Aluna Aurelia Pradipta memimpikan keindahan dalam rumah tangga ketika menikah dengan Hariz Devandra, laki-laki yang amat ia cintai dan mencintainya. Nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah asa saat keluarga Hariz campur tangan dengan kehidupan rumah tangganya.
Mampukan Aluna bertahan atau memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saran dari Elgar
Pukul setengah 10 Aluna sudah siap untuk pergi ke butik. Ia menunggu kedatangan Elgar di teras rumah. Aluna sedikit khawatir karena Elgar belum juga kembali. Bukan mengkhawatirkan Sandra melainkan Elgar. Sandra sering berulah, apalagi Aluna mengetahui sesuatu mengenai Sandra yang tidak diketahui oleh keluarganya. Aluna tidak mau jika Elgar terkena masalah karena Sandra.
Lima belas menit menunggu Aluna melihat mobilnya berhenti di depan gerbang.
Tin Tin
Kecemasan Aluna mereda saat ia melihat Elgar kembali. Aluna berjalan keluar gerbang supaya Elgar tidak perlu masuk ke dalam lagi. Penjaga rumah itu membuka gerbang kemudian membantu membuka pintu belakang mobil untuk Aluna.
"Silahkan, Nyonya," ucap sang penjaga.
"Terima kasih," balas Aluna.
"Maaf aku terlambat. Jalanan macet," ucap Elgar saat Aluna sudah berada di dalam mobil.
"Tidak masalah." Aluna membenarkan posisi duduknya mencari posisi yang nyaman. "Ini sandwich daging untukmu." Aluna memberikan kotak makan pada Elgar.
"Oh, terima kasih. Aku memang lapar." Elgar menerima kotak makan yang diberikan oleh Aluna.
"Makalah dulu, baru kita berangkat," ucap Aluna.
"Itu tidak perlu. Aku bisa mengemudi sambil makan," tolak Elgar.
Elgar mengambil sandwich dari dalam kotak makan lantas kembali mengemudikan mobilnya. Ia memegang kemudi dengan satu tangan dan tangan lainnya memakan sandwich yang Aluna berikan.
"Apa terjadi sesuatu pada kalian? Maksudku apa Sandra membuat ulah?" tanya Aluna.
Elgar tidak langsung menjawab sebab mulutnya penuh makanan. Laki-laki itu menguyah dengan cepat kemudian menelan makanan di mulutnya baru merespon pertanyaan yang Aluna lontarkan.
"Mobil kamu memilih CCTV, 'kan?"
Bukannya menjawab Elgar justru bertanya hal lain.
"Ya," jawab Aluna. "Tapi … dari mana kamu tahu? Aku sengaja menyembunyikannya," tanya balik Aluna.
"Aku tidak sengaja melihatnya saat membersihkan mobil ini," jawab Elgar. "Bisa kamu akses CCTV," suruh Elgar.
"Memangnya ada apa?" tanya Aluna curiga.
"Lihat saja! Aku malas menjelaskannya," ucap Elgar dengan mulut penuh makanan.
"Baiklah, sebentar." Aluna mengambil ponselnya kemudian mengakses CCTV yang ada di mobilnya. "Sudah aku duga," geram Aluna ketika melihat tindakan Sandra pada Elgar.
"Maaf aku bertindak kasar pada adik iparmu. Dia tidak mau mendengarkan saat aku bicara baik-baik," ucap Elgar. "Dia mengancam akan mengadukanku pada suamimu," ungkap Elgar.
"Kamu tenang saja Sandra. Aku tidak akan membiarkanmu terkena masalah," tutur Aluna lantas kembai memasukan ponsel ke dalam tasnya. "Sebenarnya Sandra tidak tahu jika mobil ini ada CCTV. Dia memakai mobilku untuk melakukan hal memalukan. Dia bercinta dengan pria asing di mobil ini," ungkap Aluna.
"Benarkah?" seru Elgar disambut anggukkan oleh Aluna.
"Maka dari itu aku mengganti kursi mobil ini. Mobilku ternodai oleh ulahnya," kesal Aluna.
Mobil berhenti sebab lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Elgar menggunakan kesempatan itu untuk minum.
"Apa kamu tidak memberitahu suamimu?" tanya Elgar kemudian meletakkan botol minum di tub holder yang ada di sampingnya.
"Aku tidak mau membuka aibnya. Mas Hariz juga pasti akan kecewa sekali pada Sandra. Tapi sekarang aku akan berpikir ulang untuk tidak melakukan hal itu," ujar Aluna.
"Kamu akan memberitahu pada suamimu sekarang?" tanya Elgar.
"Ya," jawab Aluna.
"Sebaiknya jangan sekarang," saran Elgar.
Elgar kembali melajukan mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.
"Kenapa? Kamu akan terkena masalah nanti," tanya Aluna.
"Kamu mengkhawatirkan aku?" tanya Elgar.
Aluna melihat ke kaca spion membuat pandangannya bertemu dengan Elgar.
"Tentu aku khawatir padamu. Kamu karyawan aku. Aku tidak mau kamu terkena masalah karena ulah Sandra," ucap Aluna yang langsung memalingkan wajahnya untuk memutus kontak mata dengan Elgar. Tidak dipungkiri mata Elgar memiliki daya tarik tersendiri.
"Bukan karena hal lain," goda Elgar.
"Elgar …," tegur Aluna meskipun begitu membuat Aluna tertawa.
"Aku bercanda, Aluna. Agar kamu tidak tegang," ucap Elgar.
"Ya, kamu berhasil. Kamu selalu berhasil membuat suasana hatiku menjadi lebih baik," ucap Aluna.
"Oh iya, masalah video adik iparmu. Kamu tidak ingin bermain-main dulu dengan adik ipar toxic mu itu?" Ada senyuman jahil yang tergambar di bibir Elgar.
"Maksudmu?" Kening Aluna mengerut sebab tidak mengerti maksud Elgar.
Elgar akhirnya memberitahu idenya kepada Aluna. Awalnya Aluna tidak menyetujui ide Elgar, tetapi setelah memikirkannya apa salahnya untuk sedikit bermain-main sekaligus memberikan pelajaran oada Sandra.
"Emm … sepertinya itu ide yang bagus. Dengan ini aku bisa mengendalikannya," seru Aluna.
"Betul," imbuh Elgar.
"Tenyata kamu cerdik juga." Aluna memuji Elgar.
"Aku juga tidak suka dengan adik suamimu itu. Apa salahnya aku memberi dia sedikit pelajaran," ujar Elgar.
"Oh iya, bisa kirimkan video itu dan juga nomor ponsel Sandra padaku?" tanya Elgar.
"Untuk apa? Kamu suka menonton hal seperti itu?" Aluna menatap curiga pada Elgar.
"Ayolah, Aluna. Aku juga laki-laki normal, tetapi aku tidak berminat pada adikmu," jelas Elgar. "Dengan video itu aku bisa mengancam adikmu, jika nantinya dia macam-macam lagi padaku," sambung Elgar.
"Baiklah." Aluna kembali membuka kunciran pada layar ponselnya lantas mengirimkan video dan juga nomor Sandra pada Elgar. "Sudah aku kirimkan."
"Terima kasih. Dengan ini aku bisa bekerja dengan tenang tanpa gangguan si ulat bulu itu," ucap Elgar seraya mengela nalas panjang.
"Maafkan aku atas nama Sandra ya," ujar Aluna.
"Tidak masalah. Jangan merasa sungkan padaku. Aku hanya tidak suka tubuhku disentuh oleh perempuan macam adik iparmu itu," balas Elgar.
Obrolan mereka terhenti saat mobil itu masuk ke dalam basement. Setelah mobil itu berhenti Elgar lebih dulu turun. Ia berjalan ke sisi lain untuk membukakan pintu untuk Aluna.
"Berikan barang-barangmu. Biar aku yang membawanya," suruh Edward.
"Oh iya. Mau diapakan kain di dalam mobil itu?" tanya Elgar.
"Aku akan mengirim ke penjahit. Seseorang memesan gaun padaku untuk acara pesta ulang tahun anaknya," jawab Aluna.
"Kamu punya penjahit sendiri?" tanya Elgar.
"Ya, awalnya. Tapi saat butikku tutup mereka terpaksa berhenti dan bekerja di tempat lain. Karena aku sudah percaya pada mereka jadi aku tetap meminta karyawan lamaku itu untuk menjahit semua pesananku," jelas Aluna.
"Jadi secara tidak langsung kamu menyewa penjahit dari tempat lain," tanya Elgar yang langsung dianggukki oleh Aluna. "Aluna, bukankah itu justru menambah biaya."
"Ya, aku tahu itu. Tapi untuk saat ini hanya ini yang bisa aku lakukan," ucap Aluna.
"Aluna apa kamu tidak ingin mengembangkan bisnismu?" tanya Elgar. "Maksudku, kamu carilah tempat yang lebih strategis, lebih besar, agar mempermudah usahamu," saran Elgar.
"Maksudmu?" tanya Aluna.
"Maksudku, bukalah butik utamamu di tempat lain. Menurutku tempatmu sekarang itu sangat kecil. Biarkan tempat yang sekarang ini kamu fokuskan untuk penjualan. Nanti di tempat barumu yang lebih besar itu, kamu bisa jadikan gudang, tempat produksi, kantormu, dan juga penjualan. Menurutku itu lebih efektif," jelas Elgar. "Kamu bisa menghemat waktu dan juga biaya."
"Sepertinya itu ide yang bagus. Aku akan memikirkannya," ucap Aluna.
"Jika setuju aku akan mencarikan tempat yang bagus untukmu," tawar Elgar.
"Terima kasih, Elgar. Kamu sangat baik. Pasti perempuan yang kelak akan mendampingimu, dialah wanita yang sangat beruntung," ucap Aluna.
"Kamu mau jadi wanita beruntung itu?" goda Elgar.
Pasti Elgar pemilik hotel itu, dan dia menyukai Aluna. Syukurlah Luna belum punya anak dengan Hariz. Saya yakin setelah terbongkar kebusukan Hariz, perusahaannya akan hancur.
Thoor jika perceraian Aluna dan Hariz, cepet, atas bantuan Elgar, tak kasih nilai 5 bintang