Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
“Tap,” Mark terus melompat menuruni tangga dan mendekati ketiga orang pria itu, akhirnya dia tiba di belakang ketiganya,
“Oi berhenti,” teriak Mark.
Ketiga pria yang sedang memanggul dua kantung plastik sampah besar menoleh, mereka menatap Mark yang masih berdiri di atas dan berjalan menuruni tangga satu persatu.
“Ada apa ya pak ?” tanya seorang pria dengan sopan dan halus.
“Kalian bawa apa ?” tanya Mark langsung.
“Oh kita mau buang sampah di bawah pak,” jawab sang pria dengan ringan.
“Hoo bukan anak kecil ya,” ujar Mark langsung.
Wajah ketiga pria di depan nya langsung berubah menjadi tegang, kemudian seorang pria menyerahkan kantungnya kepada teman nya dan dia naik mendekati Mark.
“Bapak tolong jangan asal tuduh,” ujar sang pria.
“Tuduh ? memang aku menuduh kalian apa ? aku hanya bertanya apa yang kalian bawa karena bentuknya seperti anak kecil kan ? boleh di buka kantungnya untuk membuktikan nya ?” tanya Mark dengan tenang.
“Bapak mau lihat sampah ? lagipula bapak siapa ?” tanya sang pria menantang.
“Kalau memang sampah, saya mau lihat, istri saya tidak sengaja membuang sesuatu ke tempat sampah dan saya mau mencarinya dan kebetulan saya polisi yang sedang menghabiskan waktu bersama istri saya di food court karena libur,” jawab Mark santai sambil berpura pura mengambil dompet nya di kantung belakang celana nya.
Ketiga pria itu langsung diam, mereka meletakkan kedua kantung plastik itu, namun tiba tiba “tap,” mereka langsung berlari turun ke bawah dan “blak,” terdengar mereka keluar dari pintu dengan membuka kencang pintunya. Mark sedikit kaget karena bukannya melawan, mereka malah lari tunggang langgang. Langsung saja dia jongkok dan membuka kantung plastik nya, di dalam kantung ternyata benar benar ada dua anak kecil mengenakan seragam taman kanak kanak yang nampaknya kembar sedang tidur nyenyak.
“Waduh...penculikan rupanya,” ujar Mark dalam hati.
Tanpa menunda lagi, Mark mengeluarkan mereka dan langsung menggendong mereka, Mark membuat keduanya memeluk lehernya dan menopang tubuh mereka dengan kedua tangannya, kemudian dia naik kembali ke atas untuk kembali ke food court. Ketika sampai di atas dan keluar dari tangga darurat, dia berjalan keluar dari dalam gang toilet untuk kembali ke tempat duduknya, ketika keluar, terlihat suasana yang cukup ramai, namun bukan oleh pengunjung, melainkan penjaga toko makanan dan sekuriti.
Terlihat seorang ibu yang memakai celemek dengan logo sebuah restoran, sedang duduk di kursi menangis dan di tenangkan oleh beberapa wanita lainnya, terlihat juga beberapa sekuriti jongkok di depan sang ibu untuk bertanya. Mark menoleh melihat Amanda berbalik melihat dirinya, langsung saja Amanda menghampiri Mark,
“Ada apa mas ? siapa anak anak itu ?” tanya Amanda.
“Mereka di culik, kita coba tanya ibu itu,” jawab Mark santai.
Amanda mengambil satu anak dari tangan Mark kemudian menggendongnya, keduanya berjalan menerobos kerumunan para penjaga toko makanan dan menghampiri sang ibu. Melihat Mark dan Amanda datang menggendong dua orang anak kecil, wajah sang ibu langsung nampak lega namun air matanya terus mengalir, Mark dan Amanda memberikan kedua anak itu kepada sang ibu yang langsung memeluk mereka dengan erat sambil menangis meraung raung. Seorang sekuriti menghampiri Mark,
“Apa yang terjadi tuan ? dimana tuan menemukan mereka ?” tanyanya.
Mark menceritakan semuanya, mulai dia sedang di toilet sampai dia menemukan tiga petugas kebersihan yang mencurigakan membawa kantong plastik sampah hitam yang besar.
“Coba saja cek cctv mas, tadi saya lihat ada cctv di dalam gang,” tambah Mark.
Sang sekuriti menoleh melihat dua orang sekuriti yang lain dan meminta mereka ke basement tempat parkir untuk memeriksa cctv di lorong toilet. Kemudian sang sekuriti meminta Mark dan Amanda ikut bersamanya ke kantor mereka untuk di mintai keterangan, tapi sebelum mereka beranjak pergi, sang ibu tiba tiba memegang tangan Mark, tentu saja Mark langsung menoleh melihat nya,
“Terima kasih pak, terima kasih sekali kedua anak saya selamat,” ujar sang ibu gemuk sambil menangis tersedu sedu.
“Sama sama bu, lain kali tolong hati hati ya bu,” balas Mark tersenyum.
Mark menoleh melihat Amanda di sebelahnya yang nampak tersenyum senyum dengan wajah malu namun nampak bangga.
“Kenapa cengar cengir ?” tanya Mark tersenyum.
“Um...seneng aja, mas ku pahlawan ku hehe,” jawab Amanda bangga.
“Dasar haha,” balas Mark tersenyum.
Setelah berpamitan dengan sang ibu, mereka mengikuti sekuriti untuk ke kantornya. Selagi berjalan menuju basement,
[Reward 1.200.000.000 R......received in dimensional storage.]
[Reward Apple MB Air (M2) x1.......received in dimensional storage.]
“Hmm laptop ya ?” tanya Mark.
[Benar tuan.]
“Baiklah, terima kasih Aisha, akhirnya aku punya laptop haha,” balas Mark.
[Sama sama tuan.]
Mereka terus berjalan menuruni escalator untuk menuju ke kantor sekuriti di basement tempat parkir mobil.
******
Sementara itu, di sebuah rumah kontrakan kumuh, “blugh,” Vania yang masuk ke dalam rumahnya, melemparkan tasnya di sofa kemudian duduk,
“Huff...akhirnya sampai rumah,” ujar Vania melepas lelah.
Dia mengipasi lehernya dengan tangan dan menarik nafas panjang, setelah itu dia merenung, dia menoleh melihat foto dirinya bersama dengan Marlon di depan rumah nenek nya yang sedang foto bersama. Vania berdiri dan mengambil fotonya, dia memperhatikan wajah Marlon dengan seksama,
“Hmm Markus yang tadi dan si buntung Marlon.....wajahnya bisa mirip sekali ya, tapi memang Markus jauh lebih ganteng dari si buntung.....dan tangannya dua (berpikir) apa jangan jangan si buntung punya kakak atau adik ya ? tidak mungkin ah, dia yatim piatu, lagian....si buntung itu masih hidup ga sih ? kenapa dia ga pulang pulang, parah banget ninggalin istri begitu aja, setan,” umpat Vania ketika mengingat Marlon.
“Tok...tok,” tiba tiba pintunya di ketuk, Vania berbalik berjalan kembali ke pintu dan membukanya, dia melihat seorang pria paruh baya berdiri di balik pintunya bersama seorang pria berkebangsaan asing di sebelahnya,
“Maaf bu, apa benar ini rumah dari bapak Marlon ?” tanya sang pria paruh baya.
“Benar, bapak siapa ya ?” tanya Vania.
“Nama saya Richard Dirgantara, di sebelah saya dokter Hiro Watanabe, apa beliau ada di rumah ?” tanya Richard sopan.
Vania melihat Richard dan Hiro dari atas ke bawah kemudian ke atas lagi, kemudian dia menutup pintu sebentar untuk melepas rantai dan membukanya lagi,
“Silahkan masuk,” ajak Vania.
Richard dan Hiro melangkah masuk ke dalam kemudian duduk di sofa ruang tengah, Vania mengambilkan minuman untuk keduanya, kemudian duduk di depan mereka,
“Ada apa ya pak ?” tanya Vania penasaran.
Richard menoleh melihat Hiro yang mengangguk, Hiro membuka tasnya dan menarik keluar sebuah tangan prostetik yang sudah separuh hancur kemudian meletakkan nya di meja. Vania menatap lengan prostetik itu dan dia ingat polisi yang datang ke rumahnya pernah menunjukkan foto lengan itu. Richard menceritakan kalau Marlon datang ke rumah sakitnya untuk bekerja sebagai test subject untuk lengan prototipe yang baru mereka kembangkan dan menginap sebulan di sana,
“Maaf, boleh saya tau anda siapa ?” tanya Richard.
“Saya istrinya,” jawab Vania lantang.
Mendengar jawaban Vania, Richard dan Hiro saling menoleh melihat satu sama lain karena mereka mendengar dari mulut Marlon sendiri kalau dia tidak memiliki keluarga. Keduanya terdiam dan merasa ada yang tidak beres namun mereka menyembunyikannya dengan diam.
“Kira kira kapan pak Marlon pulang bu ?” tanya Richard sopan.
“Wah saya tidak tahu, dia udah dua bulan ga pulang, saya ga tau dia kerja di rumah sakit bapak,” jawab Vania.
“Hmm gitu ya (berpikir) baiklah bu, maaf mengganggu,” ujar Richard berdiri di ikuti oleh Hiro.
“Eh di minum dulu pak,” Vania menawarkan.
“Baiklah,” balas Richard.
Richard dan Hiro meminum minumannya, kemudian berjalan ke arah pintu. Setelah berpamitan mereka keluar dan berjalan ke mobil mereka. Setelah di dalam mobil,
“Maaf pak Richard, apa pak Richard tidak merasa aneh ?” tanya Hiro.
“Saya ga bisa ngomong apa apa dok, tapi saya mau cari tahu soal ini, saya tidak bisa terima kalau Marlon sudah meninggal menurut polisi (menoleh melihat Hiro) apa hasil dna menggunakan sisa kulit yang menempel di lengan itu benar dokter ?” tanya Richard.
“Benar, pak Richard, dna tidak mungkin bohong, awalnya kita hanya mau memastikan kalau lengan ini benar benar milik pak Marlon, tapi kenyataan lain muncul,” jawab Hiro.
“Haaaah...tolong jangan beritahu siapa siapa dan rahasiakan kalau Marlon sebenarnya anak kedua dari Tony Fernandez dan adik dari Tristan Fernandez, yang menghilang di rumah sakit ibukota sewaktu istri Tony melahirkan dan meninggal 27 tahun lalu,” balas Richard.
“Saya mengerti pak,” balas Hiro.
mohon maaf lahir dan batin
tapi juga jangan lupa jaga kesehatan dan kebarokahan diri sendiri