Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 ~ Kembali Demi Anna ~
Sebuah sedan sport berhenti tepat di depannya. Anna yang ingin menyebrang bahkan hampir tertabrak oleh mobil itu. Untung Anna segera menghentikan langkahnya. Dean memberikan perintah agar segera masuk ke dalam mobil.
Saat dirinya merasa terlepas dari bahaya justru air matanya tak terbendung lagi. Kemunculan Dean yang tiba-tiba membuat Anna merasa sangat tertolong. Gadis itu bahkan tak bisa menahan tangisnya di dalam mobil. Dean mengerti ketakutan Anna. Hanya diam selama perjalanan untuk memberi kesempatan pada gadis itu agar bisa menenangkan diri.
Pasti dia ketakutan sekali, batin Dean sambil sesekali melirik ke arah Anna.
Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis dengan tubuh yang gemetar. Bayangan buruk melintas dalam pikirannya. Beberapa orang preman mabuk itu telah melihatnya dan terpana. Anna tidak punya pilihan selain melangkah menjauh
Menyebrang jalan menjadi pilihan Anna. Entah akan berhasil melarikan diri atau akan tertangkap oleh gerombolan preman yang berpikiran pendek itu. Satu orang saja tersulut untuk mendekati Anna. Cukup satu saja yang tertarik padanya, maka Anna mungkin menjadi santapan mereka.
Beruntung Dean muncul dan meminta Anna segera masuk ke dalam mobilnya. Dengan cepat Dean melesat meninggalkan tempat itu. Anna masih begitu gemetar mengingat kejadian itu. Masih berusaha menenangkan dirinya sendiri hingga belum sempat mengungkapkan terima kasihnya pada Dean.
“Terima kasih, Tuan,” ucap Anna dengan suara yang masih bergetar setelah berusaha menenangkan diri.
“Hmm.”
Hanya itu yang diucapkan Dean. Sesungguhnya Dean masih kesal dengan ucapan Anna tadi, tapi tidak tega membiarkan gadis itu pulang seorang diri. Niatnya mengingatkan Anna agar bersiap pada kemarahan ibunya besok hari justru mendapat hinaan dari Anna.
“Maafkan aku,” ucap Anna sambil terisak-isak.
Anna teringat pada ucapannya yang membuat Dean pergi begitu saja. Untuk pertama kalinya Anna merasa Dean melakukan sesuatu yang berguna untuknya. Namun, itu justru setelah Anna mengeluarkan kata-kata yang menghina.
“Aku minta maaf untuk ucapanku tadi,” ucap Anna yang tidak puas hanya mengucapkan satu kali permintaan maaf.
Dean telah kembali untuknya. Ribuan rasa terima kasih, tidak akan bisa membayar pertolongan yang Dean lakukan padanya. Namun, Dean masih diam saja.
“Aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku jika Tuan tidak muncul tadi,” ucap Anna akhirnya.
“Aku tau, sudahlah jangan pikirkan lagi ….”
Aku juga tidak mau kamu jadi santapan mereka. Kamu sudah menjadi milikku. Aku tidak akan berbagi dengan mereka, batin Dean dengan ekspresi yang masih fokus mengemudi mobilnya.
“Aku pikir Tuan sudah pergi,” ucap Anna yang telah mulai tenang.
“Aku memang sudah pergi. Tapi aku melihat daerah itu sangat sepi. Kamu tidak tahu, jaman sekarang semua orang punya kendaraan sendiri, minimal sepeda motor. Punya hp untuk memesan transportasi online. Kamu malah tidak punya semua itu. Kamu harus lebih berhati-hati,” tutur Dean sambil melirik Anna sekilas.
Terlihat Anna yang sedang menunduk. Tetes demi tetes air mata jatuh di pangkuannya. Dean menarik selembar tissu dari kotak dan menyerahkan pada Anna. Gadis itu menerima tissue yang diberikan lalu mengusap air matanya.
“Terima kasih, Tuan,” ucap Anna.
Bukan hanya untuk selembar tissue yang diberikan Dean tapi juga untuk nasehat laki-laki itu. Suasana hening kembali menyelimuti keduanya hingga Dean menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Anna.
“Terima kasih, Tuan. Maafkan aku,” ucap Anna saat menyentuh handle pintu mobil.
“Bersiap saja untuk besok,” ucap Dean tanpa menoleh ke arah Anna.
Gadis itu mengangguk lalu keluar dari mobil. Melangkah perlahan masuk ke pekarangan rumahnya. Baru mencapai teras rumah, terdengar oleh Anna bunyi knalpot mobil mewah itu melaju di jalan perumahan sederhana itu. Anna menatap mobil yang dalam sekejap telah lenyap di balik tikungan.
Terima kasih, Tuan, bisik hati Anna.
Lalu melangkah ke dalam rumah. Selama bersiap-siap untuk beristirahat, pikiran Anna tak lepas dari kejadian tadi. Anna merasa terlepas dari kejadian tragis. Anna sangat bersyukur tapi masih mengalami trauma.
Gadis itu berusaha memejamkan mata tapi kejadian itu masih terlintas dalam pikirannya. Menjelang subuh barulah Anna bisa tertidur dengan pulas. Paginya terbangun dengan perasaan yang terasa aneh.
“Pagi ini harus bersiap mendengar semprotan dari Ny. Maria,” ucap Anna bermonolog.
Teringat pada pesan-pesan Dean. Anna merasa laki-laki itu cukup baik telah mengingatkannya. Bahkan menyempatkan diri datang ke RS untuk memberitahu.
“Pasti kamu menyesal telah membuat bapak masuk rumah sakit kan?” tanya Anna berbicara sendiri sambil menatap ke cermin.
Gadis itu seolah bicara pada Dean Monteiro. Ya, Anna yakin Dean menyesal karena Dean ayahnya terkena serangan jantung. Dean juga merasa menyesal tidak menyampaikan pesan ibunya pada Anna.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...