Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Cupu Si Kutu Buku
Hani melajukan motor matiknya di jalan raya. Hani melewati lampu merah, ada masalah dengan remnya. Motor Hani tidak bisa direm. Hani terlanjur melaju kencang. Untung jalan raya hari ini sedikit sepi. Hani melonggarkan gas motornya. Hani panik, Hani melirik ke kiri dan ke kanan.
"Motor baru kok remnya gak berfungsi. Mati gue," Hani makin panik melihat jalan turunan di depannya.
Hani hanya bisa pasrah saat melewati jalan turunan. Hani semakin melaju kencang, sampai kapan motornya bisa berhenti. Hani melihat pohon besar yang ada di depannya. Hani berniat menabrakkan diri. Iya, itu jalan satu-satunya agar motornya bisa berhenti. Ide gila yang mungkin saja bisa membahayakan nyawanya.
"Haniiiii awasssssss!" tiba-tiba saja Emran ada di depannya berdiri dengan membuka lebar kedua tangannya.
"Minggiiiiiiiir!" teriak Hani.
Hani menabrakkan diri ke pohon besar yang ada di depannya. Hani loncat dari motornya. Hani jatuh mencium aspal. Motor Hani menghantam pohon besar. Kaca spion dan lampu motornya pecah berserakan di mana-mana.
Pandangan Emran fokus ke Hani sehingga tanpa dia sadari kakinya terpeleset menginjak ujung jalan yang tidak ada pembatasnya. Emran jatuh berguling-guling dan kepalanya terbentur batu besar di bawah sana.
"Tolooooong, tolooooong!" Hani menghentikan setiap pengguna jalan yang melewatinya.
Orang-orang mulai berdatangan. Setelah mendengarkan cerita Hani, mereka mulai turun memberikan bantuan. Hani mengambil ponselnya dan menghubungi Valdi. Tidak berapa lama Valdi datang. Valdi melihat motor Hani yang rusak di bawah pohon dan orang-orang yang berkumpul menolong seseorang yang jatuh ke bawah jalan yang curam.
Valdi memanggil Fadil untuk membawa motor Hani ke bengkel. Valdi dan Hani membawa Emran yang tidak sadarkan diri ke rumah sakit kota. Sesampainya di rumah sakit, Emran di masukkan ke ruangan UGD untuk diberikan pengobatan.
Valdi dan Hani berada di luar ruangan UGD. Valdi memberikan ponsel lama Hani. Hani membaca pesan SMS yang masuk.
"Kak, apa mungkin aku pernah menyakiti orang, sampai orang ini dendam?" tanya Hani.
"Aku akan terus menyelidiki. Kamu jangan terlalu dipikirkan," kata Valdi.
"Oh iya, Kak Valdi juga Dosen ya? Kok aku baru tau?"
"Hanya Dosen pengganti. Hani, berhati-hatilah. Orang gila itu selalu mengawasi," ujar Valdi.
Emran setelah sadar diperbolehkan pulang. Valdi Hani dan seorang perawat pria yang ditugaskan Valdi untuk Emran mengantarkannya pulang. Emran tinggal sendiri di rumah. Valdi dan seorang perawat membantu Emran untuk beristirahat di kamarnya. Valdi melihat dinding kamar Emran yang dipenuhi dengan foto-foto Hani.
Hani meminta izin Emran untuk masuk ke dalam rumah Emran. Hani ke dapur untuk mencari alat makan. Hani melihat banyak mie instan di dalam laci dapur. Hani tersenyum, ya beginilah makanan anak kost, anggap az tinggal di kost karena orang tua Emran jarang pulang ke rumah, Hani bicara dalam hati.
Hani menyiapkan makanan yang baru saja mereka beli di warung makan. Hani mengantarkan makanan untuk Emran ke dalam kamarnya. Hani memandangi foto dirinya yang menghiasi kamar Emran.
"Emran dimakan dulu, dan ini buat Kaka Perawat, dimakan ya," Hani menaruh makanan di atas nakas.
Hani dan Valdi meninggalkan Emran yang sedang menikmati makanannya.
"Kak, banyak kali foto ku di kamarnya?" bisik Hani.
"Kamu kan kekasihnya. Masa sedikit pun tidak ada ingatan tentang dia?" Valdi mengernyitkan keningnya.
Hani masuk kembali ke dalam kamar Emran. Tidak berapa lama Hani keluar dan mengajak Valdi pulang.
"Cepat amat pulang. Gak ditungguin kekasih mu, dia sakit lho," Valdi sedikit bercanda.
"Aku baru aza nolak dia Kak?"
"Maksudnya?" Valdi menatap ke arah Hani.
"Ayo Kak, nanti di jalan aku cerita."
Valdi dan Hani meninggalkan rumah Emran. Di sepanjang jalan Hani cerita. Ketika Hani masuk ke dalam kamar Emran, Hani melihat foto Emran yang menggunakan seragam SMA. Dan saat itu Hani mengingat siapa Emran. Dulu Emran seorang kutu buku yang mempunyai tampilan cupu.
Emran sering menyendiri. Emran dituntut orang tuanya agar mendapatkan prestasi di kelasnya. Emran kadang bicara sendiri. Karena keanehannya, dia sering dibully teman-temannya.
Dan pada saat jam pelajaran PJOK, Emran dibully, dikunci di gudang belakang sekolah. Hani yang pada saat itu sedang berada di kamar mandi, mendengar salah satu temannya yang bilang Emran dikunci di gudang karena tidak mau berbagi contekan saat ulangan matematika.
Hani diam-diam ke gudang belakang sekolah. Hani melihat ada palu di samping gudang. Hani memukul gembok yang mengunci pintu gudang. Setelah susah payah bermandi keringat dan menghabiskan banyak tenaga, akhirnya Hani berhasil membuka pintu gudang. Emran tergeletak tak berdaya dengan kening, kaki dan tangannya terluka.
Hani menyuruh Emran agar tetap di sana. Hani berlari ke ruang UKS meminjam kotak P3K. Hani kemudian kembali ke gudang mengobati luka Emran. Hani ingin melaporkan kejadian itu kepada guru tapi Emran melarang Hani.
Sejak saat itu, Emran selalu berterima kasih kepada Hani. Setiap ada PR yang susah, Emran selalu memberikan jawaban untuk Hani. Awalnya Hani senang mendapatkan nilai bagus karena Emran. Tapi lama kelamaan Hani merasa tidak nyaman. Perhatian Emran sungguh sangat berlebihan.
Dan ketika semester 2 kelas XII, Emran pindah sekolah ikut orang tuanya yang pindah tugas kerja. Emran sempat berpamitan kepada Hani. Dan Emran meminta Hani untuk menunggunya. Hani hanya tersenyum dan tidak menjawab Emran. Dan sejak saat itu, Hani merasa terbebas dari Emran.
"Perhatian yang berlebihan gimana?" tanya Valdi.
"Dia tiap hari membawakan sarapan roti dan susu. Tapi tiap kali dia bisa tiba-tiba marah gak jelas Kak. Dia juga sering berkelahi. Pokoknya dia berubah tidak lemah seperti dulu," kata Hani.
"Kenapa kamu tidak mengenali Emran ketika kalian bertemu?" Valdi menatap Hani dari balik kaca spion.
"Emran dulu cupu. Sekarang lebih tampan dan lebih modis dari sebelumnya," jawab Hani.
"Dia bilang kamu kekasihnya," Valdi penasaran dengan perasaan Hani.
"Aku gak nyaman Kak dekat dengannya. Gak tau kenapa."
"Kamu bilang tadi menolaknya. Nolak apa?"
"Emran tadi mengungkapkan perasaannya. Dia bilang ingin memulai kembali kisah cinta kami. Secara halus aku menolaknya Kak. Aku bilang aku mungkin bukan orang yang tepat untuk Emran. Apa aku salah Kak?" Hani dengan wajah tidak enak menatap Valdi.
"Tindakan mu sangat tepat," jawab Valdi tersenyum puas.
🌑 Di rumah Emran.
Setelah Valdi dan Hani meninggalkan rumahnya, Emran mengamuk. Emran melempar apa saja yang ada di dekatnya. Emran melempar gelas dan piring bekas makannya ke lantai kamar. Emran mengambil pecahan kaca dan mencoba melukai dirinya. Perawat yang ditugaskan Valdi berusaha menenangkannya.
Emran terus saja mengamuk. Dan terjadi sedikit ketegangan antara Emran dan perawat. Dan beberapa waktu kemudian, dia tertidur setelah mendapatkan suntikan penenang dari perawat. Perawat itu segera melapor kepada Valdi.
Perawat Aan : Emran mengalami tantrum, dia ingin mencoba melukai dirinya. Sekarang dia tidur setelah saya suntik obat penenang.
Valdi : Tq. Awasi terus!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
