Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21 Tersiksa Rindu
Happy reading 😘
Malam semakin larut. Air langit yang turun dari tadi sore masih saja setia membasahi bumi.
Redup sudah keinginan untuk menatap rupa rembulan di malam ini, seiring redupnya keinginan untuk menatap wajah cantik yang sedari tadi diharapkannya muncul di layar gawai.
"Yang, kamu lagi apa? Kenapa vidio call ku nggak diangkat? Apa kamu sengaja menyiksaku dengan rindu?"
Zaenal menghela nafas dalam dan menatap layar gawai yang masih setia di genggaman tangan.
Ia menyerah.
Ternyata benar yang dikatakan oleh Dilan bahwa rindu itu berat. Biar dia saja yang merasa. Bukan gadis yang dicinta.
Zaenal berusaha menghempas bayangan buruk yang telah lancang hadir di ruang pikir. Ia sungguh tidak ingin gadis yang dicinta menemui aral dan marabahaya di Negeri Jiran.
Mungkin, malam ini sang kekasih yang dirindu tengah sibuk, sehingga tidak sempat memberi kabar. Apalagi menerima vidio call dan membalas pesan darinya.
"Besok pagi, kamu harus membalas pesanku, Yang. Kalau nggak, aku bakal nekat menyusul mu ke Malaysia." Zaenal kembali bermonolog, lalu meletakkan benda pipih kesayangannya di atas nakas.
Seusai melangitkan pinta, ia memaksa kedua netra beningnya terpejam meski rasa kantuk belum juga datang menyapa.
Di tempat yang berbeda, Nofiya tengah bercengkrama dengan mama dan kedua saudara kandungnya di dalam kamar berukuran empat kali enam meter.
Mereka duduk di atas ranjang berukuran king size. Ranjang tersebut biasa dipergunakan oleh Nurma dan suami keduanya untuk merebahkan tubuh dan berbagi kasih--mencecap manisnya surga dunia. Namun tidak untuk malam ini.
Malam ini suami Nurma bekerja lembur. Ia tidak pulang ke rumah dan bermalam di tempat kerja.
Tidak ada setitik pun rasa curiga dan bayang-bayang buruk yang terlintas di pikirannya.
Nurma percaya suami keduanya itu setia dan tak akan pernah berpaling, sesuai janji suci yang pernah terikrar di hadapan penghulu dan para saksi.
Kalau pun suami keduanya itu berpaling, Nurma telah siap menerima kenyataan dengan hati yang lapang dan ikhlas.
Ia sudah belajar dari kisah kasih di masa lalu saat menjalin cinta dengan Ridwan--pria yang menjadi cinta pertama sekaligus papa dari ketiga buah hatinya, Nofiya, Langit, dan Jingga.
Di dalam benak Nurma bertutur,
... berikan cinta sekedarnya, jangan terlalu dalam hingga terluka. Sisakan sedikit ruang di hatimu, karena dirimu teramat berharga....
"Ma, Papa Dani kok belum pulang?" Nofiya mengalihkan obrolan saat Langit dan Jingga membahas tentang sikap Seruni terhadap mereka.
Nofiya tidak ingin menambah beban pikiran mamanya jika mereka membahas tentang sikap Seruni yang terkadang keterlaluan. Terlebih saat ini mamanya sedang sakit.
Nurma mengulas senyum dan mengusap lembut pucuk kepala Nofiya. Ia tau jika putrinya itu tengah mengalihkan topik pembicaraan.
"Papa Dani lembur, Sayang. Jadi, malam ini Papa Dani tidak pulang dan bermalam di tempat kerja," ucap Nurma dengan tutur katanya yang terdengar lembut seraya menjawab tanya.
"Mama 'kan lagi sakit. Kenapa Papa Dani nggak jagain Mama aja di rumah?" Langit menyahut dengan melontarkan protes dan memasang wajah cemberut.
Ia kesal dengan perlakuan papa tirinya yang terkesan kurang perhatian pada mamanya.
"Sayang, Papa Dani 'kan harus menunaikan perintah atasannya yang mengharuskan beliau lembur malam ini. Besok pagi Papa Dani pasti pulang ke rumah. Lagi pula, badan Mama sudah terasa mendingan dan ada kalian yang menjaga Mama di sini." Nurma berusaha memberi pengertian putra bungsunya. Namun wajah Langit masih saja tampak cemberut. Ia merasa jawaban sang mama belum bisa diterima.
Sesibuk apapun seorang suami bekerja, tetapi jika wanita yang menjadi tulang rusuknya jatuh sakit, maka ia tidak akan abai dan fokus menjaga wanita yang dicinta sampai sembuh dari sakit. Sekalipun harus mengorbankan pekerjaannya.
Itu pemikiran Langit. Pemikiran seorang pemuda berusia lima belas tahun yang belum pernah mencecap dunia kerja.
"Mungkin, Papa Dani sengaja lembur karena ingin memberi waktu pada kita. Supaya kita bisa leluasa bercengkrama dan melepas rindu dengan Mama." Jingga turut bersuara, lalu menoel hidung mancung adik bungsunya--Langit Arafah.
Langit sejenak terdiam dan berusaha menelaah kata-kata yang dituturkan oleh kakak sulungnya.
Wajah yang semula tampak cemberut, kini terhias senyum. Meski senyumnya terlihat samar.
"Iya juga sih. Tumben Mbak Jingga pinter dan bijak."
Satu jitakan cantik mendarat tepat di dahi Langit, sebagai hadiah dari Jingga karena celetukan yang terlontar dari bibir adik bungsunya itu.
"Sudah larut malam. Yuk kita tidur," ucap Nurma menginterupsi.
"Iya, Ma. Tapi tidurnya di kamar ini aja ya. Fiya pingin tidur bareng Mama."
"Langit juga, Ma. Langit kangen banget tidur bareng Mama."
"Jingga juga," Jingga turut menyahut.
Bibir Nurma melengkung, membentuk seutas senyum kala mendengar ucapan Nofiya, Langit, dan Jingga.
Rasa haru hadir memenuhi relung rasa seiring titik-titik embun yang mulai membingkai kelopak mata.
"Sayang --" ucapnya tertahan.
Nurma lantas merentangkan kedua tangan untuk menyambut ketiga buah hatinya yang teramat dirindu.
Di bawah temaram lampu kamar mereka saling berpeluk erat, meluapkan rasa rindu yang sempat menyiksa kalbu.
...🌹🌹🌹...
Cinta seorang ibu sepanjang masa. Tidak ada istilah mantan anak dan mantan ibu, meski bahtera yang pernah dibangun bersama pasangan telah hancur dan karam.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
Jangan lupa like dan subscribe. Terima kasih 😊🙏🏻
.
Belajar sama² ya Zen udah ada lampu hijau dari Papa Ridwan.
semoga
eh Authornya duluan.
Terus siapa yg bisa jawab nih
konidin mana...
mana konidin