NovelToon NovelToon
PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Deskripsi:
Di sebuah ruang sunyi yang dihiasi mawar merah dan lilin-lilin berpendar redup, seorang pengantin dengan gaun merah darah duduk dalam keheningan yang mencekam. Wajahnya pucat, matanya mengeluarkan air mata darah, membawa kisah pilu yang tak terucap. Mawar-mawar di sekelilingnya adalah simbol cinta dan tragedi, setiap kelopaknya menandakan nyawa yang terenggut dalam ritual terlarang. Siapa dia? Dan mengapa ia terperangkap di antara cinta dan kutukan?

Ketika seorang pria pemberani tanpa sengaja memasuki dunia yang tak kasat mata ini, ia menyadari bahwa pengantin itu bukan hanya hantu yang mencari pembalasan, tetapi juga jiwa yang merindukan akhir dari penderitaannya. Namun, untuk membebaskannya, ia harus menghadapi kutukan yang telah berakar dalam selama berabad-abad.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35: PERBURUAN DI BALIK BAYANGAN

Setelah malam penuh teror itu, suasana di antara Raka dan timnya sedikit tegang. Mereka melanjutkan perjalanan ke arah utara, menuju sebuah desa yang disebut oleh Pak Imran sebagai "kunci" untuk memahami batu merah yang mereka bawa. Hutan semakin lebat, pohon-pohon tua menjulang dengan akar yang menyerupai tangan mencoba menangkap siapa pun yang melangkah di atasnya.

Zarra berjalan paling depan dengan busur siap di tangan, sementara Raka terus menggenggam pedangnya dengan hati-hati. Lando, seperti biasa, mencoba meringankan suasana dengan guyonannya.

"Gue enggak ngerti ya, kenapa orang-orang kuno ini selalu bikin ritual atau nyembunyiin artefak penting di tempat serem kayak gini? Enggak bisa gitu, disimpan di mall atau coffee shop?"

Raka menggeleng sambil tersenyum kecil. "Kalau di coffee shop, mungkin batu ini udah jadi koleksi buat foto Instagram anak-anak milenial."

Zarra berhenti tiba-tiba, mengangkat tangannya sebagai isyarat. "Diam. Ada sesuatu."

---

Desa yang Hilang

Saat mereka mendekati area terbuka di tengah hutan, pemandangan yang mereka lihat membuat jantung mereka berdebar lebih kencang. Sebuah desa tua yang ditinggalkan berdiri di sana. Rumah-rumah kayu yang hampir runtuh ditumbuhi lumut, dan sumur di tengah desa dipenuhi air hitam yang berbau busuk.

Pak Imran menatap desa itu dengan mata menyipit. "Ini dia. Desa Neraka. Tempat di mana kutukan pertama kali dimulai."

"Neraka? Nama yang keren buat tempat wisata horor," komentar Lando, tapi nadanya sedikit gemetar.

Raka berjalan mendekati sumur, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti. Bau busuk itu semakin kuat, dan dia merasa ada sesuatu yang memperhatikannya dari dalam kegelapan sumur.

"Gue ngerasa ini enggak aman," bisiknya.

"Enggak ada yang aman di sini," balas Zarra.

Pak Imran mulai menggambar lingkaran perlindungan di tanah dengan tongkatnya. "Kita harus berhati-hati. Batu merah ini bisa memicu sesuatu yang lebih besar di tempat ini. Tetaplah di dalam lingkaran ini kalau terjadi sesuatu."

---

Bayangan yang Mengintai

Namun, sebelum Pak Imran selesai dengan mantranya, sesuatu terjadi. Dari rumah-rumah tua di sekitar mereka, muncul bayangan-bayangan hitam yang bergerak seperti asap. Awalnya hanya satu, lalu dua, dan dalam hitungan detik, jumlah mereka menjadi puluhan.

"Apa-apaan itu?" Lando mundur beberapa langkah, menggenggam tombaknya erat.

Bayangan-bayangan itu tidak memiliki bentuk yang jelas, tetapi mata merah menyala terlihat di antara tubuh gelap mereka. Mereka melayang mendekati lingkaran perlindungan Pak Imran, berhenti sejenak, lalu mulai mendekat dengan suara mendesis seperti ular.

"Mereka tahu apa yang kita bawa," kata Pak Imran dengan suara rendah. "Jangan biarkan mereka menyentuh batu itu."

Zarra langsung memasang anak panah di busurnya dan melepaskannya ke salah satu bayangan. Anak panah itu menembus tubuh gelap itu, tetapi seolah tidak memberikan efek apa pun.

"Serius? Mereka kebal serangan fisik?"

Pak Imran mengangkat tongkatnya dan melantunkan mantra lain. Sebuah cahaya biru menyala dari tongkat itu, mendorong beberapa bayangan menjauh. Namun, jumlah mereka terlalu banyak.

"Kita harus ke sumur itu," teriak Pak Imran. "Itu satu-satunya cara untuk menghentikan mereka!"

---

Rahasia di Dalam Sumur

Tanpa membuang waktu, Raka dan timnya berlari menuju sumur, mencoba menghindari bayangan-bayangan yang semakin agresif. Mereka merasakan hawa dingin menyelimuti tubuh mereka, seperti tangan tak terlihat yang mencoba menarik mereka ke dalam kegelapan.

Raka adalah yang pertama tiba di sumur. Ia melihat ke dalam, tapi hanya kegelapan yang terlihat.

"Pak Imran, apa yang kita cari di sini?" tanyanya sambil berjaga-jaga.

Pak Imran tiba dengan napas tersengal, lalu menarik kantong kecil dari jubahnya. Ia menuangkan cairan berwarna emas ke dalam sumur sambil melantunkan mantra dalam bahasa kuno. Tiba-tiba, sumur itu mulai bersinar, dan dari dalamnya terdengar suara jeritan yang menembus telinga mereka.

"Apa itu?" Zarra memegang busurnya erat, siap menyerang apa pun yang keluar dari sumur.

Dari dalam sumur, sebuah tangan besar dengan kuku panjang dan kulit yang seperti terbakar muncul. Diikuti dengan tubuh besar makhluk yang memiliki kepala menyerupai kerbau, tetapi dengan tanduk bercabang seperti pohon tua.

"Ya Tuhan... ini apaan lagi?!" Lando melangkah mundur, wajahnya pucat.

"Itu roh penjaga," kata Pak Imran dengan nada putus asa. "Ia telah dibangunkan karena kita mengganggu tempat ini."

---

Pertarungan Melawan Penjaga

Makhluk itu mengeluarkan raungan yang mengguncang tanah. Bayangan-bayangan hitam di sekitar mereka tiba-tiba menghilang, seolah takut pada makhluk besar itu.

Raka mengangkat pedangnya. "Kalau dia mau ribut, gue bakal kasih dia ribut."

Zarra dan Lando juga bersiap, meskipun jelas mereka merasa tidak yakin bisa melawan makhluk sebesar itu.

Makhluk itu mengayunkan tangannya ke arah mereka, menghancurkan tanah dan menciptakan ledakan debu. Raka melompat menghindar, tetapi Zarra hampir terkena serangan itu. Lando menariknya tepat waktu, tetapi kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

"Kita enggak bisa terus-terusan menghindar!" seru Raka.

Pak Imran mencoba melantunkan mantra lain, tetapi makhluk itu mengeluarkan suara yang membuat mantranya terhenti. "Mantraku tidak akan bekerja pada penjaga ini. Kita harus menemukan cara lain!"

Raka mengingat batu merah di tangannya. Ia menggenggamnya erat dan menatap makhluk besar itu. "Mungkin ini jawabannya."

Tanpa berpikir panjang, Raka mendekati makhluk itu dan mengangkat batu merahnya. Cahaya merah menyala terang, dan makhluk itu berhenti sejenak, seolah terhipnotis oleh batu itu.

"Apa yang lo lakuin, Raka?!" teriak Zarra.

"Ini satu-satunya cara!" balasnya.

Batu merah itu mulai berdenyut lebih cepat, dan tiba-tiba mengeluarkan gelombang energi yang menghantam makhluk besar itu. Makhluk itu mengerang keras, tubuhnya mulai retak seperti kaca. Dalam hitungan detik, ia meledak menjadi ribuan pecahan kecil yang menghilang di udara.

---

Kesunyian yang Menyusul

Setelah semuanya selesai, mereka berdiri di tengah desa yang kembali sunyi.

"Oke... gue enggak tahu harus bilang apa," kata Lando sambil menjatuhkan dirinya ke tanah. "Tapi gue benci batu itu."

Pak Imran menatap Raka dengan serius. "Kau telah menggunakan sebagian kekuatan batu itu. Namun, ini baru permulaan. Kita belum selesai."

Zarra membantu Raka berdiri. "Kalau ini baru permulaan, gue enggak yakin bakal selamat sampai akhir."

Raka menggenggam batu merah itu lebih erat. "Selama kita masih berdiri, kita harus terus maju. Gue enggak bakal berhenti sampai semua ini selesai."

Mereka meninggalkan desa itu, dengan rasa lega sekaligus ketakutan akan apa yang menanti mereka di depan.

---

Bersambung di Bab 36...

1
Airin Livia
bagus. semangat thor! 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!