Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Saja Seperti Itu
Dengan raut wajah kecewa Sarah melangkah mendekati ranjang di mana Daren menatapnya seolah menantang. Akan tetapi kakinya berhenti begitu saja.
Tidak Sarah, tidak berguna jika harus berdebat dengan Daren, dia sedang di atas angin sekarang. sekuat apapun aku melawan tetap aku yang akan kalah.
"Kenapa berhenti? kamu mau menamparku lagi?" Daren menepuk-nepuk pipinya. "Silakan kalau kamu berani."
Sarah tak menanggapi, kakinya kembali mundur, tanpa sepatah kata membuka pintu kamar mandi dan menguncinya.
Melihat Sikap Sarah yang acuh membuat Daren menyeringai, dengan masih mengantuk Daren kembali berbaring membungkus diri lalu memejamkan mata.
"Aku muak dengan semua ini, aku benar-benar muak." Daren bergumam, terus memukul bantal penuh rasa amarah, mengutuk takdir yang sudah menyeretnya dalam kehidupan di mana akan selalu ada Sarah di dalamnya.
Sarah tertunduk dengan derai air mata di balik pintu, membuka paksa gaun pengantin dan membanting mahkota kecil yang sedari tadi menghiasi kepalanya.
"Menyebalkan, Dia menyebalkan, aku juga ga mau nikah sama dia. Kalau bukan karena ayah aku juga ga mau," Sarah terus berkicau mengutuk Daren yang kini terlelap manja di kasur.
Dalam keheningan kamar mandi Sarah menatap area, berpikir tentang ucapan Daren tadi, "Aku harus kemana? Kalau aku memesan kamar lain, orang-orang pasti bergosip, masa pengantin baru ga satu kamar, kan aneh."
"Lebih baik aku tidur di sini aja." Sarah menatap area bathtub, mengangguk memberi isyarat bahwa dirinya akan tidur di sana.
Sarah segera keluar perlahan membawa tas yang berisi perlengkapannya, menutup pintu kembali dan tak lupa menguncinya..
Kamar mandi di sulapnya menjadi kamar, Bathtub yang cukup besar menampung tubuhnya, Sarah memejamkan mata, sedikit meringis karena bathtub terasa menyakitkan.
"Besok pagi badan ku pasti sakit,"
Pukul 6 pagi, Sarah membuka mata, perlahan menggerakkan tubuhnya, sedikit menggeliat untuk menghilangkan rasa pegal.
"Aauuuu... Tubuh ku..." Sarah merengek, berusaha berdiri di iringi rengekan kala tubuhnya yang meringkuk di paksa berdiri tegap.
"Ga mau lagi tidur di sini, engga mau." Pada akhirnya Sarah mengemasi barang-barangnya, tapi sebelum itu, Sarah mandi terlebih dahulu berganti baju dan merias diri, setelah selesai Sarah menenteng tas keluar kamar mandi, melirik Daren yang masih meringkuk di atas ranjang empuk.
"Nikmat sekali tuan raja tidur." Sarah mengendus kesal, melihat Daren bisa tertidur nyenyak sedangkan dirinya harus merasakan pegal di sekujur tubuh.
Sarah membuka ponselnya, membaca beberapa pesan dan juga menerima beberapa Poto, Dengan wajah datar, Sarah menatap Daren yang nampak berbahagia. "Di sini dia bahagia sekali," Sarah tersenyum kecut. "Dulu dia sangat mencintai ku, dia rela melakukan apapun demi aku, tapi setelah semua hal terjadi, dia membenci ku," Sarah mengangkat kepala, melirik Daren dengan mata berkaca-kaca. "Sampai di mana Kinan menggantikan posisi ku di hatinya."
Tak ingin terlihat lemah, Sarah menyeka pipinya. kembali melirik jam dinding. "Udah mau jam 8."
Tok...tok.... Pintu kamar hotel di ketuk. Sarah membukanya.
"Selamat pagi Nyonya," Dua staf hotel berdiri di ambang pintu dengan membawa beberapa hidangan.
"Silakan masuk." Sarah berjalan terlebih dahulu, membiarkan kedua staf hotel mendekati meja.
"Pelan-pelan ya, suami ku masih tidur." Sarah melirik Daren. Di ikuti kedua staf hotel.
"Baik Nyonya."
Sarah mengangguk, duduk di sofa sembari memperhatikan para staf hotel meletakkan semua hidangan yang di bawa.
"Kami permisi Nyonya." Kedua staf pamit undur diri, Sarah hanya tersenyum dengan anggukan kepala. Membiarkan kedua laki-laki itu keluar kamar.
Sarah menatap hidangan yang tersaji memenuhi meja, tergiur melihat sarapan yang menggugah selera. "Aku bisa saja sarapan tanpa menunggu dia, tapi aku ga mau gegabah," Sarah malas sebenarnya untuk mendekati ranjang tapi kalau tidak membangunkan Daren bisa-bisa dirinya kena semprot lagi atau bahkan Daren akan memaki seperti dirinya bukan seorang Sarah Narendra.
Sarah duduk di tepi ranjang, ragu-ragu menepuk lengan Daren.
"Ba..bangun, Daren, bangun." Sarah terbata, ragu untuk menepuk lengan Daren lagi, Tapi waktu terus berjalan.
"Daren bangun, sarapan dulu."
Sayang bangun sarapan dulu.
Entah kenapa kalimat itu muncul dalam hatinya membuat Sarah merinding, kepalanya menggeleng cepat membuang kata-kata yang tidak akan pernah terlontar dari mulutnya.
Merasa kesal, Sarah segera bangkit dari ujung ranjang. "Ok, kalau kamu ga mau bangun aku akan sarapan sendirian." Sarah berbalik siap melangkah, tapi sebuah tarikan tangan membuat Sarah mengurungkan niatnya.
Dalam keraguan Sarah menoleh, menatap tangan Daren menarik pergelangan tangannya. "Daren, Ayo bangun." Sarah bersuara lembut, terheran melihat mata Daren masih terpejam.
"Daren?" Panggil Sarah lagi.
"Aku mohon jangan pergi, kamu segalanya buat aku, selama ini aku memendam perasaan ini,"
Entah kenapa Sarah tersenyum mendengar ucapan Daren, jantungnya berdebar kencang Sampai-sampai hatinya yang penuh kemarahan atas kejadian semalam sirna sudah.
Daren, sebenarnya aku tau kamu masih cinta sama aku, aku tau dalam hati kamu masih ada aku, tapi kamu berusaha menutupi itu.
Sarah yang berbunga, kembali mendekati ranjang, mengelus tangan Daren yang masih menempel di lengannya.
"Bangun yuk, sarapan dulu." Sarah terus memasang senyuman manis sembari menatap kagum Daren yang nampak tampan luas biasa.
"Aku mohon Kinan, jangan tinggalin aku."
Senyum manis yang di perlihatkan memudar, Sarah menghempaskan tangan Daren dan menjauhi ranjang. Tanpa kata Sarah duduk di sofa dan menyantap sarapan seorang diri. Dengan gusar Sarah memasukkan makanan, matanya kembali berkaca-kaca.
"Itu Kinan, bukan kamu Sarah,"
Daren sendiri perlahan membuka mata, diam-diam melirik Sarah yang tengah duduk menyantap hidangan dengan derai air mata.
Apa yang kamu harapkan, kamu luluh sebegitu mudahnya, aku melakukan apa yang harus aku lakukan.
Daren tersenyum licik, berpura-pura mengigau membuat Sarah melambung tinggi dan menjatuhkannya sejauh-jauhnya.
Kamu harus sadar, kamu bukan lagi wanita yang aku inginkan.
Daren kembali bergumam, memperhatikan Sarah yang masih sarapan, entah kenapa Daren tersenyum geli melihat Sarah memasukkan makanan begitu brutal, mulutnya yang penuh membuat Daren tertawa tanpa suara, ada sisi lain yang Daren baru tau tentang Sarah.
Dia seperti orang kelaparan.
Batin Daren cekikikan melihat seorang Sarah yang sarapan. Lamanya Daren memperhatikan, matanya kembali terpejam pasalnya Sarah berdiri begitu tiba-tiba.
Setelah Sarapan Sarah segera bangkit dan menentang tas keluar kamar hotel. Sebelum pergi Sarah bersuara ke arah Daren.
"Aku mau pulang, kamu jangan cari aku."
Brug....Pintu di tutup kencang membuat Daren terperanjat kaget.
Bukannya mengejar Daren malah menopang kedua tangan ke belakang kepalanya.
"Mau pulang dia bilang? Berani kamu pulang, lihat bagaimana reaksi ayahmu?"
Benar apa kata Daren, Sarah hanya termenung di lobi hotel, duduk seorang diri dengan wajah kebingungan.
"Aku harus ke mana?"