My Princess

"NONAA...!"

Cassie langsung berpaling mendengar seruan yang sudah beberapa hari yang tidak dia dengar.

Dia sekarang sedang bersama Malik yang memaksa mengantarkannya kemana pun dia pergi.

"Harsa, sudah selesai urusan kamu?" tanya Cassie begitu pengawalnya mendekat.

"Urusan? Em, eh.... Iya, nona," ucapnya agak kebingungan. Tapi kemudian dia menatap sengit pada Malik.

Dia yakin, apa yang terjadinya padanya pasti gara gara laki laki ini.

Saat tersadar, dia sudah berada di atas tempat tidurnya. Ternyata sudah tiga hari dia pingsan tanpa setau pengawalnya.

Di pergelangan tangannya agak bengkak, bekas jarum infus.

Mungkin selama tiga hari dia mendapatkan asupan dari botol infus.

Harsa pun ngga tau selama tiga hari itu dia dirawat dimana.

Dasar kam pret! makinya dalam hati.

Malik hanya mengerutkan keningnya, seolah heran dengan sikap permusuhan Harsa.

Cassie menatap Harsa dan Malik bergantian bingung.

Terutama Harsa yang sepertinya sangat dongkol dengan Malik.

"Nona baik baik saja, kan, selama saya tinggal....?" tanya Harsa agak cemas. Apalagi melihat kemunculan nonanya yang datang bersama Malik, orang yang harusnya nona mudanya hindari.

"Iya, aku baik baik saja. Kamu juga terlihat baik, syukurlah."

"Ya, nona muda." Lagi lagi netranya melirik ngga suka dengan Malik yang sedang menatap jam di pergelangan tangannya.

"Aku pergi dulu," ucap Malik ngga peduli dengan sikap permusuhan Harsa.

Setelah melihat anggukan Cassie, Malik segera melangkah pergi.

"Aku akan bekerja. Kamu akan tetap di sini?" tanya Cassie yang akan membuka pintu restorannya yang berada di salah satu jalan yang terkenal rame dan eksklusif.

Harsa melirik Malik yang mulai menjauh. Sebenarnya ada yang mau disampaikan pada nona mudanya, berita yang sangat mengejutkan.

Tapi saat ini bertemu Malik lebih penting.

"Nanti saya akan menghadap nona. Sekarang saya pergi dulu, nona."

"Oke."

Setelahnya Harsa agak melarikan langkah kakinya menyusul Malik.

Cassie sempat meliriknya sebelum membuka pintu restoran.

Para pegawainya sudah berada di sana.

Dia akan memberi peringatan pada Malik?

Hemm.... Baguslah, batinnya ngga peduli.

Mungkin mereka akan baku hantam, karena Cassie dapat melihat tatapan marah Harsa pada laki laki yang sudah berani beraninya menci um bibirnya.

Padahal mereka baru kenal, omelnya lagi dalam hati.

"Nona....." Para pegawainya menunduk hormat saat melihat kedatangannya.

Cassie hanya tersenyum sambil terus melangkah menuju ke ruangannya.

Dua jam lagi restoran mereka akan dibuka.

Masih banyak waktu, batinnya sambil melangkah masuk ke ruangannya.

Dia tersenyum saat membuka laci mejanya.

Tapi kemudian Cassie terkesiap karena di dalam laci itu kosong. Tidak ada sketsa yang sudah dia buat kemarin.

Jantungnya langsung berdebar cepat.

Cassie yakin kalo sudah meletakkannya di sana, saat Malik menjemputnya.

Dia terdiam sebentar.

Rasanya ada yang salah.

Tapi kemudian dia menepuk keningnya dengan telapak tangannya.

Dasar...! Dia lupa. Bukan di ruangan di restoran ini. Tapi restoran di mall.

Kemudian Cassie tersenyum, seakan mengejek watak pelupanya yang muncul tiba tiba.

Cassie mengambil kertas dan pensil yang ada di sana.

Cassie kembali mencoret coret pensil itu, membuat sketsa gaun yang dia buat kemarin.

Nanti akan dibandingkannya dengan sketsa yang ada di restorannya yang berada di mall.

*

*

*

"TUNGGU!" seru Harsa agak lantang ketika melihat laki laki yang harusnya dihindari oleh nonanya sudah tiba di dekat mobil mewahnya.

Malik tetap cuek malah dia sudah membuka pintu mobilnya.

Satu tepukan dari Harsa di bahunya membuat Malik menoleh, menatap sinis pada Harsa.

"Tuan muda Malik, kenapa anda selalu saja mengganggu nona saya," tegurnya berani, walaupun kini dia tau beberapa pengawal Malik sudah mendekat.

Malik memberi tanda agar para pengawalnya ngga perlu khawatir padanya. Kemudian dia menatap Harsa tajam.

"Nonamu itu kekasihku," tegasnya dengan suara beratnya.

Harsa terkejut, ngga menyangka laki laki ini sudah mengetahuinya secepat ini.

Tapi dia ngga mau terpancing, dia masih berusaha berkilah.

"Tuan muda ngomong apa?"

Malik menyeringai.

"Dia bukan Cassie, tapi Liliana," tegas Malik dengan senyum penuh kemenangan.

Harsa tersentak kaget. Wajahnya langsung pucat pasi.

Ini yang ditakutkan oleh mendiang opa dan oma nona mudanya. Sekarang dia yang harus memikul tanggung jawab ini.

"Kamu ngga akan bisa lagi menyembunyikan Liliana dari aku."

Malik kembali menyeringai pada Harsa yang masih bergeming dengan wajah semakin pucat.

Dia kemudian masuk ke dalam mobil dan melajukannya meninggalkan Harsa yang masih berdiri kaku di sana.

*

*

*

TOK TOK TOK

Cassie menyimpan sketsanya ke dalam laci meja.

Nggak lama kemudian pintu ruangannya terbuka.

Cassie menatap aneh, karena yang muncul Harsa.

Kenapa dia datang lagi? Padahal baru saja pergi? batinnya heran.

"Ada apa?"

"Nona, ada yang mau saya sampaikan," ucapnya setelah tiba di seberang meja kerja sang nona.

Jantungnya masih berdegup keras karena masih mengingat perkataan mengancam laki laki itu.

Dia sempat bingung apa yang harus dia lakukan.

Tapi kemudian dia melangkah cepat ke ruangan nona mudanya.

Berita penting ini belum dia sampaikan.

"Duduklah. Mungkin mau minum dulu?" Cassie dapat melihat kalo wajah pengawalnya sedang tidak baik baik saja.

Sebenarnya selama tiga hari ini dia melakukan apa? Cassie jadi ingin tau, kepentingan apa yang membuat Harsa meninggalkannya.

"Saya sudah minum nona," ucapnya sambil duduk. Dia hanya belum bisa menormalkan detak jantungnya saja karena perkataan tuan muda konglomerat itu. Juga isi kepalanya yamg memburuk karena ngga bisa berpikir apa pun lagi saat ini.

"Oke. Kamu mau menyampaikan berita apa?"

Harsa menghela nafas berulangkali.

"Nona, rumah mendiang opa dan oma anda dimasuki orang asing. Seperti dirampok, tapi ngga ada yang hilang," lapornya setengah berbohong.

Dia ngga mungkin mengatakan kalo ada satu amplop besar yang memuat banyak berkas penting yang hilang.

Karena Harsa belum mau ingatan nonanya cepat kembali.

Dia belum bisa memastikan apakah keluarga Malik sudah bisa menerima nona mudanya setelah mereka mengetahui yang sebenarnya.

Apalagi sekarang ternyata nona mudanya punya saudara satu ibu. Hera Yumma.

Harsa menunjukkan foto foto tentang keadaan rumah mendiang opa oma tersebut dari layar ponselnya.

Cassie terbelalak kaget.

Biarpun dia belum pernah ke sana tapi melihat foto foto itu membuat dia syok.

Siapa orang jahat yang melakukan ini? tanya batinnya sesak. Cassie tiba tiba saja merasa sangat sedih yang dia tidak tau apa penyebabnya.

"Ada yang sudah terang terangan mengincar anda, nona," ucap Harsa hati hati, seakan akan menuduh pada satu orang

Malik.

Pasti dia sudah berhasil mengambil amplop itu dan sudah membaca isi berkas berkas di dalamnya.

Harsa yakin sekali.

Dari mana dia tau tentang nonanya kalo bukan dari berkas berkas itu, geramnya dalam hati. Masih terbayang sikap sombong Malik yang membuat dia mangkel.

"Maksud kamu Malik?" Cassie mencoba membaca arah perkataan Harsa.

"Mungkin saja, nona. Mungkin dia sedang menyelidiki anda." Harsa mencoba mempengaruhi Cassie.

Cassie menggeleng ngga yakin.

Tapi perkataan aneh Malik terngiang lagi di dalam kepalanya tentang alasan kenapa laki laki dingin itu menci umnya.