Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDESA BATU CHADAS yang terletak diHOLLAND TENGAH. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja.
Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan.
Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja.
Melainkan bisa menghubungkan dunia lain, yaitu dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. Mampukah mereka melindungi manusia dari kehancuran???
Yukk kita baca sama sama dijamin seru...
Pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. AWAL PERJALANAN BARU
Pagi itu, langit di DESA BATU CHADAS terlihat cerah, tetapi di benak Alexa, Maxim, dan Leo, suasana hati mereka jauh dari kata tenang.
Perasaan was-was yang telah menghantui mereka sejak pertempuran melawan Hiltja itu. Dan latihan yang intens bersama Pak Adward mempertegas kenyataan bahwa ancaman baru bisa muncul kapan saja.
Setelah berhari-hari membaca buku di perpustakaan kuno, mereka kini menyadari bahwa tugas mereka tidak berhenti pada kehancuran Hiltja.
Malam itu, ketika ketiganya sedang berlatih di lapangan tersembunyi di bawah sinar bulan, sebuah suara bergema di udara. Suara itu dingin dan penuh kemarahan.
"Kalian tidak akan bisa melawan untuk apa yang akan datang." (suara misterius).
Alexa berhenti mengayunkan tangannya, simbol- simbol kuno di kulitnya bersinar samar.
"Kalian mendengar itu?" tanyanya dengan napas tertahan.
Maxim mengepalkan tangannya, energinya terasa seperti mendidih di bawah kulit.
"Tentu saja. Itu bukan imajinasi kita."jawab Maxim.
Pak Adward, yang sedang mengawasi latihan mereka dari kejauhan, berlari mendekat.
"Kalian harus segera berhenti. Kegelapan mulai menyadari keberadaan kalian."Kata pak Adward.
Tak lama setelah suara aneh itu muncul, kabut tebal mulai menyelimuti desa. Suara langkah kaki aneh terdengar di seluruh penjuru, seperti makhluk yang berjalan di dunia yang tidak mereka lihat.
Leo, yang memiliki kemampuan untuk merasakan energi gelap, langsung merinding.
"Mereka ada di sini," gumam Leo.
Alexa memusatkan pikirannya pada simbol di tangannya, membentuk lingkaran cahaya yang melindungi mereka bertiga.
Cahaya ditangan lexa cukup terang memancarkan kilauan nya, mungkin mampu untuk mengusir bayangan itu, tetapi aneh dalam kabut makhluk itu masih bisa bergerak.
Makhluk itu akhirnya nya muncul dari kegelapan, makhluk itu seperti manusia tetapi wajahnya rata hanya terlihat mata saja.
Matanya yang kosong yang hanya memancarkan kehampaan. Ia melangkah mendekat, setiap gerakannya menggetarkan tanah di bawah mereka.
Maxim melangkah maju, tubuhnya bersinar dengan energi. "Aku akan mengurus ini."ucap Maxim.
"Tunggu!" teriak Pak Adward. "Itu bukan makhluk biasa. Jangan gegabah."ucap Pak Adward.
Namun, Maxim sudah terlanjur melancarkan serangannya. Ia menyerang dengan pukulan yang bisa menghancurkan tanah, tetapi bayangan itu hanya terpecah membentuk partikel dan akhirnya menyatu kembali.
"Makhluk itu tidak bisa dihancurkan dengan cara itu. " ucap Leo memberi peringatan.
Pak Adward mendekat sambil membawa buku tua yang telah ia pelajari sebelumnya.
"Dengar baik-baik. Makhluk itu adalah Penjaga Bayangan. Ia bukan musuh utama, tapi utusan yang dikirim untuk menguji kekuatan kalian."kata Pak Adward.
Alexa memusatkan energinya, membentuk simbol yang lebih kompleks di udara. Ketika simbol itu menyatu, cahaya terang menyelimuti makhluk tersebut, dan menghentikan gerakannya.
"Kalau dia hanya utusan, bagaimana cara kita mengalahkannya?" tanya Lexa dengan suara tegas.
Pak Adward membuka bukunya, membaca mantra yang telah lama ia hafalkan. Sebuah portal kecil terbuka di belakang makhluk itu, menariknya kembali ke dimensi asalnya. Namun sebelum lenyap, makhluk itu berkata.
"Kalian hanya menunda takdir. (suara misterius).
Saat makhluk itu lenyap ke dalam portal, suasana desa Batu Chadas kembali hening. Kabut tebal yang menyelimuti desa mulai menghilang, namun ketegangan masih terasa.
Alexa, Maxim, dan Leo saling berpandangan, napas mereka masih tersengal. Pak Adward menutup buku tuanya dengan ekspresi muram.
“Sekarang kalian tahu apa yang kita hadapi,” ujar Pak Adward dengan nada berat.
“Ini baru awal. Penjaga Bayangan hanyalah peringatan. Mereka tahu keberadaan kalian.” ucap Pak Adward.
Leo menyeka keringat di dahinya, mencoba memahami situasi.
“Apa yang sebenarnya mereka inginkan? Kenapa semua ini terjadi pada kami?”tanya Leo.
Pak Adward memandang mereka bertiga dengan penuh simpati.
“Kalian adalah Keturunan Cahaya, pewaris kekuatan kuno yang diwariskan oleh leluhur kalian. Kekuatan itu adalah harapan terakhir untuk menyeimbangkan dunia dari kegelapan yang kini berusaha menguasai segalanya.”Kata Pak Adward.
Alexa melirik simbol bercahaya yang terpahat di kulit tangannya. Rasa cemas jelas terpancar di matanya.
“Tapi kami belum cukup kuat. Jika hanya utusan seperti itu saja sudah membuat kami kewalahan, bagaimana kami bisa melawan ancaman yang lebih besar?”Tanya Alexa.
Dan kami yakin, sekarang yang kami hadapi ini bukan makhluk seperti hiltja. Hiltja adalah golongan manusia seperti kita juga. Karena kemarahan untuk balas dendam kepada manusia. Jadi roh nya hidup dan tidak pernah tenang untuk menuntut balas.
Tapi mahkluk makhluk ini. Kita tidak tau dari mana mereka berasal. "ucap Alexa cemas.
Maxim mengepalkan tangan, wajahnya tegang. Dan mengangguk perkataan Alexa.
“Kami butuh lebih dari sekadar latihan. Jelaskan, Pak Adward. Apa yang harus kami lakukan sekarang?” tanya Maxim.
Pak Adward menarik napas panjang, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara.
“Kalian benar. kalian harus mempunyai lebih kekuatan. Dan ini bukan pertarungan terakhir. Kalian harus memahami bahwa ini semua terkait dengan Gerbang Kegelapan. Kalian harus menemukan gerbang itu sebelum musuh melakukannya."
Leo, yang biasanya lebih santai, kini terlihat serius. "Jadi, apa langkah kita berikutnya?"
"Kalian harus pergi ke tempat asal legenda Gerbang Kegelapan," jawab Pak Adward. "Ada hutan purba di luar desa ini, yang dikenal sebagai Hutan Aruna. Di sana, ada kuil tua yang menyimpan petunjuk tentang lokasi gerbang itu."
Sudah saatnya kalian mengetahui lebih banyak. Besok kita akan menuju Hutan Aruna Tempat Kuil Astralis, tempat asal dari semua ini. "ucap Pak Adward.
Disana nanti kalian akan menemukan jawapan nya, apa yang seharusnya kalian lakukan nantinya."ucap Pak Adward.
KEESOKAN HARINYA
Dan keesokan paginya. Matahari baru saja terbit. Mereka memulai perjalanan ke Kuil Astralis yang tersembunyi di balik pegunungan di Hutan Aruna, tempat yang jarang dikunjungi manusia.
Pegunungan terpencil yang dikelilingi oleh hutan liar berisi berbagai bentuk misteri dan aneh. Perjalanan ke Hutan Aruna memakan waktu beberapa hari, di dalam perjalanan banyak hal bermunculan seperti makhluk aneh.
Yang muncul dengan Kabut dan tiba-tiba hilang, yang mengusik pandangan mereka yang hanya membuat mereka sedikit takut.
Di malam hari nya, ada suara-suara aneh yang menyeramkan, membuat suasana semakin tak tertahankan.
Namun, dengan kemampuan Leo untuk merasakan energi gelap, mereka selamat dari kejaran kejaran makhluk aneh itu.
Setelah beberapa hari, ketika mereka berhasil tiba di Hutan Aruna, sekali lagi suasana berubah secara mendadak. Terlihat pohon yang ada di sana menjulang lebih tinggi, bahkan cahaya matahari sulit terlihat.
Hanya sunyi, dan udara dingin yang mencekam, seolah-olah ada sesuatu yang memperhatikan setiap langkah kaki mereka.
“Berapa lama lagi kita sampai?” keluh Maxim yang mulai terlihat gelisah. Meskipun kekuatannya besar, perjalanan panjang ini membuatnya jenuh.
Pak Adward menunjuk ke arah puncak bukit di kejauhan. “Di balik bukit itu. Tapi perjalanan menuju kuil itu tidak pernah mudah. Tetap waspada.” ucap Pak Adward memperingatkan.
Kalian harus tetap waspada," bisik Alexa, tangannya menyentuh simbol di pergelangan tangannya.
Alexa segera memusatkan energi pada simbol di tangannya, bersiap menghadapi apa pun.
Leo, yang berjalan di belakang, tiba-tiba berhenti. Wajahnya berubah serius. “Ada sesuatu yang mengawasi kita,” gumamnya pelan.
Tetapi, sebelum mereka sampai, mereka banyak melihat mahkluk makhluk aneh disekitar mereka, seperti bayangan yang yang bermunculan.
(Awal pertempuran mereka akan dimulai.)
BERSAMBUNG..