengah.
Taaak...
Lampu menyala dengan sangat terang.
Saat bersamaan ia dikejutkan oleh seseorang yang berdiri tegak tak jauh dari tempatnya. "Hah, setan!" pekiknya ketakutan. Sebab ia tahu jika sosok yang berada dihadapannya sudah tewas.
Ia menggosok kedua matanya untuk memastikan jika yang berada dihadapannya hanyalah sebuah halusinasinya saja.
Seketika ia tak lagi melihat sosok pria yang sudah lama ia anggap tewas tersebut.
Ia mengusap dadanya karena menganggap itu hanyalah rasa ketakutannya saja. Ia sudah jelas jika saat itu pria yang ia racuni sudah tewas, dan tidak mungkin hidup kembali.
"Untung hanya halusinasiku saja!" gumannya. Lalu beranjak menuju kamar mandi untuk menyampaikan hajatnya.
Sementara itu, Tony tampak tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia merasakan sesak didadanya karena tanpa ia sadari, sebagian cairan pekat berwarna merah tua itu masuk ke paru-parunya saat kejadian itu terjadi.
Ia tidur mengorok karena dan sesekali terbangun karena tak dapat menahan rasa sakit yang dideritanya.
Ia terbangun, lalu mengerjapkan kedua matanya. Dalam samar ia melihat seseorang berdiri tegak menatapnya.
"Aaaa... Setaaaan!" teriaknya ketakutan dengan wajah memucat. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan tak ingin menatap sosok dihadapannya.
Suara teriakan Tony membuat Ani bergegas menyelesaikan hajatnya dan menghampiri puteranya yang saat ini terdengar berteriak ketakutan.
Ia mengguncang tubuh Tony dengan keras, dan pemuda itu semakin melekatkan kedua tangannya diwajah.
Karena rasa takut yang begitu men-dominan, ia menendang seseorang yang mengguncangnya itu dengan keras hingga terjungkal.
"Dasar sialan!" maki wanita itu dengan kesal.
Tony membuka tangannya. Ia dikejutkan oleh sang ibu yang meringis kesakitan akibat tendangannya barusan.
"Ibu!" teriaknya.
"Mengapa kau menendangku! Dasar anak tidak berguna!" makinya lagi.
"Aku mengira ibu adalah hantu Darma!" jawabnya cepat.
Seketika Ani mengerutkan keningnya. Ia berusaha bangkit meski meringis kesakitan.
"Kau melihat hantu Darma juga?" tanyanya dengan penasaran.
Tony menganggukkan kepalanya. Ia bersungguh benar melihatnya, dan itu sangat nyata.
Ani beringsut dari tempatnya. Ia beranjak ke ambang pintu. Tatapannya menyapu segala arah untuk menemukan seseorang yang ia cari. Ia juga melihatnya, lalu mengapa harus saat ini menerornya, bukan dari kemarin-kemarin.
Ia melihat seseorang melintas dari arah jendela luar. Ia memastikan sudah mengunci jendela, lalu mengapa terbuka?
Ia bergerak menuju jendela dan melihat apa yang ada disana, dalam kegelapan malam, akan tetapi tak ia temukan.
Deguban dijantungnya semakin menderu kencang. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah meninggal dapat menerornya?
"Tidak, tidak mungkin! Apa mungkin arwah Darma ingin mengambil rumah ini juga?" gumannya dengan rasa ketakutan yang begitu besar.
Ia menutup jendela dengan cepat, dan kembali masuk kedalam kamar.
*****
Seorang pria memasuki rumah mewah dan melintasi penjaga. Mereka tampak memberikan penghormatan pada pria itu.
Seorang pria paruh baya memasuki sebuah kamar dan ia terlihat memandang sekilas kamar yang ditempati oleh Tafasya.
Ia memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Saat ini hatinya sangat begitu sakit saat mengenang peristiwa beberapa tahun yang lalu saat ia berusaha untuk dilenyapkan menggunakan bubuk racun bisa ular kobra yang mana semua itu sudah direncanakan oleh seseorang dan berniat balas dendam dengan menggunakan kaki tangan istri dan anak tirinya yang juga inginkan hartanya.
Akan tetapi, ia juga merasa bersalah dengan apa yang dilakukan oleh puterinya dan gegabah untuk mengikuti perintah Ani yang berusaha menjerumuskannya.
Pria paruh baya itu merasa sangat malu pada sang menantu karena merasa gagal dalam mendidik puterinya.
Hari beranjak pagi. Tafasya terbangun dari tidurnya. Ia beranjak dari ranjangnya. Sesaat ia mencium aroma masakan yang begitu sangat menggiurkan, dan seketika membuat perutnya merasa lapar.
Ia bergegas menuju dapur untuk melihat siapa yang sedang memasak. Sebab beberapa hari dirumah ini, ia hanya tinggal seorang diri dengan para bodyguard yang silih berganti menjaganya.
Ia memperlambat langkahnya saat melihat seseorang yang sedang berdiri dimeja kompor dan sedang memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini.
"Mas Arya," panggilnya dengan lirih. Ia hanya tau jika pria itu yang selalu memasak untuknya.
Seaaat pria yang ia panggil dengan nama mantan suaminya itu menoleh menatapnya, dan mematikan kompor dengan perlahan.
Seketika Tafasya tercengang melihat siapa yang ada dihadapannya. Ia menutup mulutnya dan mengusap kedua matanya untuk memastikan siapa yang sedang ia lihat saat ini.
"P-papa?" ucapnya dengan rasa tak percaya. "Apakah ini benar Papa?" tanyanya lagi untuk memastikan apa yang dilihatnya.
Pria itu mengerjapkan kedua matanya. Lalu Tafsya berlari menghampiri dan mendekap pria itu dengan erat.
"Papa, kamu benar masih hidup?" isaknya dalam tangis yang tak dapat ia sembunyikan.
Pria itu membalas dekapan puterinya dengan penuh kerinduan. Enam tahun berlalu ia menghilang dan dinyatakan meninggal dengan kematian yang misterius.
"Aku tidak bermimpi-kan, Pa?" ia melepaskan dekapannya, dan memandang wajah itu dengan begitu dekat.
Pria itu tak menjawab, dan memberikan senyum tipis pada puterinya yang malang.
"Duduklah, sarapan telah siap!" pria itu melepaskan dekapan puterinya dan menarik kursi kosong yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
Tafasya menurut. Tetapi degub jantungnya sangat memburu, dan ini sangat diluar dugaannya.
"Papa kemana saja, bukankah papa sudah wafat dan dimakamkan?" ia mencecar pria itu dengan berbagai pertanyaan.
"Papa masih hidup, dan semua itu hanyalah manipulasi untuk melindungimu, akan tetapi kamu merusaknya," ucapnya dengan dingin.
Pria itu menyendokkan nasi goreng kedalam piring keramik dan menghidangkannya pada puterinya.
"Mengapa papa menyalahkanku?" Tafasya membela diri. Bahkan pertemuan mereka yang seharusnya menjadi haru biru berubah menjadi ketegangan yang cukup cepat.
"Aku sangat malu pada diriku, karena tidak dapat mendidik puteriku dengan benar," jawab pria itu dengan dingin. Ia membawa sepiring nasi goreng untuknya didalam piring dan meletakkannya diatas meja.
Tafasya mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti dengan tujuan kalimat papanya.
"Kita baru bertemu dan ini moment yang sangat begitu membuatku bahagia, akan tetapi papa merusaknya," wanita muda itu terlihat bersungut.
atau udah g punya malu?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣