Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Dua
"Kak Aaro... Cia laper!" Rengek Cia menatap Aaro yang sedang berkutat dengan laptopnya.
Mereka memang sudah pindah ke apartemen Aaro sejak beberapa hari yang lalu. Cia memang sesekali masih suka rewel jika gadis itu merindukan Mama Ratih atau Mama Sana, tapi Aaro selalu berusaha memberikan pengertian kepada Cia hingga kini, akhirnya gadis itu sudah mulai mengerti.
"Kak Aaro selingkuh mulu sama laptopnya, Cia gak di perhatiin. Kak Aaro nikah aja sama Laptop! Jangan sama Cia!" Ujar Cia kemudian masuk ke dalam kamar mereka tanpa menunggu respon Aaro.
Mampus! Pikirnya.
"Ciii... Yang... tungguin yang!" Teriak Aaro dengan kalang kabut.
Dia pun mengejar Cia yang sudah masuk ke dalam kamar mereka dengan panik.
Ceklek
Aaro membuka pintu kamar mereka, disana! Cia tengah tengkurap di atas tempat tidur mereka.
"Jangan bobok kayak gitu Yang, nanti babynya kegencet." Ujar Aaro lembut kemudian berjalan menghampiri istrinya yang tengah ngambek.
"Kamu mau makan apa hmm?" Tanya Aaro dengan tangan yang mengusap lembut rambut Cia pelan.
"Cia males sama Kak Aaro! Kak Aaro sibuk mulu! Cia gak di perhatiin!" Ujar Cia dengan suara yang teredam oleh bantal.
"Jangan gitu Yang, ayo, kita masak sama-sama, mau gak?" Tanya Aaro.
"Cia gak bisa masak." Adu Cia dengan posisi yang masih sama.
"Kita belajar sama-sama mau? Jadi nanti Cia bisa masakin buat Aku Yang." Ujar Aaro dengan lembut.
"Belajar? Kak Aaro emangnya mau rasain masakan Cia? Kalo gak enak gimana?" Tanya Cia mulai bangun kemudian bangkit dari tidurannya.
"Mau, asal kamu yang masak, rasa apaun itu aku bakalan coba Yang." Ujar Aaro dengan yakin.
"Yaudah ayo kita belajar masak. Tapi, Kak Aaro tadi lagi liatin foto siapa? Foto cewek cantik ya? Cewek seksi?" Tanya Cia dengan wajahnya yang cemberut.
"Engga Yang, aku lagi bantuin Papa handle urusan perusahaan Yang." Ujar Aaro kemudian duduk di sebelah Cia.
"Perusahaan Papa? Emangnya Kak Aaro bisa? Kan masih SMA?" Tanya Cia menatap ke arah Aaro dengan bingung.
"Bisa Sayang, kan belajar pelan-pelan Ci. Aku bisa belajar mulai dari sekarang Sayang, supaya nanti aku bisa menuhin semua kebutuhan kamu, kita, dan anak kita Cia." Ujar Aaro mengusap pipi gempil Cia dengan gemas.
"Kak Aaro sekarang udah bisa?" Tanya Cia dengan penasaran.
"Udah, dikit-dikit. Ini juga aku lagi kembangin perusahaan aku sendiri." Ujar Aaro kemudian membawa Cia ke dalam pelukannya.
Cia pun balas memeluk pinggang Aaro membuat Aaro meletakkan wajahnya di cerukan leher Cia.
"Bentar ya Yang, Aku isi baterai dulu. Janji deh, abis ini kita langsung masak." Ujar Aaro yang di jawab anggukan kepala Cia yang berada di dalam pelukannya.
"Udah Kak! Cia laper." Ujar Cia merengek agar Aaro melepaskan pelukan mereka.
"Yaudah, ayo!" Ujar Aaro kemudian bangkit dari tempat tidur di ikuti oleh Cia di belakangnya.
Mereka pun berjalan bergandengan tangan ke arah dapur. Aaro langsung berjalan ke arah kulkas kemudian membukanya guna melihat bahan makanan apa yang bisa mereka buat. Cia yang penasaran pun berlari kecil menghampiri Aaro kemudian ikut mendongakkan kepalanya ke dalam kulkas.
"Cuma bisa bikin telur jepit Ci bahan-bahanya. Kamu mau nggak?" Tanya Aaro yang membuat Cia berfikir sebentar kemudian mengangguk. Aaro yang baru tersadar akan keberadaan Cia pun sedikit terperanjat namun, senyum tipis terukir di bibirnya.
"Boleh!" Jawab Cia sambil menganggukkan kepalanya pelan setelah lama berfikir.
"Ayo, ambil mangkuknya dulu buat naro telurnya." Ujar Aaro membuat Cia mengambil mangkuknya setelah itu memberikannya kepada Aaro.
"Makasih Cantik." Ujar Aaro mengambil mangkuk yang berada di genggaman Cia kemudian memecahkan telur ayam ke dalamnya dengan lihai.
Setelah itu, dia memotong-motong wortel, bawang merah, bawang putih, sedikit cabai, dan irisan kol.
"Oke campur Ci, aduk yang rata ya Yang." Ujar Aaro kemudian Mencampurkan semua bahan-bahan yang Sudah disiapkannya tadi.
"Aku siapin penggorengannya dulu ya Ay." Ujar Aaro yang di balas dengan anggukan kepala Cia pelan, tatapan mata gadis itu masih terfokus pada telur yang tengah di aduknya.
"Udah Kak!" Lapor Cia setelah semuanya beres.
Mereka pun sibuk memasak dengan Aaro yang sebagai kokinya dan Cia yang sebagai asissten kokinya.
\~\~\~
"Cia.... Jangan lari-lari Ci!"
"Astagfirullahalazim!!!"
"Ciaaa jatoh Ci!"
Teriakan maut Risa membuat semua tatapan orang yang sedang berada di koridor memandangnya dengan heran.
Bagaimana tidak? Teriakan Risa sangat kencang, bahkan bisa mengganggu gendang telinga orang yang mendengarnya.
"Risa cepat! Risa kok jalannya lelet sih?" Teriak Cia dari ujung koridor dengan tawa cerianya.
"Risa kok lelet? Kayak kura-kura!" Ujar Cia dengan sisa tawanya.
"Bukan gue yang lelet Cia cantik, tapi lo nya aja yang lari nya lincah banget. Mana rame lagi." Kesal Risa dengan tangan kanannya yang merangkul bahu Cia.
"Mana ada? Risa kan emang lelet, kayak siput..." Ejek Cia yang membuat Risa memegang dagu kecil itu dengan tangan kirinya gemas.
"Lo jangan lari-lari cantik! Ingat anak lo." Ujar Risa berbisik di telinga Cia.
"Oh iya! Cia lupa!" Cengir Cia membuat Risa mengeratkan rangkulannya gemas.
"Jangan lari-lari Cia sayang!" Ujar Risa meletakkan tas nya di atas mejanya di susul oleh Cia.
"Risa... liat PR Matematikanya dong!" Ujar Cia menatap ke arah Risa dengan tatapan memelasnya.
Mata yang sengaja di kedip-kedipkan oleh Cia membuat Risa menekan kedua pipi gembul itu dengan gemas.
"Jangan gitu, gue kan jadi gak tahan pengen unyel-unyel tuh pipi." Ujar Risa gemas.
"Udahan tau Risa, pipi Cia sakit tau." Kesal Cia dengan menggembungkan kedua pipinya yang malah menambah kegemasan Risa.
"Gue jadi pengen bawa pulang lo deh Ci, pulang sama gue yuk?" Ajak Risa yang dibalas gelengan kepala oleh Cia.
"Nanti kak Aaro sendirian di rumah, kan kasian." Ujar Cia dengan polosnya.
"Astagfirullahalazim!!!" Gemas Risa mengusap dadanya pelan.
"Nih! Cepet catat! Nanti keburu gurunya dateng." Akhirnya Risa memberikan bukunya kepada Cia dengan suka rela.
Siapa yang bisa menolak permintaan gadis itu jika dia sudah menunjukkan wajah menggemaskannya itu membuat siapa saja yang melihatnya langsung gemas seketika hingga akhirnya mau tidak mau pasti menuruti permintaan gadis itu.
"Makasih Risa, sayang Risa." Ujar Cia memeluk Risa kemudian menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
"Iya, cepetan salin! Nanti lo di hukum karena belum selesai." Ujar Risa yang langsung di angguki oleh Cia.
"Siap boss!" Hormat Cia kemudian mulai fokus menyalin tugas Risa dengan semangat. Risa yang melihatnya terkekeh kecil. Cia dengan segala keimutan gadis itu adalah satu-satunya kelemahan Risa.