Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Umi, panggil Shaka buat makan malam!", pinta Syam.
"Iya, Bi!", jawab Riang patuh. Jika biasanya Syam menyuruh Ica atau Tata, untuk saat ini mungkin Riang lah yang paling tepat menyuruh Shaka turun.
Riang mengetuk pintu kamar Shaka.
Tok...Tok...
"Shaka, di tunggu makan malam!", kata Riang sedikit berteriak.
"Iya, Miba!", sahut Shaka. Tak lama kemudian ,pintu pun terbuka lebar. Penampilan Shaka terbilang kusut seperti belum mandi.
"Kamu belum mandi?", tanya Riang pada adik bungsunya.
"Udah tadi sore, Miba. Tadi habis sholat magrib belom nyisir lagi!", jawabnya. Riang menghela nafas panjang sambil menatap Shaka.
"Kenapa Miba liat aku begitu?", tanya Shaka bingung.
"Jadi kamu udah tahu soal Ica?", tanya Riang to the point.
Shaka mengangguk pelan sambil menyandarkan punggungnya ke pintu yang sudah tertutup lagi.
"Kamu marah sama Ica?", tanya Riang lagi.
"Marah sih ngga, Miba! Cuma terkejut aja. Rasanya ngga percaya kalo Ica punya rasa seperti itu. Ngga habis pikir aja Miba!", keluh Shaka.
Riang meraih dua bahu adik bungsunya.
"Kekecewaan mu ngga salah! Perasaan Ica juga ngga sepenuhnya salah. Tapi, Ica sudah berusaha membuktikan kalau rasa sayang Ica ke kamu itu wajar karena kalian masih memiliki ikatan darah! Apalagi kalian tumbuh bersama dan di rawat oleh orang yang sama!", kata Riang meyakinkan.
Shaka tak menyahut. Kakak sulungnya benar, siapa yang bisa memaksa perasaan seseorang kan???
Kalau pun bisa, Shaka ingin memaksa Cyara untuk bertahan dengan hubungannya dan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius bukan????
"Kita makan malam! Nanti kalau udah selesai, kamu dan Ica ngobrol! Biar sama-sama ngga merasa terbebani, heum...??!"
Shaka pun mengangguk.
"Iya, Miba!", jawab Shaka. Lalu ia pun mengekor di belakang Riang menuju ke ruang makan.
💜💜💜💜💜💜💜
"Kayak orang ngidam aja kamu tuh, Bib!", kata ibunya Habibah.
"Ih ...ibu, mumpung Bibah belom sibuk banget! Bentar lagi kan mulai kuliah lagi, Bibah bakal jarang makan jajanan begitu!", kata Habibah memasang helmnya.
"Ya kan bisa pesen online nak, ngga harus jalan sendiri! Manfaatin teknologi gitu lho!"
"Nah...ini nih, ibu yang ngga ngerti! Kalau ada yang ribet, ngapain di bikin gampang! Ya kan??? Udah deh Bu, Bibah jalan dulu. Assalamualaikum !!", pamit Habibah terburu-buru.
"Walaikumsalam! Bener-bener tuh anak ya!", kata ibunya Bibah geleng-geleng.
Setelah itu, ia pun masuk ke dalam rumah lagi. Suaminya sedang bertugas. Meski sekarang pangkatnya sudah naik, tentu kesibukannya pun semakin banyak.
Habibah melakukan roda duanya perlahan karena masih di wilayah komplek perumahan. Dan saat yang bersamaan, mobil Ziyad baru akan memasuki gerbang.
Citra yang melihat Habibah pun turun lebih dulu ingin memanggil gadis itu.
"Bibah!", panggil Citra sedikit berteriak. Yang di panggil pun menghentikan motornya.
"Eh ...assalamualaikum ,tante Citra ...!", sapa Bibah ramah.
Bibah membelokan kendaraannya mendekati Citra yang berdiri di samping mobil. Melihat Citra sedang bersama Bibah alias tak sendirian, Ziyad pun melanjutkan membawa mobilnya ke dalam.
"Mau ke mana malam-malam begini, Bibah?", tanya Citra.
"Heheh ini tante, lagi pengen makan baso. Tadi ibu udah masak, cuma lagi ngga selera aja sih!", jawab Bibah sangat jujur.
"Kebetulan banget, Tante bawa baso dari rumah anak tante. Dia bikin sendiri! Dari pada beli, mending makan bareng sama kami aja, yuk!", ajak Citra.
"Heum, eum...ngga usah Tante, makasih banget! Buat Tante sama om aja!", tolak Habibah.
"Eh ...Riang bawain buat Tante banyak lho ini, kamu tenang aja! Bibik sama satpam juga kebagian kok! Mau ya? Dari pada malam-malam begini kamu cari makan sendirian, ya kan?", paksa Citra.
"Duh, gimana ya Tante....??", Habibah menggaruk pipinya dengan telunjuk.
"Hehehe kamu ngingetin Tante sama cucu Tante deh, kalo lagi salting suka begitu!", kata Citra.
"Heheh...maksudnya, Ica Tante....??", tanya Bibah. Citra mengangguk sambil tersenyum.
Ziyad merasa heran, tumben-tumbenan Citra mau mengobrol lama dengan yang baru di kenalnya. Apalagi secara usia ,mereka terpaut sangat jauh. Tapi kenapa terkesan cocok dan akrab??
"Mau ya...yuk! Nanti biar Tante telepon ke ibu kamu kalo kamu ngga jadi pergi ,cuma ke sini aja!", paksa Citra.
Akhirnya Habibah pun mau mengikuti permintaan Citra. Tak enak menolak terus, takut tersinggung.
Habibah pun memasuki ruang tamu kediaman orang kaya tersebut. Meski pangkat ayahnya cukup mentereng di instansinya, tapi tak mungkin bisa sekaya keluarga Ziyad. Ya, walaupun keluarganya memiliki usaha di bidang furniture di kampung yang cukup besar tapi tak sebanding dengan Ziyad kan???
"Langsung ke ruang makan aja ya!", pinta Citra.
Gadis itu pun pasrah saat Citra menggandeng lengan Habibah dan mendudukkannya di bangku.
"Sebentar ya...!", pinta Citra. Lalu Citra pun meminta art untuk menyiapkan makanan tersebut untuk mereka semua penhuni rumah tersebut termasuk tamunya, Habibah.
Ziyad selesai berganti pakaian pun ikut duduk di ruang makan. Sebenarnya ia lelah, hanya menghormati tamu saja juga menjaga perasaan sang istri tercinta.
"Ayo di makan dulu, udah di panasin lagi kuahnya sama bibi!", Citra meletakkan mangkuk berisi baso di depan Habibah setelah sebelumnya melayani sang suami.
Ada sedikit obrolan kecil di antara mereka bertiga. Ziyad turut bergabung dengan obrolan mereka.
Pantas saja Citra langsung akrab, ternyata gadis ini memang menyenangkan!
Selesai makan, Ziyad pamit ke ruang kerjanya. Sedang Citra dan Habibah memilih duduk di ruang tengah.
Habibah menatap sebuah pigura yang besar. Tampaknya itu keluarga besar Ziyad Albiruni.
"Yang itu, kakak sulungnya Shaka, namanya Riang. Dan yang mirip Shaka itu, namanya Shakiel dia dokter di salah satu rumah sakit Jerman."
Habibah mengangguk paham. Gadis itu tersenyum tipis.
Goodlooking semua ya anaknya Om Ziyad hehehe....! Batin Habibah.
"Kamu ambil kedokteran juga kan Bibah?", tanya Citra.
"Iya tante, tapi masih lama lulusnya heheh!"
Mereka terus mengobrol sampai waktu terus bergulir hingga jam dinding menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Karena tak enak hati, Habibah ijin untuk pulang walaupun sebenarnya Citra masih ingin ngobrol.
"Lain kali Tante yang main ke rumah kamu, Bibah!", kata Citra.
"Iya tante, Bibah tunggu!", katanya. Setelah itu, ia pun menyalakan sepeda motornya lalu menuju ke rumahnya.
💜💜💜💜💜💜💜
"Enak kan?", tanya Riang pada anggota keluarganya yang sedang menikmati baso.
"Enak banget dong, umi!", sahut Tata semangat. Ica memilih diam. Padahal biasanya ia akan menyela atau mengatakan hal-hal random pada Tata.
Ting! Ponsel Ica yang berada di atas meja berdenting. Gadis itu pun mengambil ponselnya.
[Hai Ca, ngga lagi sibuk kan? Seminggu ini aku full rute, insyaallah setelah rute selesai aku sama keluarga mau silaturahmi ke situ. Ngga keberatan kan?]
Ica membacanya dengan seksama dan berulang.
Orang tuanya mau ke sini??? Batin Ica.
Tapi setelah itu, ia pun membalas pesan Galang.
[Iya, kamu hati-hati selama bertugas. Aku tunggu!]
Tak lupa Ica menyelipkan emoticon senyum. Ica sendiri pun ikut tersenyum.
[Telpon, boleh?]
[Iya, nanti aku ke kamar dulu]
Ica menyelesaikan makannya lebih dulu.
"Eum...maaf semua, Ica...ke atas dulu!", pamit Ica yang langsung bangkit dari bangkunya lalu terburu-buru menuju ke kamarnya.
Ica bukan salting karena akan di telpon Galang. Tapi sejak Shaka ikut makan malam, perasaan canggung terus menguasai Ica.
Dan dengan adanya telpon dari Galang, merupakan kesempatan Ica untuk beralasan kabur dan meninggalkan meja makan.
Sesampainya di kamar, Ica pun berkomunikasi lagi. Ternyata setelah Ica naik, Shaka pun ikut naik.
Lamat-lamat, ia mendengar obrolan antara Ica dan Galang. Sesekali ia mendengar Ica yang tertawa.
Kamu yang kelewat takut, Ka! buktinya sekarang Ica saja sedang kasmaran pada Galang?!!!
Shaka tak jadi mengobrol dengan Ica karena gadis itu sedang menelpon. Lalu ia pun memilih masuk ke kamar.
Ica sebenarnya tahu kalau sejak tadi Shaka ada di dekat pintu yang tak di tutup rapat. Tapi ia justru membiarkan Shaka mendengar obrolannya dengan Galang.
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Terimakasih banyak2 smuanya...🙏🙏🙏🙏
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..