Gadis remaja berusia 15 tahun yang dituntut hukuman 10 tahun penjara itu kini sudah menjadi wanita hebat. Ia dituntut atas pembunuhan Ayah tiri yang menyiksa sang Ibu sampai meninggal.
Power keluarga Ayah tirinya mampu membuatnya tak berkutik saat dimasukkan ke dalam penjara, tapi itu lah awal kebangkitan dirinya.
Di dalam penjara ia diangkat anak oleh seorang wanita gengster, di dalam tahanan akhirnya dia menjadi orang yang ditakuti.
10 tahun kemudian ia keluar dari penjara untuk menuntut balas pada mereka yang menutup mata saat ibunya disiksa semasa hidup dan mereka yang menjebloskan dirinya ke penjara. Ia bersama teman-temannya sesama Ex-Narapidana, bersama mereka menjadi lebih kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangkitnya Ex-Narapidana - 29.
Masih dengan gaun tipis yang melekat di tubuh, Agatha melenggang masuk ke dalam Mansion.
Tadi sebelum pergi, ia sempat melihat bagian depan rumah Fahry hancur. Ia tahu tidak mungkin granat fragmentasi akan menghancurkan seluruh bangunan rumah, kecuali jika granat tersebut memicu kebakaran yang tidak segera dipadamkan. Granat tersebut dapat membuat lubang pada dinding dan tentu saja dapat melukai atau membunuh seseorang yang terkena pecahan granat.
Mungkin saja si penjahat kelamin Fahry terkena pecahan granat atau terluka, bukan?
Mulut anak buah laki-laki Madam Belle menganga lebar, melihat keseksian tubuh Agatha meski wanita itu hampir berusia 40 tahun. Termasuk Dokter Chao, Dokter dari China itu tak berkedip begitu terpukau.
"Ohooo! Ternyata Dokter juga manusia biasa, lihatlah ilernya... melihat tubuh sexy Agatha ngeces juga ya Dok!" ledek Veronica.
Dokter Chao gegas mengalihkan pandangan dari tubuh Agatha, lelaki berkacamata itu memilih berjalan pergi daripada jadi bulan-bulanan para wanita apalagi dia tahu Agatha anti laki-laki.
Agatha merapatkan jaket kulit yang diberikan Donita untuk menutupi tubuh bagian atasnya.
Madam Belle menghela nafas kasar, banyak sekali kejadian yang terjadi. "Kau istirahat lah!"
"Ya, Madam. Maaf merepotkan Madam mencari ku, harusnya aku ijin dulu kemana aku pergi." Ucap Agatha penuh rasa bersalah.
"Jangan merasa bersalah, meskipun aku yang merawat kalian semua... pengendali hidup kalian adalah diri kalian sendiri. Hanya saja, setidaknya jika aku tahu keberadaan kalian... jika terjadi sesuatu, aku mudah menemukan kalian. Itu bentuk kasih sayang padaku pada kalian! Mengerti!" Madam Belle menatap satu persatu anak-anak didiknya.
"Mengerti, Madam!" sahut semuanya.
"Kalian terlalu kelelahan beberapa hari ini! Istirahatkan pikiran dan tubuh kalian semua! Pergi ke kamar masing-masing!"
Semuanya pun bubar, namun Madam Belle menahan Donita dan Enzo.
"Kalian berdua, ikut aku sebentar. Aku ingin membahas tentang pernikahan kalian! Sebaiknya jangan ditunda, segera lah menikah! Aku akan menemui keluarga mu Donita! Jika mereka masih tak menganggap mu keluarga... jangan khawatir, ada banyak orang di rumah ini yang menyayangimu sebagai saudara!"
Mata Donita berkaca-kaca, ia memeluk Madam Belle lalu menangis. "Makasih, Madam."
Madam Belle mengelus punggung perempuan berusia 26 tahun itu, Donita berusia sama dengan Max. Pelukan itu terurai, dan kedua wanita beda generasi itu tersenyum.
"Kau Enzo, kau ingin memberitahu keluarga mu? Bagaimana pun... kau adalah anak kedua dari keluarga Mahardika, keluarga terpandang di Jakarta. Bila perlu, aku akan menemanimu pergi ke Jakarta."
"Tidak perlu, Madam. Mereka sudah kecewa padaku karena mengambil jalan salah, ibuku pasti masih kecewa padaku... apalagi ayahku. Lagipula, aku hanya putra kedua. Mereka selalu membangga-banggakan kakakku. Jadi, mereka nggak akan perduli lagi hidup matiku..."
"Setidaknya coba satu kali temui mereka, kalau mereka benar-benar sudah nggak perduli. Seperti hal nya Donita... disini kau mempunyai banyak saudara."
"Baiklah, setelah Bos Max membaik... aku akan pergi ke Jakarta."
"Aku akan menemanimu, untuk sekarang ini aku akan menemani Donita mendatangi keluarganya lebih dulu karena rumahnya masih di sekitaran sini."
Enzo dan Donita mengangguk setuju, mereka berdua memeluk kembali Madam Belle. Berterima kasih, masih ada yang mau menerima kekurangan mereka disaat keluarga sendiri telah membuang mereka.
.
.
.
Seminggu berikutnya, Maxayla semakin sehat begitupun Alex. Laki-laki itu sudah beberapa kali keluar dari ruang rawat, orang tuanya sudah dihubungi dan Alex mengatakan sedang berada di luar negeri.
"Lex, gimana kabarmu hari ini?" Maxayla dipapah oleh Zephyr, mereka bertemu di meja makan. Semua orang wajib makan bersama untuk mempererat hubungan kekeluargaan.
Alex tersenyum, ia memang sangat cemburu melihat Maxayla begitu diperlakukan mesra oleh Zephyr namun ia menyadari jika cinta Max hanya untuk Zephyr. Dia merasa beruntung masih bisa hidup karena diselamatkan oleh Max. Hutang budi pada Max tak akan bisa ia balas seumur hidupnya meski ia tahu jika dia seperti saat ini karena dijadikan tawanan demi menjebak Maxayla.
"Sekali lagi maaf, Lex."
"Ayolah, kita adalah teman kan?"
"Teman." Maxayla mengulurkan tangan persis seperti 11 tahun lalu, saat keduanya bertemu di sekolah.
"Teman." Alex membalas uluran tangan Max.
Zephyr mendengus kesal, ia melepaskan genggaman kedua orang itu. "Sudah cukup, tangan mu terlalu berharga hanya untuk bersalaman dengannya. Lebih baik pakai tanganmu untuk mengelus kepala ku!"
Orang-orang yang sudah berdatangan ke meja makan terkekeh geli dengan bucin nya Zephyr pada Max, sekarang laki-laki itu tak segan-segan memperlihatkan cintanya.
"Tenanglah, Zephyr. Ayla hanya akan jadi milikmu, aku sudah menyerah karena di mata Ayla hanya ada kamu."
Wajah Zephyr tampak bangga, dia menggenggam tangan Max lalu membawanya ke bibir dan mengecupnya.
"Perhatian!" Madam Belle berdiri seraya mengangkat gelas anggur.
Semua orang turut berdiri kecuali Alex, namun dia mengikuti semuanya dengan ikut mengangkat gelas anggurnya.
"Kita berkumpul untuk merayakan pernikahan Donita dan Enzo yang akan datang, mereka berdua adalah anak-anakku. Semoga pernikahan mereka dilimpahi kebahagiaan, forever!"
"FOREVER...!!" timpal semuanya.
"Cheers!"
"Cheers!"
Semuanya bersulang dan merayakan kebahagiaan kedua anak didik Madam Belle yang saling mencintai dan akan segera menuju ke jenjang berikutnya. Setelahnya, semua orang duduk kembali.
"Bagaimana dengan keluarga Donita?"
"Mereka menolak bertemu dengan putri yang sudah mereka buang." Jawab Madam Belle.
Dua hari lalu Donita ditemani Madam Belle datang ke keluarga Donita, namun ditolak mentah-mentah oleh keluarga Donita. Madam Belle pun sengaja tak memaksa untuk diterima, biarlah suatu hari nanti keluarga Donita akan menyesal.
"Lalu, keluarga Enzo?"
"Hari ini aku akan menemani Enzo ke Jakarta, sebenarnya aku mendapatkan kabar... jika sebenarnya keluarga Enzo mencarinya selama ini. Tapi karena Enzo berakhir di kota Surabaya, mereka kesulitan menemukan anak mereka."
"Apa?" Enzo menatap tak percaya pada Madam Belle.
"Makanya, aku yakin... mereka akan menerima mu kembali di keluarga mereka. Berjuanglah meminta restu, oke."
Enzo mengangguk, tak bisa ia pungkiri mendengar keluarganya mencari keberadaan nya selama ini ada harapan yang membubung tinggi. Lelaki itu menautkan jari-jarinya pada Donita, keduanya saling melempar senyum support.
"Aku akan bertemu seseorang lebih dulu sebelum berangkat ke Jakarta, tunggu aku!" Madam Belle harus bertemu dengan Devano, lelaki itu lah yang meminta pertemuan.
.
.
.
Di tempat Devano, Madam Belle tidak datang sendirian. Ia ditemani Jelita, hanya si gadis kecil itu. Dengan senyuman terbaik dan tulus, Madam Belle memeluk tubuh Devano. "Apa kabar?"
"Baik." Devano membalas pelukan Madam Belle.
"Langsung saja, apa ini mengenai putramu? Apa rehabilitasi nya gagal?"
Devano menghembuskan nafas panjang, "Dia masih memberontak, tubuhnya sulit merespons obat-obatan."
Madam Belle mengangguk, dia menarik Jelita ke hadapan Devano.
"Dia salah satu anak didik ku, dia teman dekat Daylon di kampus. Jika kamu membolehkan, ijinkan Jelita merawat Daylon sampai anakmu terlepas dari ketergantungan barang haram itu."
Mata Jelita membelalak, dia pikir dia hanya diminta menemani sang Madam ternyata dia diumpankan.
Astaga Madam! Kita yang buat si Babii itu ketergantungan obat... sekarang aku juga yang harus merawatnya sampai dia lepas dari barang haram itu! Padahal aku benci cowok manja itu! Jelita hanya bisa mendumel dalam hati, siapa yang berani melawan titah Madam Belle?
Mata Devano menyipit tajam menatap penampilan urakan Jelita, rambut berwarna-warni dengan pakaian ala-ala anak muda zaman sekarang yang hanya memakai baju atasan model crop diatas udel.
Setelah Devano mengijinkan, Jelita diantar ke ruangan dimana Daylon mendapatkan perawatan rehabilitasi.
Kini hanya tinggal Devano dan Madam Belle, keduanya duduk seraya meminum kopi tanpa adanya minuman beralkohol dihidangkan.
"Jujur, aku kecewa saat kau mengatakan sempat ingin memanfaatkan ku demi membalas Selena. Katamu kau ingin membuatku jatuh cinta padamu, terperosok dalam pesona mu. Kau tahu, Bellenza? Sebenarnya... aku sudah terperosok dalam pesonamu!"
Madam Belle tersenyum tipis, dia memang sudah tidak berniat lagi memanfaatkan Devano. Bukan apa-apa, tiba-tiba saja hati nurani Madam Belle bekerja. Dulu, saat ia terluntang lantung di jalanan Devano lah yang telah menariknya dan memberikan pekerjaan meskipun pekerjaan sebagai pembunuh.
"Sudah cukup kau ditipu Selena, aku tak ingin menambah beban mu lagi. Kita bisa berteman dan menghancurkan Selena dan Primus bersama-sama. Kau mungkin berat pada Selena karena anakmu, karena itu lah aku mencvlik Daylon dan menyerahkan putramu itu padamu. Sekarang... tak ada lagi yang perlu kau cemaskan saat membalas Selena kan?"
"Tentu saja, tak ada apapun yang tersisa antara aku dan wanita pengkhianat itu! Sekali aku memaafkannya, tak ada kesempatan lain!"
Tok Tok Tok
"Tuan! Nyonya Selena datang ingin bertemu!"
Devano dan Madam Belle saling berpandangan, jangan sampai Selena tahu tentang kerjasama mereka berdua untuk menjebak Primus dengan memakai Selena.
"Awas minggir!!" Selena menerobos masuk.
Madam Belle tiba-tiba melompat ke arah tirai jendela, bersembunyi disana menutupi seluruh tubuh.
Devano melihat ada dua cangkir kopi di meja, baru saja dia akan menyembunyikan gelas namun ia terlambat karena Selena sudah melihat ke arahnya.
ditunggu karya selanjutnya ...🥰
aku punya solusi Sam. bius aja. masukin karung. udah. 🤣🤣🤣🤣🤸
.siap siap karya baru meluncur ya Thor... /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/